Segala puji bagi Allah Tabaraka wa Ta’ala yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai wahyu dari-Nya kepada Nabi kita yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al-Qur’an diturunkan pada sebaik-baik bulan, yaitu bulan Ramadan, pada malam yang sangat mulia, yaitu Lailatul Qadr, dan dengan perantara malaikat yang paling utama, yaitu Jibril ‘alaihissalam.
Allah Tabaraka wa Ta’ala telah menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab yang penuh petunjuk dan hidayah yang dapat menuntun para hamba-Nya menuju jalan yang lurus dan diridai oleh-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
الٓر ۚ كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَمِيدِ
“Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 1)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan Al-Qur’an, mengutamakannya dari kitab-kitab terdahulu. Bahkan Al-Qur’an adalah tolak ukur bagi kitab-kitab sebelumnya yang telah banyak diubah oleh manusia dan terdapat banyak penyelewengan di dalamnya. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (QS. Al-Maidah: 48)
Al-Qur’an adalah kitab yang agung nan mulia, yang tidak seorang pun dapat mendatangkan yang semisalnya. Sebuah kitab yang seandainya ia diturunkan kepada sebuah gunung, niscaya gunung tersebut hancur berkeping-keping. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خَٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ ٱللَّهِ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (QS. Al-Hasyr: 21)
Oleh sebab itu, tidak sepatutnya bagi seorang muslim untuk menyia-nyiakan Al-Qur’an. Hendaknya seseorang yang mengaku bahwa dirinya beriman kepada Allah, senantiasa sibuk untuk membaca, merenungkan, dan mengamalkan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah kunci kemuliaan seorang muslim.
Imam Al-Bukhari berkata di dalam Shahih-nya, (باب: فضل القرآن على سائر الكلام) “Bab Keutamaan Al-Qur’an atas seluruh perkataan” dan beliau menyebutkan dua hadis yang sangat agung di dalamnya:
Pertama, hadis Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مِثلُ الْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وريحها طَيِّبٌ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ القُرْآنَ مِثلُ التَّمَرَةِ طَعْمُهَا حُلْوٌ وَلَا رِيحَ فِيهَا، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثل الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti utrujah, rasanya bagus dan aromanya bagus. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti tamrah, rasanya bagus, namun tidak ada aromanya. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti raihanah, aromanya bagus, namun rasanya pahit. Perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti hanzalah, rasanya pahit dan tidak ada aromanya.” (HR. Bukhari no. 5020 dan Muslim no. 797)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam kitab Fadhail Al-Qur’an, “Letak kesesuaian judul bab terhadap hadis ini, bahwa aroma yang harum dikaitkan dengan Al-Qur’an, antara keberadaan dan ketiadaannya. Sehingga hal ini menunjukkan keutamaan Al-Qur’an atas selainnya, berupa perkataan yang berasal dari orang baik maupun pelaku dosa.” (Fadhail Al-Qur’an, hal. 101)
Kedua, hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا أَجَلُكُمْ فِي أَجَلِ مَنْ خَلَا مِنَ الْأُمَمِ كَمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعَصْرِ وَمَغْرِبِ الشَّمْسِ وَمَثَلُكُمْ وَمَثَلُ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَعْمَلَ عمالًا، فَقَالَ: مَنْ يَعْمَلُ لِي إِلَى نِصْفِ النَّهَارِ عَلَى قِيرَاطٍ قِيرَاطِ؟، فَعَمِلَتِ الْيَهُودُ، فَقَالَ: مَنْ يَعْمَلُ لِي مِنْ نِصْفِ النَّهَارِ إِلَى الْعَصْرِ؟ فَعَمِلَتِ النَّصَارَى، ثُمَّ أَنْتُمْ تَعْمَلُونَ مِنَ الْعَصْرِ إِلَى الْمَغْرِبِ بِقِيرَاطَيْنِ قِيرَاطَيْنِ، قَالُوا: نَحْنُ أَكْثَرُ عَمَلًا وَأَقَلُّ عَطَاءً، قَالَ: هَلْ ظَلَمْتُكُمْ مِنْ حَقّكُمْ، قَالُوا: لَا قَالَ: فَذَاكَ فَضْلِي أُوتِيهِ مَنْ شِئْتُ
“Hanya saja batas waktu bagi kamu dibandingkan batas waktu mereka yang telah terdahulu di antara umat-umat, sama seperti antara ashar dan terbenamnya matahari. Perumpamaan kamu dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani itu sama seperti seseorang mengupah para pekerja. Maka Dia berkata, ‘Siapa mau bekerja untukku hingga tengah hari dan masing-masing mendapatkan satu qirath?’ Maka orang-orang Yahudi mengerjakannya. Dia berkata lagi, ‘Siapa mau bekerja untukku dari tengah hari hingga ashar?’ Maka orang-orang Nasrani mengerjakannya. Kemudian kamu (umat Islam) bekerja dari ashar hingga magrib dengan upah masing-masing dua qirath. Mereka (umat Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Kami lebih banyak pekerjaannya, namun lebih sedikit upahnya.’ Dia berkata, ‘Apakah aku menzalimi kamu dari hak kamu?’ Mereka berkata, ‘Tidak.’ Dia berkata, ‘Itulah anugerahku yang aku berikan siapa yang aku kehendaki.’” (HR. Bukhari no. 5021)
Baca juga: Bolehkah Menjadikan Hafalan Al-Qur’an Sebagai Mahar?
