Mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Karena Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ! لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, tidaklah beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tua dan anaknya sendiri.” (HR. Muslim)
Dan kecintaan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah tumbuh, jika kita tidak mengenal sosok pribadi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak kenal maka tak sayang, begitu pepatah mengatakan. Maka marilah sejenak kita membaca hadis-hadis yang menggambarkan pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Supaya benih-benih cinta itu tumbuh, semakin kuat dan bersemai di dalam sanubari.
Gambaran fisik Rasulullah
عَنْ رَبِيْعَةَ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ أَنَّهُ سَمعَهُ يَقُولُ: كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ بالطويل الْبَائَنَ وَلَا بالقصير، وَلَا باِلْأَبْيَض الأَمْهَق وَلَا بلآدم، وَلَا بِالْجَعْد الْقَطط ررة وَلَا بِالسّبْط. بَعَثَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَى رَأْس أَرْبَعِيْنَ سَنَةً، فَأَقَامَ بِمَكّةَ عَشْرَ سِنِيْنَ وَبِالْمَدِينَةِ عَشْرَ سِنِيْنَ، وَتَوَفَّاهُ اللَّهُ عَلَى رَأْس سِتّيْنَ سنةً، وَلَيْسَ فِي رَأْسِهِ عِشْرُونَ شَعْرَةً بَيْضَاءَ
Dari Rabi’ah bin Abu Abdurrahman, dari Anas bin Malik. Rabi’ah mendengar Anas mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek, tidak terlalu putih, dan tidak terlalu hitam, tidak berambut keriting merica dan tidak berambut lurus, Allah mengutusnya (sebagai Nabi dan Rasul) pada usia empat puluh tahun. Allah mewafatkan beliau pada usia enam puluh tahun, sementara di rambut kepala dan jenggot beliau terdapat tidak lebih dari dua puluh helai uban.” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan Malik. Diriwayatkan pula oleh Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 3635)
عَنِ الْبَرَاء بْن عَازب يَقُولُ: كَانَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مَرْبُوعًا، بُعَيْدَ مَا بَيْنَ الْمَنْكبين، عَظيمَ الْجمَّة إِلَى شَحْمَة أُذنيه، عَلَيْهِ حُلَّةٌ حَمْرَاءُ، مَا رَأَيْتُ شَيْئًا قَطّ أَحْسَنَ منْهُ
Dari Al-Bara’ bin ‘Azib, ia mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang berpostur sedang, kedua pundaknya lebar, rambutnya tergerai hingga pundak, beliau memakai pakaian berwarna merah. Aku sama sekali belum pernah melihat (orang yang lebih rupawan dari beliau).”
وَفي رِوَايَة عَنْهُ قَالَ: مَا رَأَيْتُ منْ ذي لمّة في حُلَّة حَمْرَاءَ أَحْسَنَ من رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَهُ شَعْرٌ يَضْربُ مَنكبَيْه، بعَيْدَ مَا بَيْنَ الْمَنْكبَيْنِ، لَمْ يَكُن بالقصير وَلَا بالطويل
Dan dalam riwayat yang lain darinya (Al-Bara’ bin ‘Azib), ia berkata, “Aku belum pernah melihat orang yang berambut tergerai sampai di ujung bawah telinganya dan memakai pakaian berwarna merah serupawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memiliki rambut yang tergerai sampai ke pundak, kedua pundaknya lebar, tidak terlalu tinggi, dan tidak terlalu pendek.” (HR. Bukhari dan Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi)
إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّد مِنْ وَلَد عَلِيّ بْن أَبي طَالب رَضِيَ الله عنه قَالَ: كَانَ عَلي إِذَا وَصَفَ رَسُول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَمْ يَكُنْ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالطُّويل المُمَغط، وَلَا بالقصير الْمُتَرَدّد، وَكَانَ رَبعَةً مِنَ الْقَوْم ، لَمْ يَكُنْ بالْجَعْد القطط وَلَا بِالْبَسْط ، كَانَ جَعْدًا رَجلًا، ولَمْ يَكن بِالْمُطَهّم وَلَا بِالْمُكلثم وَكَانَ فِي وَجْهِه تَدْوِيرٌ، أَبْيَضَ، مُشْرَبٌ، أَدْعَجُ الْعَيْنَيْنِ، أَهْدَفُ الْأَشْفَارِ، جَلِيْلُ الْمَشَاشِ وَالْكتَد، أَجْرَدُ ذُوْ مَسْرَبَة، شَثْنُ الْكَفّيْن وَالْقَدَمَيْنِ، إِذَا مَشَى تَقَلَّعَ كَأَنَّمَا يَنْحَطُّ مِنْ صَبَبٍ، وَإِذَا الْتَفَتَ الْتَفَتَ مَعًا، بَيْنَ كَتفَيْه خَاتَمُ النُّبُوَّة، وَهُوَ خَاتِمُ النَّبِيِّينَ، أَجْوَدُ النَّاسِ صَدْرًا، وَأَصْدَقُ النَّاسِ لَهْجَةً، وَأَلْيَنُهُمْ عَرِيْكَة، وَأَكْرَمُهُمْ عشْرَةً، مَنْ رَآهُ بَديهَةً هَابَّهُ، وَمَنْ خَالَطَهُ مَعْرِفَةً أَحَبَّهُ ، يَقُوْلُ نَاعِتُهُ: لَمْ أَرَ قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ مِثْلَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ibrahim bin Muhammad yang termasuk keturunan ‘Ali bin Abi Thalib, ia berkata, “Ketika ‘Ali bin Abi Thalib menyebutkan ciri-ciri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan, ‘Postur tubuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Dibandingkan orang-orang, beliau berpostur (termasuk) sedang. Rambutnya tidak terlalu keriting dan tidak pula lurus. Rambutnya bergelombang. Tubuhnya tidak terlalu gemuk, wajahnya tidak bulat (karena gemuk). Wajahnya berbentuk oval, berkulit putih kemerahan, bermata hitam, berbulu mata panjang, bertulang belikat besar, berbulu dada tipis, kedua telapak tangan dan kakinya besar.
