Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Hadis: Mukmin yang Kuat Lebih Dicintai, Kuat Apanya?

Triani Pradinaputri oleh Triani Pradinaputri
19 Juli 2025
di Hadis
0
Mukmin yang Kuat Lebih Dicintai
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah
  • Mukmin yang kuat adalah yang kuat imannya
  • Sahabat yang kuat imannya
  • Apakah mukmin yang kuat adalah yang juga kuat badannya (fisiknya)?

Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah

Terdapat sebuah hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

المؤمن القوي خير و أحب إلى الله من المؤمن الضعيف, وفي كل خير

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Namun semua mukmin itu baik.” (HR. Muslim no. 2664)

Mukmin yang kuat adalah yang kuat imannya

Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan tentang hadis ini di dalam kitab Ithaful Kiram (hal. 229-230) bahwa makna mukmin yang kuat adalah kuat dalam imannya, kuat dalam tekadnya, kuat dalam niatnya. Dia punya ketegasan dalam kebenaran. Mukmin yang seperti ini adalah mukmin yang lebih baik daripada yang lemah, yang tekadnya lemah, yang kemauannya lemah.

Semua mukmin itu baik, baik itu mukmin yang kuat, maupun yang lemah. Keduanya mempunyai kebaikan. Akan tetapi, mukmin yang kuat mempunyai kebaikan yang lebih banyak. Karena mukmin yang kuat bisa menebarkan manfaat lebih luas, keimanan yang ia miliki bermanfaat untuk orang lain. Adapun mukmin yang lemah, manfaatnya hanya terbatas untuk dirinya sendiri.

Donasi Muslimahorid

Syekh Shalih Al-Utsaimin rahimahullah pun menjelaskan hal yang demikian di dalam Syarh Riyadhus Shalihin (2: 77) bahwa mukmin yang kuat adalah yang kuat imannya. Karena sifat “kuat” di dalam hadis di atas menyifati kata sebelumnya, yaitu mukmin, atau orang yang beriman. Contohnya, pada kalimat “Laki-laki yang kuat”, maka yang kuat adalah sifat kelaki-lakiannya. Begitu pula kalimat “Mukmin yang kuat”, maka yang kuat adalah imannya. Ketika seseorang mempunyai iman yang kuat, maka dia akan mampu melaksanakan perintah yang Allah wajibkan kepadanya, dan juga amalan-amalan sunah lainnya. Ketika iman itu lemah, keinginan ia untuk melaksanakan kewajiban pun lemah, begitu pula dalam meninggalkan hal-hal yang haram.

Syekh Shalih Al-Utsaimin rahimahullah juga menjelaskan di dalam Majmu’ Fatawa (10: 953) bahwa makna “kuat” di dalam hadis ini adalah kuat dalam iman dan segala sesuatu yang berkonsekuensi pada keimanan. Maksudnya, tidak ada keraguan di dalam hatinya, keyakinan, dan kejujurannya. Ada sesuatu yang berkonsekuensi pada keimanan, yaitu amal saleh seperti jihad, amar makruf dan nahi munkar, semangat dalam beribadah, dan hal-hal semisalnya.

Baca juga: Anjuran bagi Muslimah untuk Menjaga Penampilan

Sahabat yang kuat imannya

Seandainya keimanan dua orang tersebut sama, maka orang yang mempunyai keimanan lebih kuat lebih utama. Contoh, Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu dalam ketegasannya dalam kebenaran. Kaum muslimin mendapatkan manfaat yang banyak dikarenakan keimanannya yang kuat. Jika Umar radhiallahu ‘anhu berjalan di suatu jalan, maka setan akan mengambil jalan yang lain. Setan dan Umar radhiallahu ‘anhu tidak akan bertemu di satu jalan yang sama karena keimanan Umar radhiallahu ‘anhu. Dan dengan anugerah dari Allah, kemudian karena kekuatan iman beliau radhiallahu ‘anhu, banyak kemenangan yang diraih kaum muslimin dan juga tersebarnya Islam ke berbagai penjuru bumi.

Juga betapa banyak kaum muslimin yang mendapatkan manfaat karena sebab kuatnya iman Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu ‘anhu. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Abu Bakar radhiallahu ‘anhu tidaklah goyah dikarenakan kuat imannya, kokoh sebagaimana kokohnya gunung. Ketika itu, terdapat banyak orang Arab yang murtad setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun beliau tetap teguh pada imannya. Beliau memerangi mereka yang murtad sampai menundukkan mereka kepada agama Allah. Ini adalah sebab kuatnya iman beliau, dan juga dengan sebab itu, Allah memberikan kekuatan pada Islam.

Ketika di akhir hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mempersiapkan sebuah pasukan yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Sebelum pasukan tersebut berangkat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Ada seorang sahabat berkata kepada Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, “Jangan berangkatkan pasukan itu! Jadikanlah pasukan tersebut bermanfaat bagi kaum muslimin!” Abu Bakar radhiallahu ‘anhu menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan melepaskan ikatan bendera yang telah diikat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!”

Kemudian, rencana keberangkatan pasukan tersebut tetap dilaksanakan, yang dipimpin oleh Usamah, seorang sahabat muda yang mulia. Tidaklah dia melewati orang-orang Arab tersebut dengan rasa malu, kecuali orang-orang Arab tersebut terhina di belakang pasukannya. Dikatakan, tidaklah pasukan ini datang kecuali dengan kekuatan. Ketika bangsa Roma mengetahui kedatangan pasukan ini, mereka menyerah dan berbalik. Pasukan tersebut kembali dengan keadaan selamat dan membawa ghanimah (harta rampasan perang). Ini merupakan sebab kuatnya iman Abu Bakar radhiallahu ‘anhu dan tekad kuatnya dan kekokohannya. Inilah makna dari perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dan semua mukmin itu baik.”

Apakah mukmin yang kuat adalah yang juga kuat badannya (fisiknya)?

Syekh Shalih Al-Utsaimin rahimahullah di dalam Majmu Fatawa (10: 953) ditanya tentang hal ini. Beliau rahimahullah menjelaskan, kuatnya badan tidak termasuk di dalam hadis ini, kecuali jika di badan yang kuat tersebut akan membuat imannya bertambah. Tidak diragukan bahwa badan yang kuat itu adalah nikmat. Jika kenikmatan tersebut digunakan dalam kebaikan, maka itu adalah kebaikan. Jika digunakan dalam keburukan, maka itu keburukan.

Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah di dalam Majmu Fatawa (1: 198) juga pernah ditanya tentang hadis ini. Beliau hafizhahullah menjelaskan, bahwa mukmin yang kuat dalam imannya, badannya, amalnya itu lebih baik daripada mukmin yang lemah dalam imannya, atau lemah dalam amal dan badannya. Karena mukmin yang kuat akan memberikan manfaat yang besar kepada kaum muslimin karena kekuatan badannya, imannya, dan amaliahnya. Seperti berjihad di jalan Allah, memberikan kemaslahatan kepada kaum muslimin, membela Islam dan kaum muslimin, menjatuhkan musuh-musuh Islam, yang manfaat-manfaat ini mungkin tidak bisa dilakukan oleh mukmin yang lemah. Ini adalah sisi pendalilan bahwasanya mukmin yang kuat lebih baik daripada mukmin yang lemah.

Allahu a’lam.

Baca juga: Mukmin Sejati adalah Orang yang Bisa Menerima Nasihat Saudaranya

***

Penulis: Triani Pradinaputri

Artikel Muslimah.or.id

 

Referensi:

  1. Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. 1436 H, Ithaful Kiram bi Syarhi Kitab Al-Jami Fil Akhlak wal Adab. Dar Qarthaba. Beirut.
  2. Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. Majmu’ Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan. Al-Maktabah Asy-Syamilah
  3. Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih bin Muhammad. 1426 H. Syarah Riyadhus Shalihin. Darul Wathan Lin Nasyr. Riyadh. Al-Maktabah Asy-Syamilah.
  4. Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih bin Muhammad. 1438 H. Majmu Fatawa wa Rasail Fadhilah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Darul Wathon lin Nasyr. Riyadh. Al-Maktabah Asy-Syamilah.
ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Triani Pradinaputri

Triani Pradinaputri

- Alumni Mahad Umar bin Khattab, Kampus Tahfizh, Mahad Al 'Ilmi - Santriwati Mahad Darussalam Asy-Syafi'i - Pengajar Bahasa Arab Markaz Ar-Ruhaily

Artikel Terkait

Tips Dari Rasulullah Bagi Penghafal Al Qur’an

oleh Yulian Purnama
27 Agustus 2014
2

Ternyata Rasulullah telah memberikan tips dalam menghafalkan Al Qur'an agar cepat hafal dan tidak mudah hilang dari ingatan. Simak hadits...

Menikah dengan Wanita Penyayang dan Banyak Anak

Hadis: Menikah dengan Wanita Penyayang dan Banyak Anak

oleh M. Saifudin Hakim
22 Mei 2024
0

Teks Hadis Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِالْبَاءَةِ،...

Ciri-ciri atau Tanda-tanda Hadist Maudlu’ atau Palsu

oleh Muslimah.or.id
30 Oktober 2016
0

Untuk mengetahui bahwa satu hadits itu maudlu’ atau palsu dan tidak ada asal-usulnya tidaklah mudah dan bukan sembarang orang kecuali...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.