Sakit hati, marah, jijik, takut, gelisah, sedih, hampa, bosan, dan beragam perasaan tidak nyaman lainnya merupakan jenis siksaan yang dikenal oleh jiwa manusia. Dan di antara keadaan psikis tersebut, penyesalan merupakan salah satu jenis siksaan batin yang paling tidak disenangi oleh ras manusia di seluruh peradaban. Karena pada penyesalan itu terkumpul berbagai emosi negatif sekaligus. Bahkan kita tau bahwa penyesalan pada level tertentu dapat melahirkan keputusasaan yang fatal.
Bayangkan kamu berinvestasi di bursa saham. Kamu membeli saham sebuah perusahaan seharga 10.000 per lembar dengan modal 100 juta. Apa yang terjadi ketika market bearish (index harga saham jatuh) ke harga 5.000? Kamu akan sangat menyesal membeli saham tersebut karena kini hartamu telah hilang separuhnya dalam sekejap. Apa yang terjadi bila market bullish (index harga saham melambung) ke harga 15.000? Kamu akan gembira karena hartamu telah bertambah menjadi 150 juta, tapi di sisi lain timbul penyesalan kenapa kamu tidak menambah modal lebih banyak sebelumnya atau kenapa tidak membeli sedari dulu ketika harga per lembarnya jauh lebih murah. Demikianlah gambaran perasaan sesal di dunia.
Namun sebetapa dalamnya penyesalan di dunia, ia masih bisa disembuhkan dengan menjadikan peristiwa yang disesali sebagai objek pembelajaran agar kita tidak mengulangi penyebabnya di kemudian hari. Sehingga pada akhirnya kita dapat memetik buah yang manis dari hikmah yang kita dapatkan.
Adapun selain itu, ada tiga jenis penyesalan yang berbeda level dan bagian terburuknya adalah tidak ada obat penawarnya.
Pertama, penyesalan tatkala ajal menjemput
وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ (10) وَلَن يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (11) [المنافقون : 10-11]
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun: 10-11)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan di dalam tafsir beliau bahwa setiap orang yang melampaui batas akan dihantui rasa penyesalan yang hebat tatkala ajal mendatanginya. Mereka pun meminta penangguhan waktu meski hanya sebentar untuk melaksanakan amalan yang telah mereka tinggalkan semasa hidup. Semua akan menyesal sesuai dengan kadar kelalaliannya. Begitu pula bagi orang kafir, Allah timpakan pada mereka rasa penyesalan yang tak kalah hebatnya.
وَاَنۡذِرِ النَّاسَ يَوۡمَ يَاۡتِيۡهِمُ الۡعَذَابُ فَيَـقُوۡلُ الَّذِيۡنَ ظَلَمُوۡا رَبَّنَاۤ اَخِّرۡنَاۤ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيۡبٍۙ نُّجِبۡ دَعۡوَتَكَ وَنَـتَّبِعِ الرُّسُلَؕ اَوَلَمۡ تَكُوۡنُوۡۤا اَقۡسَمۡتُمۡ مِّنۡ قَبۡلُ مَا لَـكُمۡ مِّنۡ زَوَالٍۙ
“Hai Muhammad, peringatkanlah (kepada manusia) yakni orang-orang kafir (terhadap hari yang pada waktu itu datang azab kepada mereka) yaitu hari kiamat (maka berkatalah orang-orang yang lalim) yakni orang-orang kafir (“Ya Rabb kami! Beri tangguhlah kami) seumpamanya Engkau mengembalikan kami ke dunia (walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau) dengan mengamalkan ajaran tauhid (dan akan mengikuti rasul-rasul.”) Lalu dikatakan kepada mereka dengan nada celaan (“Bukankah kalian telah bersumpah) telah berikrar (sebelumnya dahulu) yaitu sewaktu di dunia (bahwa sekali-kali kalian tidak akan) huruf min di sini adalah zaidah (binasa?”) setelah meninggalkan dunia menuju ke akhirat (Q.S Ibrahim: 44, Tafsir Jalalain)
حَتّٰٓى اِذَا جَآءَ اَحَدَهُمُ الۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ارۡجِعُوۡنِۙ * لَعَلِّىۡۤ اَعۡمَلُ صَالِحًـا فِيۡمَا تَرَكۡتُؕ كَلَّا ؕ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآٮِٕلُهَاؕ وَمِنۡ وَّرَآٮِٕهِمۡ بَرۡزَخٌ اِلٰى يَوۡمِ يُبۡعَثُوۡنَ
“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)
Baca juga: Taubat: Jalan untuk Kembali Kepada-Nya
Kedua, penyesalan ketika kiamat tiba
Sebagaimana yang tersirat dalam ayat berikut ini,
وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ (23) يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي (24) [الفجر : 23-24]
“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal salih) untuk hidupku ini”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan peristiwa kiamat tersebut dalam hadits yang diriwayatkan imam Muslim dalam kitab Shahih beliau:
يؤتى بجهنم يومئذ لها سبعون ألف زمام ، مع كل زمام سبعون ألف ملك يجرونها
“Pada hari itu Neraka Jahannam didatangkan. Padanya terdapat 70.000 tali kekang, yang setiap tali tersebut ditarik oleh 70.000 malaikat”
Ibnu katsir dalam tafsirnya menjelaskan kedua ayat tersebut bahwa situasi di hari kiamat kelak begitu mencekamnya sehingga semua manusia akan diliputi penyesalan yang hebat dan mendalam.
