Allah Ta’ala berfirman:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (QS. An Nashr : 1)
Faedah dari ayat ini:
1. Kata al-fath dalam ayat ini maksudnya adalah Fathu Makkah. Yaitu, ditaklukkannya kota Mekah setelah kaum Muslimin hijrah ke Madinah dan tidak bisa masuk ke Mekah, bahkan untuk berhaji dan berumrah.
2. Para ulama khilaf apakah surat ini turun sebelum Fathu Makkah atau setelahnya. Ibnu Rajab menguatkan bahwa surat ini turun sebelum Fathu Makkah. Sehingga surat ini merupakan kabar gembira dari Allah Ta’ala bagi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabat bahwa mereka akan bisa menaklukkan kota Mekah.
3. Nashrullah (pertolongan Allah) di sini maksudnya adalah pertolongan Allah bagi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabat dalam peperangan untuk menaklukkan musuh-musuh mereka, di antaranya suku Quraisy dan Bani Hawazin.
4. Pertolongan dan kemenangan itu dari Allah. Maka kita meminta hanya kepada Allah dan hanya didapatkan dengan bertakwa kepada Allah. Bukan dengan menghalalkan segala cara.
5. Surat ini juga dinamakan juga dengan surat at-Taudi’ (perpisahan). Karena turunnya surat ini adalah salah satu tanda akan wafatnya Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ عُمَرُ يُدْخِلُنِي مَعَ أَشْيَاخِ بَدْرٍ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لِمَ تُدْخِلُ هَذَا الفَتَى مَعَنَا وَلَنَا أَبْنَاءٌ مِثْلُهُ؟ فَقَالَ: «إِنَّهُ مِمَّنْ قَدْ عَلِمْتُمْ» قَالَ: فَدَعَاهُمْ ذَاتَ يَوْمٍ وَدَعَانِي مَعَهُمْ قَالَ: وَمَا رُئِيتُهُ دَعَانِي يَوْمَئِذٍ إِلَّا لِيُرِيَهُمْ مِنِّي، فَقَالَ: مَا تَقُولُونَ فِي إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ، وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا حَتَّى خَتَمَ السُّورَةَ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: أُمِرْنَا أَنْ نَحْمَدَ اللَّهَ وَنَسْتَغْفِرَهُ إِذَا نُصِرْنَا وَفُتِحَ عَلَيْنَا، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ نَدْرِي، أَوْ لَمْ يَقُلْ بَعْضُهُمْ شَيْئًا، فَقَالَ لِي: يَا ابْنَ عَبَّاسٍ، أَكَذَاكَ تَقُولُ؟ قُلْتُ: لاَ، قَالَ: فَمَا تَقُولُ؟ قُلْتُ: هُوَ أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَهُ اللَّهُ لَهُ: إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ فَتْحُ مَكَّةَ، فَذَاكَ عَلاَمَةُ أَجَلِكَ: فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا. قَالَ عُمَرُ: «مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَعْلَمُ»
‘Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahuma, ia berkata, “Suatu hari ‘Umar mengundangku bersama dengan para senior perang Badar. Sebagian dari mereka berkata, “Mengapa kamu mengundang pemuda ini bersama kita sedangkan kita juga memiliki anak-anak seusianya?” Dia berkata, ”Sesungguhnya dia adalah orang yang sudah kalian ketahui.” Suatu hari dia mengundang mereka dan mengundangku juga bersama mereka. Seingatku, ‘Umar tidak mengajakku saat itu selain untuk mempertontonkan kepada mereka kualitas keilmuanku. Lantas ‘Umar bertanya, “Bagaimana komentar kalian tentang ayat (yang artinya), “Seandainya pertolongan Allah dan kemenangan datang (1) dan kau lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong (2) -hingga akhir surat. (QS. An-Nashr: 1-3). Sebagian sahabat berkomentar (menafsirkan ayat tersebut), “Tentang ayat ini, setahu kami, kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampunan kepada-Nya, ketika kita diberi pertolongan dan diberi kemenangan.” Sebagian lagi berkomentar, “Kalau kami tidak tahu.” Atau bahkan, tidak ada yang berkomentar sama sekali. Lantas ‘Umar bertanya kepadaku, “Wahai Ibnu ‘Abbas, beginikah kamu menafsirkan ayat tadi?” “Tidak”, jawabku. “Lalu bagaimana tafsiranmu?” tanya ‘Umar. Ibnu ‘Abbas menjawab, “Surat tersebut adalah pertanda wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah dekat. Allah memberitahunya dengan ayatnya: “Jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan’, itu berarti penaklukan Makkah dan itulah tanda ajalmu (Muhammad), karenanya “Bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampunan, sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat.” ‘Umar berkata, “Aku tidak tahu penafsiran ayat tersebut selain seperti yang kamu (Ibnu ‘Abbas) ketahui.”’ (HR. Bukhari, no. 4294)
Allah Ta’ala berfirman:
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
“Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” (QS. An-Nashr : 2)
Faedah dari ayat ini:
1. Setelah Fathu Makkah, banyak orang-orang yang masuk Islam secara berbondong-bondong dalam jumlah besar, seperti penduduk Mekah, Thaif, Yaman, Bani Hawazin dan suku-suku Arab.
