Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Menjawab Syubhat-Syubhat Seputar Ucapan Selamat Natal (Bag. 3)

Yulian Purnama oleh Yulian Purnama
25 Desember 2021
di Akidah
0
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Syubhat 6: Para sahabat pernah salat di gereja
  • Syubhat 7: Semua agama sama
  • Syubhat 8: Mengapa perkataan yang simpel saja dipermasalahkan?

Baca pembahasan sebelumnya: Menjawab Syubhat-Syubhat Seputar Ucapan Selamat Natal (Bag. 2)

Syubhat 6: Para sahabat pernah salat di gereja

Para penganut toleransi kebablasan menebar syubhat. Para ulama jelas melarang untuk rida atau menghadiri ibadah orang non-Muslim, namun ini disamarkan oleh mereka dengan membawakan pendapat para ulama tentang salat di gereja.

Padahal pembahasan masalah shalat di gereja ini maksudnya ketika di tempat yang tidak ada masjid.

Tentu saja berbeda antara:

  • Hukum salat di gereja ketika tidak ada masjid, dengan:
  • Hukum masuk gereja untuk ikut dan mendukung ibadah orang Nasrani.

Hukum salat di gereja ketika tidak ada masjid, ada khilaf (perbedaan pendapat) di antara ulama:

Donasi Muslimahorid
  • Makruh, ini pendapat jumhur ulama.
  • Boleh jika tidak ada gambar atau patung, haram jika ada gambar atau patung. Ini pendapat Hanabilah.
  • Haram secara mutlak, ini pendapat sebagian Hanafiyah.

Yang rajih, boleh jika ada kebutuhan mendesak. Dan hal ini pernah dilakukan oleh Umar bin Khathab radhiallahu ‘anhu. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan,

هو رخّص فيها عمر للحاجة، لأجل يحتاج المسلمون والجنود الكنائس إما لمطر وإما لبرد وإما لغير ذلك، فلا بأس عند الحاجة، وإلا فلا يأتونها

“Umar bin Khathab memberikan kelonggaran akan hal ini (salat di gereja) karena kaum Muslimin dan para tentara ketika itu ada kebutuhan untuk salat di gereja. Bisa jadi karena hujan deras, atau karena cuaca dingin, atau karena sebab lainnya. Maka tidak mengapa jika ada kebutuhan. Adapun jika tidak ada kebutuhan, maka tidak boleh.”

Maka ini berbeda dengan mendatangi gereja untuk ikut serta dan mendukung ibadah orang Nasrani. Allah Ta’ala berfirman tentang sifat ‘ibadurrahman (hamba Allah yang beriman),

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

“Dan orang-orang yang tidak melihat az-zuur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan: 72)

Ibnu Abbas radhiallahu ’anhu mengatakan, “Az-zuur adalah hari-hari perayaan kaum musyrikin.” (Tafsir Al-Qurthubi)

Syubhat 7: Semua agama sama

Jelas bahwa semua agama tidak sama. Hanya Islam lah agama yang haq (benar) dan diterima di sisi Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima [agama itu] darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.“ (QS. Ali Imran: 85)

Allah Ta’ala juga berfirman,

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلامُ

“Sesungguhnya agama [yang diridai] di sisi Allah hanyalah Islam.“ (QS. Ali Imran: 19)

Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam.” Katakanlah, “Maka siapakah [gerangan] yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?”” (QS. Al-Maidah: 17)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pun telah membantah paham bahwa semua agama sama, atau pemahaman bahwa yang penting beriman kepada Allah dan para Nabi serta Rasul, maka sudah baik dan akan selamat di akhirat. Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أهل النار

“Tidaklah seseorang dari umat ini baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani yang mendengar ajaranku kemudian mati dalam keadaan tidak beriman kepada ajaran yang aku bawa, kecuali ia menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim)

Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pernah melihat lembaran Taurat di tangan Umar bin Khattab radhiallahu ’anhu, lalu beliau bersabda,

لقد جئتكم بها بيضاء نقية، لو كان موسى حيا واتبعتموه وتركتموني ضللتم

“Apakah engkau termasuk orang yang bingung wahai Ibnul Khathab? Sungguh aku datang kepada kalian dengan membawa ajaran yang putih bersih. Andaikan Musa hidup saat ini, lalu kalian mengikuti syariat Nabi Musa dan meninggalkan syariatku, maka kalian akan tersesat.”

Dalam riwayat lain disebutkan,

لو كان موسى حياً ما وسعه إلا اتباعي

“Andaikan Musa hidup saat ini, tidak ada kelonggaran baginya kecuali mengikuti syariatku.”

