Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Jenis-jenis Riya, Rincian dan Macam-Macam Pelakunya

Muslimah.or.id oleh Muslimah.or.id
24 Desember 2017
di Al-Qur'an
0
Share on FacebookShare on Twitter

Dari Mahmud bin Labid bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sesuatu yang paling menakutkan yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’, Allah azza wa jalla akan berfirman kepada mereka pada hari kiamat pada saat manusia dibalas karena perbuatan mereka,’Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepadanya ketika di dunia, maka lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan di sisi mereka?’”

  1. Riya dalam iman, dan inilah keadaan orang-orang munafik.

? ??? ???? ????? ?????? ????? ????

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, ‘Kami telah beriman’.” (QS. Al-Baqarah: 14).

Dan akibatnya adalah neraka.

  1. Riya’ dengan (ibadah) wajib atau sunnah, maka dia menampakkannya ketika ia sendiri.
  2. Riya’ dengan bentuk ibadah, seperti membaguskannya dan memperhatikan bentuk dhahirnya saja
  3. Riya’ dengan ucapan, dan ini khusus bagi para pemberi nasihat, maka dia menghafal agar dia pandai berbicara, berdebat, dan berdiskusi atau untuk memuji dirinya sendiri dan mempersiapkan proyek-proyeknya.
  4. Riya’ dengan keadaan orang yang berbuat riya’, seperti (menampakkan) kurus dan pucatnya badan, agar disangka bersungguh-sungguh dalam beribadah, dan juga seperti menampakkan suara yang lemah dan keringnya bibir agar disangka berpuasa. Ini adalah masalah yang besar dan samudra yang bergelombang, termasuk ke dalamnya riya’ dengan pakaian, cara berjalan dan kewibawaan.
  5. Riya’ dengan (akibat) yang terjadi setelah perbuatan, seperti orang yang menyukai agar diberi ucapan salam terlebih dulu, diberi sambutan dengan wajah yang ceria, dicukupi keperluan-keperluannya dan diberi kelapangan dalam majelis.
  6. Riya’ dengan mencela diri, Mutharrif berkata, “Cukuplah seseorang dianggap sebagai ithara’ (melampaui batas dalam memuji), jika dia mencela dirinya di hadapan orang-orang seolah-olah engkau ingin memujinya dengan celaan tersebut, dan hal ini buruk menurutku.”
  7. Mengharapkan dunia dengan mengikhlaskan amal. Syaikhul Islam berkata, “Seperti orang yang tujuannya adalah pengagungan dan pujian dari manusia –misalnya-, dan dia mengetahui bahwasanya hal itu bisa didapat dengan ikhlas, maka dia di sini tidak mengaharapkan Allah, akan tetapi dia menjadikan Allah sebagai perantara (untuk mewujudkan) keinginannya yang rendah itu.”

Ibnu Taimiyyah berkata, “Hal ini karena terkadang tujuan manusia itu adalah mendapatkan ilmu dan hikmah, atau mendapatkan mukasyafah dan ta’tsirat, atau mendapatkan penghormatan dan pujian dari manusia, atau tujuan-tujuan lainnya, dan dia mengetahui bahwasanya hal itu bisa didapatkan dengan ikhlas dan mengharap wajah-Nya, maka jika dia bertujuan untuk mendapatkan hal tersebut dengan ikhlas kepada Allah dan mengarapkan Wajah-Nya, maka ini saling bertentangan; karena orang yang menginginkan sesuatu karena sesuatu yang lain, maka yang kedua itulah yang dituju secara dzatnya, sedangkan yang pertama digunakan karena ia adalah perantara kepadanya, maka jika dia ikhlas kepada Allah, dengan tujuan agar menjadi seorang alim, orang pintar, orang yang memiliki hikmah, mukasyafah, tasharrufat, dan yang semisalnya, maka dia berarti tidak menginginkan Allah, akan tetapi dia menjadikan Allah sebagai perantara untuk mendapatkan tujuannya yang rendah tersebut.” (Dar’u Ta’arudh an-Naql wa al-Aql, 6/66-67).

