Dengan berbagai distraksi yang ada di zaman digital ini, seorang penghafal Al-Quran mudah sekali terkecoh. Berniat melakukan muraja’ah, malah sibuk scrolling social media.
Muraja’ah terkesan sebagai kegiatan yang menjenuhkan. Dibanding bermain gadget yang menawarkan visualisasi yang kian menarik.
Padahal Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنّما مَثَلُ صَاحبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ الإِبِلِ المُعَقَّلَةِ، إنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أمْسَكَهَا، وَإنْ أطْلَقَهَا ذَهَبَتْ
“Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal Al-Qur?n seperti unta yang diikat. Jika ia menjaganya, ia dapat menahannya. Jika ia melepaskannya, unta itu akan pergi.” (HR. Muslim no. 789)
Maka seorang penghafal Quran dituntut untuk mengikat apa yang telah ia hafalkan dengan senantiasa mengulang-ngulangnya. Jika tidak, maka hafalan itu akan hilang dengan cepat, ibarat unta yang dilepas tanpa penjagaan.
Suatu hal yang telah diketahui manfaatnya akan lebih mudah bagi kita untuk mengerjakannya. Begitu pula dengan muraja’ah Al-Quran. Berikut sedikit hikmah yang penulis kumpulkan berkaitan dengan hikmah muraja’ah Al-Quran.
Sebagai Pengingat
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحٰفِظُون
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Quran sebagai pengingat), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Jiwa manusia terkadang lalai dan senantiasa butuh kepada pengingat. Apa tujuan kita diciptakan dan kemana kita akan berakhir.
Begitu pula dalam menghafalkan Al-Quran, tentu tujuan utama kita adalah menjadi Ahlullah dan hamba-hamba pilihanNya. Oleh karena itu bersemangatlah!
Sarana Hidayah
إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ
“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (QS. Al-Isra: 9)
Dalam menghadapi realita kehidupan setiap harinya tentu kita sangat butuh kepada hidayah atau petunjuk dari Allah ‘azza wa jalla, agar kita tidak tersesat dan tidak pula mengalami kesengsaraan.
Lalu bagaimakah jika petunjuk tersebut tengiang-ngiang di ingatan kita? Terpelihara di dalam dada kita?
بَلْ هُوَ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ فِى صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ
“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.” (QS. Al-Ankabut: 49)
Al-Quran itu tersimpan, dengan artian dihafal di dalam dada. Al-Quran mudah dibacakan oleh lidah, selalu terpelihara dan terawat di hati, dan mengandung mukjizat, baik lafazhnya ataupun maknanya. (Tafsiir Al-Qur’aan Al ‘Azhiim (Terjemah) Jilid 7, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), 56)
Baca juga: Diantara Sifat-Sifat Al-Qur’an
Perniagaan yang Takkan Merugi
الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ * لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30)
Inilah pujian Allah terhadap para qari’ (pembaca) Al-Quran yang agung ini, karena mereka selalu konsisten dan komitmen untuk membacanya. Mereka membaca kalamNya dengan memperhatikan hukum-hukum tajwidnya dan merenungi maknanya serta mengambil faidah darinya (Fathul Qadir 4/348, Tafsir As-Sa’dy 4/216)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتاب الله فَلَهُ حَسَنَة، والحَسَنَة بِعَشْرِ أمْثَالِها، لا أقول: ألم حَرفٌ، ولكِنْ: ألِفٌ حَرْفٌ، ولاَمٌ حَرْفٌ، ومِيمٌ حَرْفٌ
“Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur`an) maka baginya satu pahala kebaikan, dan satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi no. 2915)
Sebab Mendapatkan Syafaat di Akhirat
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اقْرَؤُوا القرْآنَ؛ فَإنَّهُ يَأتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Quran, karena dia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat kepada para pembacanya.” (HR. Muslim no. 804)
Yaitu para pembacanya, orang yang sibuk dengannya, dan orang yang komitmen terhadap perintah dan larangannya. (https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/5383)
Jasadnya Tidak Tersentuh Api Neraka
Dari ‘Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لو كان القرآن في إهاب ما أكلته النار
“Kalau sekiranya Al-Quran itu berada di atas kulit, niscaya ia tidak akan termakan api.” (HR. Ahmad dalam Al Musnad, 4/155 hadits no; 17456, dihasankan oleh Syaikh Albani dalam shahih Al Jami’, 2/953 hadits no; 5282)
Maknanya, ‘Sekiranya Al-Quran diletakkan di atas kulit, maka ia tidak akan tersentuh api, karena keberkahannya berdekatan dengan Al-Quran. Maka bagaimana halnya dengan seorang mukmin yang telah menghafalnya dan selalu membacanya. Yang dimaksud dengan api pada hadits di atas adalah api neraka Allah yang menjilat-jilat.
Oleh karena itu berbahagialah orang yang telah menghafal kitab Allah dan memeliharanya di dalam dada serta mengamalkan isi kandungannya. Berbahagialah dengan kabar gembira ini, di mana ia akan terbebas dari jilatan api neraka. (Syaikh Mahmud bin Ahmad bin Shalih Al Dosari, Keagungan Al-Quran Al-Karim, (Riyadh: Maktaba Darussalam, 2006), 359)
Alhamdulillahirabbil’aalamin ‘ala ni’matihi Al-Qurani Al-Karim, wa shalatu wa salaamu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihi wa man tabi’ahum biihsaanin ilaa yaumiddin..
Baca juga: Bagaimana Bacaan Al-Qur’anmu?
—
Penulis: Annisa Auraliansa
Artikel Muslimah.or.id