2. Sebelum Fathu Makkah, orang masuk Islam dengan sembunyi-sembunyi dan orang per orang.
3. Dalam dua tahun, Jazirah Arab sudah tersirami oleh keimanan dan tidak ada simbol di seluruh suku Arab, kecuali simbol Islam (Tafsir Ibnu Katsir).
4. Bangsa Arab berkata: “Bila Muhammad berhasil mengalahkan para penduduk kota suci (Mekah), padahal dulu penduduk Mekah dilindungi oleh Allah dari pasukan Gajah, maka tidak ada kekuatan bagi kalian (untuk menahannya). Maka mereka pun memeluk Islam secara berbondong-bondong.” (Tafsir Qurthubi)
5. Bangkitnya Islam diperoleh dengan dengan perjuangan yang tidak sebentar dan kesabaran. Dan Allah sudah janjikan akan menangkan kaum Muslimin jika mereka bersabar. Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ
“Ketahuilah sesungguhnya pertolongan itu bersama kesabaran.” (HR. Tirmidzi, shahih)
‘Umar bin Khaththab bertanya kepada para pemuka dari Bani ‘Abbas :
قَالُوا: بِالصَّبْرِ، لَمْ نَلْقَ قَوْمًا إِلَّا صَبَرْنَا لَهُمْ كَمَا صَبَرُوا لَنَا
“Apa rahasia kemenangan kalian (dalam perang-perang)?” Mereka menjawab “Dengan kesabaran. Tidaklah kami bertemu suatu kaum dalam peperangan, kecuali kami bersabar terhadap mereka sebagaimana mereka bersabar kepada kami.”” (Ibnu Rajab dalam Jami’u al-’Ulum wal Hikam, 1/488)
Allah Ta’ala berfirman:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nashr : 3)
Faedah dari ayat ini:
1. Perintah untuk memperbanyak tasbih, yaitu ucapan “Subhanallah” dan memperbanyak istigfar, yaitu ucapan “astaghfirullah”.
2. Maksud ayat ini adalah: “Jika engkau shalat, maka perbanyaklah dengan cara memuji-Nya atas limpahan kemenangan dan penaklukan kota Mekah. Mintalah ampunan kepada Allah”. Karena setelah turun ayat ini, Nabi banyak membacanya dalam ruku dan sujudnya :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى
“Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, pujian untuk-Mu, ampunilah aku.” (HR. Bukhari dan Muslim) (Tafsir as-Sa’di)
3. Sebagian sahabat Nabi memaknai ayat ini: “Allah memerintahkan kami untuk memuji dan memohon ampunan kepada-Nya, manakala pertolongan Allah telah tiba dan sudah menaklukkan (daerah-daerah) bagi kita.” (Tafsir al-Qurthubi)
4. Merayakan kemenangan dan mensyukurinya bukan dengan foya-foya dan berbuat yang tidak bermanfaat. Namun, dengan memperbanyak ibadah serta taubat kepada Allah.
5. Allah Ta’ala itu tawwab, artinya banyak menerima taubat. Tidak hanya satu taubat. Betapapun seringnya manusia berbuat kesalahan, bahkan kesalahan sama yang berulang-ulang, Allah Ta’ala tetap menerima taubatnya manakala ia selalu bertaubat dengan taubat nasuha.
Wallahu a’lam.
***
Penyusun: Yulian Purnama
Artikel Muslimah.or.id