Jika beliau berjalan, (beliau berjalan) seperti berjalan di jalanan yang menurun. Jika beliau menoleh, seluruh badannya ikut menoleh. Di antara kedua belikatnya, ada cap kenabian. Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, dan paling benar logat bicaranya. Paling halus perangainya, dan paling lembut dalam berteman. Siapa saja yang melihatnya untuk pertama kali akan merasa segan. Siapa pun yang berteman dengan beliau akan mencintainya. Orang yang mensifatinya mengatakan, ‘Aku belum pernah melihat orang seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebelum dan sesudahnya.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Kitab Al-Manaqib, no. 3642)
Kehidupan Rasulullah
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: إِنْ كُنَّا آلَ مُحَمَّد نَمْكُثُ شَهْرًا مَا نَسْتَوْقِدُ بنَار، إِنْ هُوَ إِلَّا التَّمْرُ وَالْمَاء
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Kami, keluarga Muhammad, pernah tinggal selama satu bulan penuh tidak menyalakan api sama sekali. Makanan kami hanya kurma dan air.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Ibadah Rasulullah
عَنِ الْمُغِيْرَة بن شُعْبَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: صَلَّى رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ، فَقيْلَ لَهُ: أَتَتَكَلّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّه لَكَ مَا تَقَدَّمَ من ذَنْبكَ وَمَا تَأَخَّرَ؟ قَالَ: أَفَلَا أكون عبداً شكورا
Dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat sampai kedua kakinya bengkak, lalu beliau ditanya, ‘Apakah engkau membebani diri (dengan) ini, padahal Allah sudah mengampuni dosa-dosamu, baik yang telah lalu maupun yang akan datang?’ Beliau bersabda, ‘Bukankah aku (patut) menjadi hamba yang pandai bersyukur?’” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Akhlak dan perilaku Rasulullah
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالك رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: خَدَمْتُ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سَنينَ، فَمَا قَالَ لي: أُفٍّ قَطُّ، وَمَا قَالَ لي لشَيْءٍ صَنَعْتُهُ: لِمَ صَنَعْتَهُ؟ وَلَا لِشَيْءٍ تَرَكْتُهُ: لِمَ تَرَكْتَهُ؟ وَكَانَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَحْسَن النَّاسِ خُلُقًا، وَلَا مَسَسْتُ خَزًا وَلَا حَريْرًا وَلَا شَيْئًا كَانَ أَلْيَنَ مِنْ كَفٍّ رَسُول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَا شَمَمْتُ مسْكًا قَط وَلَا عُطْرًا كَانَ أطيب من عرق النبي صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku menjadi pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah menghardikku. Beliau juga tidak pernah bertanya kepadaku kalau aku berbuat sesuatu, ‘Kenapa engkau berbuat ini?’ Juga tidak pernah bertanya kepadaku kalau aku meninggalkan sesuatu, ‘Kenapa engkau tinggalkan ini?’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Aku tidak pernah menyentuh Khazz (pakaian yang terbuat dari wol atau sutra) atau sutra atau yang lainnya yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan aku tidak pernah mencium bau misik atau bau wewangian yang lebih wangi dari bau keringat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan Abu Dawud)
Baca juga: Tanda Cinta Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Canda Rasulullah
عَنْ أَنَسِ بْن مَالك: أَنَّ رَجُلًا اسْتَحْمَلَ رَسُوْلَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: إِنِّي حَامِلُكَ عَلَى وَلَد نَاقَة! فَقَالَ: يَا رسول الله، مَا أَصْنَعُ بولد ناقة؟ فَقَالَ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَهَلْ تلد الإبل إلا النوق؟
Dari Anas bin Malik, “Ada seseorang yang meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membawanya di atas unta. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku akan membawamu di atas anak unta!” Orang itu bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang bisa aku lakukan dengan anak unta?” Beliau menjawab, “Bukankah unta juga melahirkan unta?” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)
Bagaimana Rasulullah menangis
عَبْدُ الله بْنُ الشَّخّيْر قَالَ: أَتَيْتُ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُصَلِّي ولجوفه أزيز كأزيز المرجل من البكاء
Abdullah bin Asy-Syikhkhir, ia mengatakan, “Aku datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang mengerjakan salat, di dalamnya terdengar suara seperti air mendidih dalam kuali dari isak tangis.” (HR. Abu Dawud)
