Tak ada seorang pun dari kita yang luput dari dosa dan kesalahan. Pun dengan kelalaian, maupun kealpaan.
Setiap kita tentu pernah berada di dalam kondisi di mana ibadah terasa berat untuk ditegakkan, rasa malas menghantui, bahkan terkadang hingga menyeret kepada kerusakan dan kehinaan.
Walaupun begitu, Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Dalam sebuah hadis qudsi riwayat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu semua melakukan kesalahan di malam dan siang hari, sedangkan Aku mengampuni semua dosa.” (HR. Muslim, no. 2577)
Dalam riwayat lain:
وَأَنا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ وَلَا أُبَالِي، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْهُ لَكُمْ
“Sedangkan Aku mengampuni dosa-dosa, Aku tidak peduli, maka mohonlah ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2497)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengatakan,
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi no. 2499, Ibnu Majah no. 4251, Ahmad (III/198), al-Hakim (IV/244), dari Anas dan dihasankan oleh al-Albani dalam kitab Shahih al-Jami’i ash–Shaghir no. 4391)
Alangkah bergembiranya kita dengan ayat dan hadis di atas. Seakan membuka pintu harapan dan menerangi jalan untuk kembali kepada Allah dan naungan syariat-Nya.
Apa itu Taubat?
Jalan untuk kembali menuju Allah dimulai dengan bertaubat dan beristighfar dengan kesungguhan, kemantapan, juga keikhlasan.
Para ulama mengatakan taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah, meninggalkan jalan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang tersesat.
Ada juga yang mengatakan bahwa taubat itu mengganti perbuatan tercela dengan perbuatan terpuji.
Allah senang dengan taubat hamba-Nya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
للهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَةٍ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، فَانْتَفَلَتَتْ مِنْهُ، وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ، فَأَيسَ مِنْهَا، مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَمَا فَأَلَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلّهَا، وَقَدْ أد كَذَلِكَ إذَا هُوَ بهَا قَائِمَةٌ عِنْدَهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا، ثُمَّ قَالَ مِن شِدَّةِ الْفَرّج- : اللهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي، وَأَنَا رَبُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرح
“Sungguh, Allah lebih gembira karena taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian yang mengendarai tunggangannya di padang pasir, lalu binatang tunggangannya itu hilang bersama perbekalannya. Dia telah putus asa untuk menemukannya, kemudian mendekati sebatang pohon dan berbaring di bawahnya, dia benar-benar putus asa untuk menemukan kembali tunggangannya. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba binatang tunggangannya sudah berdiri di depannya. Maka diraihnya talinya, lalu ia berkata – karena sangat gembiranya – ‘Ya Allah, Engkau adalah hamba-Ku, dan aku adalah Rabb-Mu!’ dia salah ucap karena terlalu gembira.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Bahkan, dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi Dzat yang diriku berada di tangan–Nya, jika kalian tidak berbuat dosa Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.” (HR. Muslim no. 2749)
Baca juga: Bertaubatlah dari Dosa Durhaka kepada Orang Tua
Syarat-syarat Taubat
Para ulama menjelaskan bahwa taubat mempunyai tiga syarat, yakni:
- Menyesali dosa yang telah dilakukan di masa lalu.
- Berhenti dari perbuatan dosa seketika itu juga.
- Berkemauan kuat untuk tidak mengulanginya di masa mendatang.
Tiga syarat ini harus dikerjakan pada saat bertaubat. Jadi, saat itu juga ia harus menyesal, berhenti dari perbuatan dosa dan berkemauan kuat untuk tidak mengulanginya. Ketika itulah ia telah kembali pada pengabdian kepada Allah yang untuknya ia diciptakan. Kembali yang seperti itulah yang disebut dengan
hakikat taubat. (Taubat & Istighfar, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hlm. 12)
Cara Bertaubat
Ada beberapa cara bertaubat:
- Bertaubat dan memohon ampun atas kelalaiannya dari bertaubat.
- Bertaubat atas hal-hal yang disangka sebagai perbuatan baik, padahal tidak, seperti halnya para ahli bid’ah.
- Bertaubat dari ujub (sikap bangga diri) karena merasa telah melakukan perbuatan baik dan beranggapan bahwa hal itu dilakukannya semata-mata karena kekuatannya sendiri. Ia lupa bahwa Allahlah yang mengaruniakan nikmat berupa, semua yang telah dilakukannya itu. Ini merupakan taubat dari perbuatan tercela dan meninggalkan perintah.
Karena itu, taubat adalah suatu sikap yang harus selalu menyertai hamba sejak ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Semua makhluk wajib bertaubat dan memelihara taubatnya. (Taubat & Istighfar, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hlm. 57)
Di dalam hadis disebutkan bagaimana Rasulullah selalu bertaubat kepada Allah setiap hari sebanyak 70 atau 100 kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ: تُوْبُوا إِلَى رَبِّكُمْ، فَوَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Rabbmu, karena demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh, aku benar-benar beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Al-Bukhari XI/85, Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 1285, at-Tirmidzi no. 3255 dan Ibnu Hiban no. 2456)
Dari Ibnu ‘Umar, beliau mengatakan bahwa jika kami menghitung dzikir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu majelis, beliau mengucapkan,
رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“[Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang] sebanyak 100 kali.” (HR. Abu Dawud. Dikatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah no. 556)
Demikianlah tauladan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal beliau adalah seorang Nabi yang Mulia, seorang yang ma’shum, diampuni dosanya oleh Allah Ta’ala; baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Dan pintu surga pertama kali dibukakan untuknya, shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa mengintropeksi diri, menyegerakan taubat dan mendawamkan istighfar dalam hari-hari yang kita lewati. Semoga Allah senantiasa memberikan kita hidayah dan taufik-Nya.
Baca juga: Bolehkah Memastikan Allah Telah Menerima Taubat Seseorang?
—
Penulis: Annisa Auraliansa
Referensi:
- Taubat & Istighfar (Membersihkan Hati dari Noda Dosa), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Penerbit AlQowam Cetakan ke-3
- Setiap Anak Adam ‘Alaihissallam Pasti Bersalah, diakses dari https://almanhaj.or.id/9396-setiap-anak-adam-alaihissallam-pasti-bersalah.html
- Nabi Kita Tidak Pernah Bosan Beristigfar, Muhammad Abduh Tuasikal, MSc, diakses dari https://rumaysho.com/56-nabi-kita-tidak-pernah-bosan-beristigfar.html
- Makna Hadits Jika Kalian Tidak Berbuat Dosa Allah Akan Hilangkan Kalian, Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, https://www.radiorodja.com/48334-makna-hadits-jika-kalian-tidak-berbuat-dosa-allah-akan-hilangkan-kalian/
Artikel.Muslimah.or.id