( يومئذ يتذكر الإنسان ) أي : عمله وما كان أسلفه في قديم دهره وحديثه
( يقول ياليتني قدمت لحياتي ) يعني : يندم على ما كان سلف منه من المعاصي – إن كان عاصيا – ويود لو كان ازداد من الطاعات – إن كان طائعا –
Setiap insan akan ingat setiap detik peristiwa dan perbuatannya sejak dulu kala hingga yang baru terjadi. Dan semua manusia akan menyesal. Yang semasa hidupnya bermaksiat akan menyesali maksiatnya. Bahkan yang semasa hidupnya taat pun akan menyesal seandainya dia dapat menambah amal ketaatannya.
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لو أن عبدا خر على وجهه من يوم ولد إلى أن يموت هرما في طاعة الله ، لحقره يوم القيامة
“Seandainya seorang hamba senantiasa menundukkan wajahnya sejak ia lahir hingga ia mati dalam ketaatan, tetap saja hari kiamat tersebut akan menghinanya” (HR. Ahmad dalam Musnad, HR. Bukhari dalam At-Tarikh, HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, dihasankan oleh As-Suyuthi dan Al-Albani)
Maksudnya semua ibadah yang telah ia perbuat terasa kurang seperti tidak ada artinya dibandingkan kengerian di hari kiamat. Sehingga penyesalan yang dirasakan orang yang taat ini pun tidak berkurang sedikit pun meski ia mengetahui hidupnya dipenuhi dengan amal.
Sehingga Allah pun berfirman
( وأنى له الذكرى ) أي : وكيف تنفعه الذكرى ؟
Yang dijelaskan maknanya oleh Imam Ibnu Katsir, “Bagaimana penyesalan tersebut akan berguna?”
Dengan kata lain, penyesalan di hari kiamat itu tidak bakal berguna dan menyelamatkan kita.
Ketiga, penyesalan penduduk neraka ketika mendengar khutbah iblis
Belum lagi penyesalan bertubi-tubi dirasakan oleh penduduk neraka tatkala mendengar khutbah Iblis yang dikisahkan di dalam Quran surat Ibrahim ayat 22.
وَقَالَ الشَّيۡطٰنُ لَـمَّا قُضِىَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰهَ وَعَدَكُمۡ وَعۡدَ الۡحَـقِّ وَوَعَدْتُّكُمۡ فَاَخۡلَفۡتُكُمۡؕ وَمَا كَانَ لِىَ عَلَيۡكُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّاۤ اَنۡ دَعَوۡتُكُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِىۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِىۡ وَلُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ ؕ مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِكُمۡ وَمَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِىَّ ؕ اِنِّىۡ كَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَكۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِيۡنَ لَهُمۡ عَذَابٌ اَ لِيۡمٌ
“Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih.”
Na’uudzubillaahi min dzaalik. Semoga kita tidak termasuk di dalam golongan tersebut.
Maka selama kita masih hidup di dunia, hendaknya kita bersegera merengkuh taubat, mengemis hidayah, serta meraih segala amal salih dan berusaha menjauhi keburukan. Selama penyesalan itu masih ada obatnya. Selama kesabaran (dalam ketaatan dan ketika menghadapi ujian/musibah) itu masih bermanfaat di dunia. Sehingga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan mengubahnya menjadi kebaikan, serta mengganjar setiap derita fisik maupun psikis yang kita alami dengan pahala. Dan agar kita terhindar dari penyesalan yang lebih besar lagi di kehidupan yang selanjutnya kelak.
Baca juga: Saudariku, Kembalilah ke Hijab Asalmu
—
Penulis: Saviera Yonita, ST
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
- Al-Quran Al Karim (Aplikasi Ayat dari KSU)
- Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Fajr ayat 23 & 24 (Aplikasi Ayat dari KSU)
- Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Munafiqun ayat 10 & 11
- Tafsir Jalalain Surat Ibrahim ayat 44
- https://www.islamweb.net/amp/ar/fatwa/38107/