Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Mengapa Kita Sulit Merasakan Nikmatnya Ibadah?

Fauzan Hidayat oleh Fauzan Hidayat
26 Mei 2025
di Akidah
0
Sulit Merasakan Nikmatnya Ibadah
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Hidup ini untuk ibadah
  • Kematian itu pasti
  • Ibadah itu perjuangan
  • Kunci agar tetap istikamah

Pernahkah Anda merasa bahwa ibadah yang Anda lakukan terasa hambar? Anda salat, berpuasa, membaca Al-Quran, namun hati tetap terasa kosong, gelisah, bahkan semakin jauh dari ketenangan. Banyak yang mengalami hal ini, namun sedikit yang mencari jawabannya. Mengapa bisa begitu, padahal ibadah adalah jalan kita mendekat kepada Allah Ta’ala?

Fenomena ini bukan sesuatu yang aneh. Bahkan, Allah Ta’ala telah memberikan petunjuk dalam surah pertama yang wajib kita baca setiap hari,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 4)

Di sinilah letak rahasia besar yang sering luput kita hayati: ternyata menyembah Allah itu bukan perkara mudah, namun membutuhkan pertolongan dari-Nya.

Donasi Muslimahorid

Hidup ini untuk ibadah

Surah Al-Fatihah menyimpan inti dari kehidupan seorang hamba. Ayat “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin” merupakan deklarasi hidup seorang muslim. Di sinilah Allah mengajarkan bahwa tujuan utama hidup kita adalah beribadah kepada-Nya, bukan kepada hawa nafsu, tren, atau opini manusia. Kita diciptakan bukan untuk mengejar dunia, tetapi untuk tunduk dan patuh sepenuhnya hanya kepada Allah Ta’ala.

Namun, ibadah tidak selalu berarti salat atau puasa semata. Sebab ada bentuk ibadah yang tak berbatas waktu yang disebut ‘ubudiyyah, yakni penghambaan total kepada Allah Ta’ala dalam segala aspek kehidupan. Inilah pengabdian yang tidak berhenti meski adzan belum berkumandang, yang terus berlangsung bahkan di luar Ramadan. Dan penghambaan ini menuntut kesungguhan serta kerendahan hati yang tak selalu mudah dijalani.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Apa yang membuat banyak orang merasa berat dalam menjalani ibadah adalah karena mereka mencoba menyembah Allah Ta’ala sambil tetap memperturutkan keinginan diri. Mereka ingin surga, tapi tak siap meninggalkan dosa. Mereka ingin dekat dengan Allah Ta’ala, tapi tetap menggenggam dunia. Padahal, seorang hamba tak mungkin tunduk pada dua tuan. Maka selama orientasi hidup masih bercabang, ibadah akan terus terasa berat dan menyesakkan.

Saudaraku, ketahuilah bahwa siapa pun yang memahami bahwa ‘ubudiyyah adalah kehormatan terbesar, akan menjadikan ibadah sebagai penyejuk jiwa, bukan beban. Namun untuk sampai pada pemahaman ini, ada perjalanan panjang yang harus dilalui, penuh dengan jatuh-bangun, ujian, dan pertolongan dari Allah Ta’ala yang terus diminta tanpa henti.

Kematian itu pasti

Allah Ta’ala berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)

Satu hal yang pasti dalam hidup ini adalah kematian. Tak peduli siapa kita, sehebat apa pencapaian kita, sekuat apa fisik kita, pada akhirnya kita akan mati. Namun justru di sinilah letak motivasi besar dalam beribadah. Karena jika satu-satunya kepastian adalah kematian, maka satu-satunya cara untuk sukses dalam hidup ini adalah dengan menyembah Allah hingga nafas terakhir.

Masalahnya, manusia sering keliru menggunakan tubuh dan pikirannya untuk selain ibadah. Lidah digunakan untuk ghibah, mata untuk melihat hal haram, atau pikiran untuk merancang tipu daya dunia. Akibatnya, terjadi kehancuran dari dalam: hati menjadi keras, jiwa terasa hampa, hidup tak lagi bermakna. Inilah tanda bahwa ruh sedang berteriak, minta dikembalikan ke jalurnya: ibadah.

Banyak orang mengira bahwa kesulitan dalam hidup adalah tanda murka Allah. Padahal, sebagaimana Adam ‘alaihis salam diusir dari surga bukan karena murka semata, tetapi sebagai bagian dari proses taubat dan penyucian diri, maka ketika seseorang merasa berat dalam menjaga ibadah, itu bukan pertanda kegagalan. Justru itulah tanda bahwa ia sedang berada di jalan perbaikan.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ, وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ, وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَواهَا, وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ

“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah.” (HR. At-Tirmidzi)

Dengan memahami bahwa kesulitan adalah bagian dari perjalanan spiritual, seseorang tidak akan mudah menyerah. Ia tahu bahwa menjaga hijab, melawan hawa nafsu, bangun malam, semua itu berat, tapi bernilai tinggi di sisi Allah.

