Qatadah rahimahullah berkata: “Jika seseorang selesai menghadiri majelis Qur’an, maka ia akan bertambah (keimanannya) atau berkurang” (HR. Ibnu Mubarak dalam az-Zuhd, hlm. 272).
Seorang penghafal Al-Qur’an idealnya memiliki kepahaman agama yang lurus mampu menampilkan akhlak Islami sebagaimana yang tercermin dari ayat-ayat Al-Qur’an al-Karim. Bukan sekedar mahir melantunkan ayat per ayat namun perlu mentadaburinya. Sosok ahlullah sejati adalah seorang yang bisa mengambil manfaat dari Al-Qur’an. Kualitas keimanannya meningkat setiap kali berinteraksi dengan Kitabullah.
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata ketika menjelaskan makna tadabur Al-Qur’an, “Demi Allah tadabur itu bukan menghafal huruf-hurufnya sementara petunjuknya dilalaikan. Seseorang berkata, “Aku telah membaca Al-Qur’an semuanya dengan tidak meninggalkannya satu hurufpun.” Demi Allah, dia telah meninggalkan semua hurufnya karena Al-Qur’an tidak terlihat di dalam akhlak dan amalnya. Walaupun seseorang di antara mereka berkata,” Sesungguhnya aku membaca satu surat (dari Al-Qur’an) di dalam diriku (hafal di luar kepala).” Demi Allah, mereka bukanlah para ahli di dalam membaca Al-Qur’an (Qurra’), bukan para ulama, bukan orang-orang , dan bukan pula kriterianya hanya seperti mereka, niscaya Allah akan memperbanyak orang-orang seperti mereka.” (HR. ‘Abdurrazaq dalam Mushanaf-nya, 111/363)
Seorang penghafal Al-Qur’an sejati hendaknya senantiasa meniatkan tujuan hidupnya untuk selalu ikhlas selama menghafal, merenungi, mengamalkan, dan mendakwahkan pesan-pesan yang agung dari Al-Qur’an sesuai kapasitas keilmuannya. Dengan niat ikhlas karena-Nya, niscaya hidupnya akan berkah dan bahagia dunia akhirat, lahir dan batin. Bukan karena terpaksa atau motif duniawi semata, sebagaimana kisah tragis seorang jutawan yang hafal Al-Qur’an namun hidupnya merana.
Syaikh Muhammad Ya’qub berkata, “Aku pernah duduk bersama seorang yang termasuk dari kalangan konglomerat yang ternama. Kemudian dia berkata kepadaku, “Wahai Syaikh, apakah engkau mengetahui bahwa dahulu aku pernah menghafal Al-Qur’an al-karim seluruhnya. Hal ini karena orang tuaku selalu memaksaku untuk menghafalnya. Namun, aku sebenarnya tidak mencintai Al-Qur’an sedikitpun. Laa haula wa la quwwata illa billah, justru yang aku rasakan Al-Qur’an adalah kesedihan bagi hatiku.”
Aku sering kali berangan-angan aku bisa mengendarai mobil kemudian aku dapat tinggal di vila dan memiliki sebuah pabrik. Aku tidak menginginkan Al-Qur’an, aku ingin menjadi kaya, aku ingin menjadi raja dan aku ingin… aku ingin.. aku ingin…” Pria itu berkata, ”Pada suatu malam aku bermimpi dan melihat mimpiku sebuah hal yang aneh. Aku memegang mushaf dan mendekapnya ke dadaku dengan erat dan penuh rasa cinta, kemudian datanglah seorang lelaki dan beliau mengambil Al-Qur’an dariku dengan kasar dan kuat. Pada pagi harinya aku tidak dapat mengingat Al-Qur’an walau satu huruf sekalipun. Kemudian aku meneruskan pendidikanku ke jenjang perguruan tinggi jurusan bisnis. Setelah itu semua, Allah membukakan bagiku dunia berupa harta dan benda yang berlimpah.”
Kemudian dia berkata, “Demi Allah, demi Allah, aku tidak perlu berdusta. Sungguh telah berlalu 10 tahun lamanya, sementara aku kini berusia 68 tahun, aku tidak dapat menikmati nikmatnya tidur, kecuali setelah badanku terasa lelah karena menangis dan meratap, menyesali diriku dengan apa yang telah aku lakukan terhadap Al-Qur’an. Sekarang wahai Syaikh, aku tidak mampu menghafal walau hanya satu ayat saja dan yang lebih parahnya lagi aku tidak mampu membaca walau hanya satu ayat saja. Laa haula wala quwwata illa billah.”” (Dikutip dari Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur’an [terjemah], Hamud al-Hajiri, hlm. 166-167)
Semoga Allah senantiasa menerangi kita dengan cahaya Al-Qur’an, memudahkan para huffaz (para penghafal untuk mencintai Al-Qur’an, memahami makna-maknanya, menerapkannya dalam amal kehidupan sehari-hari.
***
Referensi:
1. Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur’an (terjemah), Hamdan Hamud al-Hajiri, Darus Sunnah, Jakarta, 2011.
2. Majalah Swara Qur’an, edisi No.4 Th. 7, 2007.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Artikel Muslimah.or.id
“Ya Allah, Alhamdulilah, Niat, Jadikanlah Kami Salah Satunya Syekhul Qurra Dari Indonesia.” Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin