Fatwa Syekh Abu Abdillah Musthafa bin Al-‘Adawi
Pertanyaan:
Sebutkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa sekufu dalam masalah harta (ekonomi) adalah perkara yang perlu dipertimbangkan?
Jawaban:
Di antara dalil-dalil tersebut adalah:
Hadis riwayat Muslim, dari Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha, (dalam sebuah hadis yang panjang, pent.) di dalamnya disebutkan bahwa Mu’awiyah dan Abu Jahm meminangnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya,
أَمَّا أَبُو جَهْمٍ، فَلَا يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتِقِهِ، وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوكٌ لَا مَالَ لَهُ، انْكِحِي أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ» فَكَرِهْتُهُ، ثُمَّ قَالَ: «انْكِحِي أُسَامَةَ» ، فَنَكَحْتُهُ، فَجَعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا، وَاغْتَبَطْتُ بِهِ
“Adapun Abu Jahm, ia tidak pernah meletakkan tongkatnya dari bahunya (yakni, ia sering memukul atau bepergian, pent.). Sedangkan Mu’awiyah adalah seorang yang miskin, tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid.” Aku pun tidak menyukainya. Kemudian beliau (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) berkata lagi, “Menikahlah dengan Usamah.” Maka aku pun menikah dengannya, dan Allah menjadikan kebaikan dalam pernikahan itu, serta aku merasa bahagia dengannya.”
Dalil yang lain, hadis riwayat Ahmad dengan sanad yang hasan, dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ أَحْسَابَ أَهْلِ الدُّنْيَا هَذَا الْمَالُ
“Sesungguhnya kehormatan (kedudukan) orang-orang dunia itu adalah harta.”
Baca juga: Sekufu dalam Masalah Profesi (Pekerjaan)
Pertanyaan:
Sebutkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa sekufu dalam masalah harta (ekonomi) adalah perkara yang tidak perlu dipertimbangkan?
Jawaban:
Di antara dalil-dalil tersebut adalah:
Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنكِحُوا الْأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاء يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32)
Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
مَرَّ رَجُلٌ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لرَجُلٍ عِنْدَهُ جَالِسٍ: مَا رَأْيُكَ فِي هَذَا؛ فَقَالَ: رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِ النَّاسِ، هَذَا وَاللَّهِ حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ يُنْكَحَ، وَإِنْ شَفَعَ أَنْ يُشَفَّعَ، قَالَ: فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ مَرَّ رَجُلٌ آخَرُ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا رَأْيُكَ فِي هَذَا؛ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا رَجُلٌ مِنْ فُقَرَاءِ المُسْلِمِينَ، هَذَا حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ لاَ يُنْكَحَ، وَإِنْ شَفَعَ أَنْ لاَ يُشَفَّعَ، وَإِنْ قَالَ أَنْ لاَ يُسْمَعَ لِقَوْلِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَذَا خَيْرٌ مِنْ مِلْءِ الأَرْضِ مِثْلَ هَذَا
“Seorang lelaki melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bertanya kepada seseorang yang sedang duduk di dekatnya, “Apa pendapatmu tentang orang ini?”
Orang itu menjawab, “Dia adalah seorang dari kalangan terhormat. Demi Allah, jika dia melamar, pasti akan dinikahkan. Jika dia memberikan syafaat, pasti akan diterima.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun diam.
Kemudian, seorang lelaki lain melewati mereka, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bertanya, “Apa pendapatmu tentang orang ini?”
Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia adalah salah satu dari orang fakir di kalangan kaum muslimin. Jika dia melamar, pasti akan ditolak. Jika dia memberikan syafaat, pasti tidak akan diterima. Dan jika dia berbicara, pasti tidak akan didengarkan.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang ini (yang miskin) jauh lebih baik daripada dunia yang penuh dengan orang seperti yang pertama (orang kaya yang terhormat tadi).”
Dalam Ash-Shahih Bukhari, sesungguhnya Zainab, istri dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memberikan sedekah (zakat) kepada suaminya. Maka hal ini menunjukkan bahwa Zainab jauh lebih kaya daripada suaminya. Wallahu Ta’ala a’lam.
Baca juga: Hukum seorang istri memberi zakat kepada suami atau sebaliknya
***
@Unayzah, 7 Ramadan 1446/ 7 Maret 2025
Penerjemah: M. Saifudin Hakim
Artikel Muslimah.or.id
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari Ahkaamun Nikah waz Zifaf, hal. 79-80.