Donasi Muslimahorid

Oleh karena itu, asy-Syathibi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya pelaku sebab mengetahui bahwasanya akibat itu tidak dinisbatkan kepadanya (tetapi dinisbatkan kepada Allah). Apabila dia menyerahkannya kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan dia memalingkan pandangannya dari akibat, maka dia lebih dekat kepada ikhlas. Maka seorang mukallaf, apabila melaksanakan perintah dan larangan dengan sebab tanpa memikirkan hal lain selain perintah dan larangan tersebut, maka berarti dia telah keluar dari bagian (dunia)nya, melaksanakan hak-hak Rabb-nya, dan melaksanakan tugas ‘ubudiyyah. Berbeda halnya apabila pelaku melihat dan memperhatikan akibat, maka sesungguhnya ketika dia berpaling kepadanya, berarti dia menghadap setengahnya saja, sehingga menghadapnya dia kepada Rabb-nya dengan melakukan sebab adalah dikarenakan menghadapnya dia kepada akibat, dan tidak diragukan lagi perbedaan antara dua tingkatan ini dalam masalah ikhlas.” (Al-Muwafaqat, 1/219-220).

Dan setelah asy-Syatibi menceritakan riwayat,

?? ???? ??? ?????? ????..

Beliau rahimahullah berkata, “ini sering terjadi dikarenakan seseorang memperhatikan akibat (hasil) dari sebab-sebab tersebut, dan bisa jadi perhatiannya (terhadap akibat ini) menutupi, sehingga akan menghalangi antara pelaku sebab dan perhatiannya kepada sebab. Dan dengan hal tersebut, seorang ahli ibadah akan memperbanyak ibadahnya, dan seorang alim tertipu dengan ilmunya, dan lain sebagainya.” (Al-Muwafawat, 1/220).

  1. Meninggalkan amal karena takut riya’. Al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Beramal untuk manusia adalah syirik, meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ , dan ikhlas itu adalah disucikannya dirimu oleh Allah dari keduanya.”

Syaikhul Islam sangat keras sekali terhadap orang-orang yang melarang untuk melakukan amal yang disyariatkan karena takut riya’, dan beliau menjelaskan bahwasanya ini adalah termasuk di antara tanda-tanda orang-orang munafik yang senantiasai mencela kaum mukminin yang taat beribadah.

 

Disadur ulang dari Min Rawaai’il Mukhlishiin (edisi terjemah), Dr. Ubaid bin Salim al-Amri

Diketik ulang oleh: Ummu ‘Abdirrahman

 

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Muslimah.or.id

Muslimah.or.id

Artikel Terkait

Bagaimana Mengambil Manfaat dari Al Qur’an

oleh Redaksi Muslimah.Or.Id
18 Juni 2013
5

Jika Anda ingin mengambil manfaat Al-Qur’an Al-Karim, maka bulatkanlah hatimu tatkala membaca dan mendengarkannya, pasanglah telingamu, hadirkan hatimu

Nasihat Untuk Penghafal Al Quran 4 (Mungkinkah Orang Yang Lemah Kecerdasannya Menghafal Al Quran?)

oleh Ummu Sa'id
8 Mei 2012
16

Pertanyaan : Apakah mungkin bagi seorang pelajar yang lemah kecerdasannya untuk menghafal Al Qur'an? Jawaban : Sebagian para pelajar ragu...

Nasihat Untuk Penghafal Al Quran 3

oleh Ummu Sa'id
20 April 2012
3

Pertanyaan: Saya ingin menghafal Kitabullah, maka apa nashihat anda untuk mewujudkannya? Jawaban : Kami nasihatkan kepada Anda secara umum dengan...

Artikel Selanjutnya

Parenting Islami (36): Memilih Jenis Permainan untuk Anak (02)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.