Maka Umar bin Khathab pun mengatakan,

رضيت بالله رباً وبالإسلام ديناً وبمحمد نبياً

“Aku telah rida Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabiku.” (HR. An Nasa-i, dihasankan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 5308)

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah di antara ulama yang tegas membantah paham pluralisme ini. Beliau menjelaskan,

ومن كان على دين اليهودية والنصرانية فهؤلاء يدّعون دين موسى وعيسى – صلوات الله وسلامه عليهما – وقد بدّلوا منه ، وقد أخذ عليهم فيهما الايمان بمحمد صلى الله عليه وسلم فكفروا بترك الايمان به واتباع دينه ، مع ما كفروا به من الكذب على الله قبله 

“Barangsiapa yang berada dalam agama Yahudi atau Nasrani, maka mereka mengklaim mengikuti Musa dan Isa ‘alaihimas salam, padahal mereka telah mengubah-ubahnya. Mereka mengetahui adanya kewajiban beriman kepada Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, namun mereka mengkufurinya dengan meninggalkan keimanan kepada Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam dan tidak mengikuti ajaran beliau. Di samping kekufuran mereka karena telah mendustakan Allah sebelumnya.”

فقد قيل لي : إن فيهم من هو مقيم على دينه ، يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمداً عبده ورسوله ويقول : لم يبعث إلينا . فإن كان فيهم أحد هكذا فقال أحد منهم : أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمداً عبده ورسوله . لم يكن هذا مستكمل الاقرار بالايمان حتى يقول : وأن دين محمد حق أو فرض ، وأبرأ مما خالف دين محمد صلى الله عليه وسلم أو خالف دين الاسلام . فإذا قال هذا فقد استكمل الاقرار بالايمان

“Jika ada yang berkata, “Di antara mereka ada yang masih berada pada ajaran asli agamanya, bersyahadat laa ilaaha illalla wa anna muhammadan abduhu wa rasuuluh“, namun mereka mengatakan, “bahwa Muhammad tidak diutus untuk kami.”

Jawabnya, jika memang benar ada yang demikian di antara mereka, lalu di antara mereka bersyahadat laa ilaaha illalla wa anna muhammadan abduhu wa rasuuluh, maka ia tidak sempurna pengakuan keimanannya hingga mengatakan bahwa agama yang dibawa Muhammad itu benar dan wajib diikuti. Dan sampai dia berlepas diri dari semua yang bertentangan dari ajaran yang dibawa Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam atau berlepas diri dari semua yang bertentangan dengan Islam. Jika ia mengatakan ini, barulah pengakuan keimanannya sempurna.” (Al-Umm, 6: 158)

Maka waspada terhadap paham pluralisme yang berkeyakinan semua agama sama, yang membahayakan akidah kaum Muslimin.

Syubhat 8: Mengapa perkataan yang simpel saja dipermasalahkan?

Itulah bahayanya lisan, terkadang perkataan yang dianggap biasa oleh orang-orang ternyata itu perkataan yang berbahaya bagi agamanya dan dunianya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن الرجل ليتكلم بالكلمة من سخط الله لا يرى بها بأسا فيهوي بها في نار جهنم سبعين خريفا

“Sungguh ada seseorang yang mengucapkan suatu kalimat yang membuat Allah murka, ia menganggap perkataan itu biasa saja, padahal hal itu menjerumuskannya ke dalam neraka Jahanam sejauh tujiuh puluh tahun perjalanan.” (HR. Bukhari no.6478)

Dan kita lihat sendiri di dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang hidupnya berubah drastis menjadi terpuruk gara-gara kalimat singkat yang keluar dari lisannya. Maka perkara lisan bukan perkara remeh, wajib kita menjaga lisan kita. Hendaknya berkata baik atau diam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من كان يؤمن بًالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه ، ومن كان يؤمن بًالله واليوم الآخر فليصل رحمه ، ومن كان يؤمن بًالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahmi. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam.” (HR. Bukhari no. 6018, Muslim no. 47)

Wallahu a’lam. Semoga Allah memberi taufik.

[Selesai]

KEMBALI KE BAGIAN 1

***

Penulis: Yulian Purnama

Artikel Muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Yulian Purnama

Yulian Purnama

Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, kontributor Muslim.or.id dan PengusahaMuslim.com

Artikel Terkait

Bukti Cinta Nabi

Cinta Nabi Butuh Bukti

oleh Ari Wahyudi
18 Oktober 2024
0

Bismillah. Saudaraku yang dirahmati Allah, seorang muslim membangun agamanya di atas ilmu dan keyakinan. Dan di antara perkara yang paling...

Al Qur’an adalah Kalam Allah Bukan Makhluk (Bagian 2)

oleh Ummu Sa'id
18 November 2012
2

Apakah Lafadz Al-Qur’an adalah Makhluk? Telah dijelaskan bahwa Al-Qur’an adalah Kalam Allah, bukan makhluk. Akan tetapi apabila Al-Qur’an diucapkan oleh...

Rasa Harap dan Takut kepada Allah: Mana yang Lebih Diutamakan?

oleh Yulian Purnama
27 Juni 2017
0

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah ditanya, "bagaimana madzhab Ahlussunnah Wal Jama'ah dalam masalah raja' wal khauf (rasa harap...

Artikel Selanjutnya

Bergaul, Mewarnai atau Terwarnai? Bag. 1

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.