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Kesesuaian hadis ini dengan judul bab, bahwa umat ini meski ringkas waktunya, namun ia melebihi keutamaan umat-umat terdahulu walau waktu mereka lebih lama, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
“Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia.” (QS. Ali Imran: 110)
Dalam Al-Musnad dan As-Sunan, dari Bahz bin Hakim, dari bapaknya, dari kakeknya, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنْتُمْ تُوفُوْنَ سَبْعِيْنَ أُمَّةً. أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى الله
“Kamu menggenapkan tujuh puluh umat. Kamu yang terbaik di antaranya, paling utama, paling mulia di sisi Allah.” (Al Musnad, 5: 3; At Tirmidzi no. 3001; Ibnu Majah no. 4288; dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2301)
Mereka mendapatkan kemenangan ini hanyalah disebabkan oleh keberkahan Al-Qur’an yang agung. Al-Qur’an yang telah dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas semua kitab yang diturunkan, mencakup kitab-kitab tersebut, menghapusnya, dan menjadi penutup baginya. Sebab semua kitab terdahulu turun ke bumi dengan sekaligus. Sedangkan Al-Qur’an ini turun berangsur-angsur sesuai kejadian karena besarnya pemeliharaan terhadapnya dan (Rasul) yang menerimanya. Setiap kali turun, maka sama seperti turunnya salah satu kitab di antara kitab-kitab terdahulu.
Umat-umat terdahulu yang paling besar adalah Yahudi dan Nasrani. Yahudi dipekerjakan Allah Subhanahu wa Ta’ala sejak Nabi Musa hingga zaman ‘Isa ‘alaihissalam. Nasrani dari masa tersebut hingga kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mempekerjakan umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ini hingga hari kiamat. Inilah yang diserupakan dengan akhir dari waktu siang. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada (umat) yang terdahulu masing-masing satu qirath. Namun Dia Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada umat ini masing-masing dua qirath. Dua kali lipat dari apa yang diberikan kepada umat sebelumnya. Mereka berkata, ‘Wahai Rabb kami, mengapa kami lebih banyak pekerjaannya, namun lebih sedikit ganjarannya?’ Allah berfirman, ‘Apakah Aku menzalimi kamu atas sesuatu dari upah kamu?’ Mereka berkata, ‘Tidak.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Itulah karunia-Ku’; yakni, kelebihan dari apa yang Aku berikan kepada kamu, Aku berikan kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَءَامِنُوا۟ بِرَسُولِهِۦ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِۦ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِۦ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ * لِّئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ أَلَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍ مِّن فَضْلِ ٱللَّهِ ۙ وَأَنَّ ٱلْفَضْلَ بِيَدِ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ
“Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya kamu akan diberikan ganjaran dua kali lipat dari rahmat-Nya, dan dijadikan untuk kamu cahaya yang kamu berjalan dengannya, dan diampuni untuk kamu, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Agar Ahli Kitab mengetahui bahwa mereka tidak memiliki kekuasaan apapun atas karunia Allah. Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah dan diberikannya kepada siapa Dia kehendaki. Allah adalah pemilik karunia yang agung.” (QS. Al-Hadid: 28-29).” (Fadhail Al-Qur’an, hal. 102-103)
Semoga Allah Tabaraka wa Ta’ala memudahkan langkah kita untuk senantiasa membersamai Al-Qur’an di dalam kehidupan kita, memasukkan kita ke dalam golongan Ahlul Qur’an, karena mereka adalah Ahlullah dan hamba-hamba pilihan-Nya.
Baca juga: Ingin Betah Membaca Al-Qur’an? Tadabur Kuncinya
***
Penulis: Annisa Auraliansa
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Fiqih Doa dan Dzikir, Syekh ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr, Penerbit Griya Ilmu, Cetakan Ketujuh, Rabi’ul Awal 1444/ Oktober 2022.