Ketika kita masih hidup di dunia ini maka kita tidak bisa terlepas dari yang namanya ujian. Kita akan menjalani hari-hari yang berisi serangkaian nikmat, ujian, ataupun musibah. Allah ta’ala berfirman,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)
Kita dapat mengambil pelajaran dari Surat Al-Mulk ayat dua, bahwasanya perjalanan hidup seorang manusia hingga kematian di dunia memang berisi ujian dari Allah ta’ala. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui siapa yang paling taat kepada Allah ta’ala. Oleh karena itu, kita perlu melewati ujian dengan penuh rasa sabar dan rasa harap datangnya pertolongan dari Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah : 5-6)
Kita dapat mengambil pelajaran dari Surat Al-Insyirah ayat lima dan enam bahwasanya pada setiap kesulitan pasti disertai dengan pertolongan Allah ta’ala. Lalu bagaimana agar kita tetap kuat selama menghadapi ujian dari Allah ta’ala? Apa kunci agar kita tidak kehilangan arah ketika dihadapkan sebuah ujian hidup? Allah ta’ala berfirman,
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Artinya: “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura: 52)
Baca juga: Ujian Kelaparan Dan Kemiskinan
Kunci agar kita tidak kehilangan arah ketika dihadapkan sebuah ujian hidup adalah cahaya. Cahaya yang kita perlukan sebagai petunjuk di sepanjang hidup yaitu Al-Quran. Lalu timbul pertanyaan, “Bagaimana kita bisa menjadikan Al-Quran sebagai cahaya hidup kita?” Jawabannya tentulah adalah belajar dengan guru yang benar, kemudian mengamalkan ilmu tersebut.
Ketika kita belajar ilmu agama baik di ma’had atau majelis ilmu, insyaallah kita akan mendapatkan ilmu. Lalu pertanyaannya, “Mengapa saya tetap lemah dan hilang arah ketika ujian hidup datang, sedangkan saya sudah belajar ilmu agama?” Maka jawaban dari pertanyaan tersebut adalah apakah ilmu yang kita pelajari sudah kita amalkan? Apakah ilmu yang kita pelajari selama ini sudah menjadi ilmu yang bermanfaat?
Jika kita mendapatkan ilmu dari suatu kajian maka kita perlu memperjuangkan ilmu tersebut agar menjadi ilmu yang bermanfaat. Sebab ilmu yang bermanfaat adalah cahaya di kehidupan kita. Beberapa hal yang dapat kita lakukan setelah mendapatkan ilmu adalah mensyukuri ilmu tersebut. Allah ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’” (QS. Ibrahim: 7)
Kita tentunya harus merasa beruntung dan merasakan bahwasanya Allah Maha Baik karena Allah ta’ala memberikan ilmu kepada kita, sedangkan orang lain diberikan dunia. Setelah kita mensyukuri akan ilmu, kemudian kita berusaha mengamalkan ilmu tersebut. Sebab pada dasarnya belajar ilmu agama untuk diamalkan, bukan hanya dipelajari.
Doa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada kita untuk dibaca setelah Salat Subuh,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Artinya: “Ya Allah, aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib dan amalan yang diterima.” (HR. Ibnu Majah no. 925, shahih)
Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
Artinya: “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang semakin mendekatkan diri kita kepada Allah ta’ala dan membuat kita takut kepada Allah ta’ala. Ilmu yang bermanfaat bukanlah banyaknya ilmu yang kita kumpulkan, tetapi yang kita amalkan. Semoga Allah ta’ala memudahkan kita untuk mengamalkan ilmu yang sudah kita dapatkan selama ini. Aamiin yaa mujiibas saa-iliin.
Wallahu a’lam.
Baca juga: Bagi Yang Mengamalkan Sunnah Nabi, Ini Masanya Ujian Kesabaran
—
Penulis: Retno Utami
Referensi:
- Al-Qur’an
- https://rumaysho.com/12200-waktu-muda-yang-sia-sia.html
- https://rumaysho.com/14202-doa-ibnu-hajar-ilmu-jangan-jadi-petaka.html
Artikel Muslimah.or.id