Baca juga: Rukhsah (Keringanan) dalam Ibadah

Ibadah itu perjuangan

Banyak yang salah mengira bahwa jika kita beriman, maka hidup akan jadi mudah. Padahal, justru iman adalah awal dari perjuangan. Ibadah adalah jihad, ia memerlukan usaha, pengorbanan, bahkan air mata. Namun yang membuatnya berbeda dari perjuangan lain adalah: setiap kesulitan dalam ibadah dibalas dengan pahala yang berlipat.

Contohnya, seseorang yang gagap membaca Al-Quran tapi tetap berusaha, ia akan mendapatkan dua pahala: satu karena membaca, satu lagi karena kesulitannya. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, usaha lebih utama daripada hasil. Allah tidak meminta kita menjadi sempurna, tapi meminta kita untuk terus berusaha.

Namun perjuangan ini tidak bisa dilakukan dengan mengandalkan diri sendiri. Seseorang yang merasa mampu beribadah tanpa bantuan Allah, maka dia sedang menipu dirinya. Bahkan Nabi Muhammad ﷺ sendiri, manusia terbaik, selalu membaca doa,

اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

“Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud no. 1522 dan An-Nasa’i no. 1304)

Jika Nabi saja butuh pertolongan, bagaimana dengan kita?

Di sinilah letak pentingnya keikhlasan. Semakin seseorang merasa lemah dan butuh Allah, semakin mudah ia dalam beribadah. Sebaliknya, semakin ia merasa kuat dan bisa sendiri, semakin besar kemungkinan ia jatuh dalam kesombongan dan futur. Maka rahasia dari keberhasilan ibadah bukan pada kekuatan fisik, tapi pada tunduknya hati kepada Allah Ta’ala.

Kunci agar tetap istikamah

Allah Ta’ala berfirman,

نَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fussilat: 30)

Kita telah memahami bahwa ibadah adalah perjuangan dan bahwa kita tidak bisa menjalaninya sendirian. Maka bagian kedua dari ayat tadi menjadi kunci besar: “wa iyyaaka nasta’iin” (“dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan”). Tanpa bantuan dari Allah, kita tak akan mampu bersujud sekalipun.

Sayangnya, banyak orang lalai dalam hal ini. Mereka berusaha keras dalam urusan dunia: begadang demi proyek, berkeringat demi gelar dan gaji. Tapi untuk akhirat? Bahkan setengah dari usaha itu pun tak diberikan. Seakan-akan surga bisa diraih tanpa pengorbanan. Padahal, dunia saja butuh perjuangan luar biasa, apalagi akhirat.

Maka, jangan heran jika ibadah terasa berat, jika salat terasa seperti beban, atau jika bangun malam begitu sulit. Sebab kita sering lupa berdoa agar dimudahkan dalam ibadah. Kita sibuk memohon rezeki, jodoh, dan keselamatan dunia, namun lupa memohon agar hati ini bisa khusyuk dalam sujud dan menangis saat mengingat-Nya.

Oleh karenanya, kesulitan yang kita hadapi agar mendapatkan kemudahan ibadah bukanlah tanda bahwa kita gagal dalam beragama, tapi justru tanda bahwa kita sedang berada di jalan yang benar. Jalan yang penuh perjuangan, tapi menjanjikan kedekatan dengan Rabb semesta alam. Maka jangan pernah menyerah. Teruslah menyembah dan teruslah meminta pertolongan. Karena “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin” adalah “kompas hidup” seorang mukmin.

Wallahu a’lam.

Baca juga: Ibadah yang Tidak Boleh Dilakukan oleh Wanita Haid

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Artikel Muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Fauzan Hidayat

Fauzan Hidayat

Artikel Terkait

Khutbah Syaikh Utsaimin (Penjelasan Tentang Sebagian Nama dan Sifat Allah Ta’ala)

oleh Ummu Sa'id
31 Januari 2011
6

Segala puji hanyalah millik Allah, Dzat yang memiliki sifat yang sempurna lagi tinggi. Dialah yang memiliki nama yang maha agung...

Jalan Menuju Surga

oleh Nuraini Safitri
23 Februari 2016
0

Surga.. dia adalah harapan yang sangat tinggi yang diusahakan untuk didapat oleh kaum mukminin sepanjang zaman

Cinta Kekal di atas Pondasi Takwa

oleh Muslimah.or.id
13 April 2018
0

Semua ikatan akan berakhir, kecuali kecintaan, hubungan dan ikatan tauhid dan keimanan kepada Allah ‘azza wa jalla.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.