عَنْ عَبْدِ الله بْن مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَاْ عَلَيّ! فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللَّه أَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ؟ قَالَ: إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي. فَقَرَأْتُ سُوْرَةَ (النِّسَاءِ) حَتَّى بَلَغْتُ (وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدًا)، قَالَ: فَرَأَيْتُ عَيْنَيْ رَسُول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَهْمَلَانِ
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Bacakanlah (Al-Quran) untukku!’ Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, apakah (pantas) aku membacakannya untukmu sementara (Al-Quran itu) diturunkan kepadamu?’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya aku suka mendengarnya dari orang lain.’ Maka aku pun membaca surat An-Nisa hingga aku sampai pada ayat,
وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰٓؤُلَآءِ شَهِيدًا
‘Dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).’ (QS. An-Nisa: 41) Aku lihat kedua mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlinangan air mata.” (HR. At-Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasa’i)
Kasih sayang Rasulullah kepada umatnya
Dari Ummul Mu’minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
لَمَّا رَأَيْتُ مِنَ النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – طِيبَ النَفْسِ، قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ! ادْعُ اللَّهَ لي. فَقَالَ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَائِشَةَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنَبِهَا وَمَا تَأَخَرَ، وَمَا أَسَرَّتْ وَمَا أَعْلَنَتْ». فَضَحِكَتْ عَائِشَةُ – رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ـ حَتَّى سَقَطَ رَأْسُهَا فِي حِجْرِ رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ـ مِنَ الضَّحِكِ، فَقَالَ: «أَيَسُرُّكِ دُعَائِي؟»، فَقَالَتْ: وَمَا لِي لا يَسُرُّنِي دُعَاؤُكَ؟ فَقَالَ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : «وَاللَّهِ إِنَّهَا لَدَعْوَتِي لَأُمَّتِي فِي كُلِّ صَلَاة».
“Ketika aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan gembira, aku berkata, “Wahai Rasulullah! Berdoalah kepada Allah untukku.” Maka beliau berdoa,
للَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَائِشَةَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنَبِهَا وَمَا تَأَخَرَ، وَمَا أَسَرَّتْ وَمَا أَعْلَنَتْ
“Ya Allah ampunilah ‘Aisyah dari dosa-dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang, yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.” Maka ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tertawa hingga kepalanya terjatuh ke pangkuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (karena tertawa). Maka beliau pun bersabda, “Apakah engkau senang dengan doaku?” Maka aku pun menjawab, “Dan mengapa aku tidak senang dengan doamu?” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sungguh itu adalah doaku untuk umatku setiap salat.” (HR. Al-Bazzar di dalam Musnadnya [Kasyful Astar – 2658] dan dihasankan oleh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah [2254])
Wafatnya Rasulullah
Dari ‘Aisyah, ia berkata,
لَا أغبط أحَدًا بهَوْن مَوْت، بَعْدَ الذي رَأَيْتُ من شدّة مَوْت رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ
“Aku tidak akan iri melihat mudahnya kematian seseorang setelah aku melihat susahnya kematian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ahmad)
عَنْ أَنَس قَالَ: لَمَّا كَانَ الْيَوْمُ الَّذي دَخَلَ فيه رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدينَةَ، أَضَاءَ مِنْهَا كُلُّ شَيْءٍ، فَلَمَّا كَانَ الذي مَاتَ فيه أَظْلَمَ منْهَا كُلُّ شَيْءٍ، وَمَا نَفَضْنَا أَيْدينا منَ التُّرَاب وَإِنَّا لَفِي دَفْنه حَتى أنكَرْنَا قُلُوْبَنَا
Dari Anas, ia berkata, “Pada hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk kota Madinah, segala sesuatu (seperti) bersinar terang, dan pada hari beliau meninggal dunia di kota Madinah, segala sesuatu (seperti) gelap gulita. Tidaklah kami menarik tangan kami dari tanah dan sesungguhnya kami sedang menguburkan beliau hingga hati kami mengingkarinya.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan Ahmad)
Demikian sedikit potret pribadi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang Rasul yang mulia, kekasih Ar-Rahman. Barangsiapa yang ingin melihat lebih dalam lagi akan gambaran pribadi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendaknya merujuk kepada buku Syama’il Muhammadiyyah karya Imam At-Tirmidzi rahimahullahu Ta’ala.
Ya Allah, berilah kami karunia untuk mencintai Nabi-Mu dan menapaki jalannya yang lurus. Kumpulkanlah kami dengannya di surga firdaus-Mu yang tinggi, sejukkanlah pandangan kami dan mata hati kami dengan melihatnya dan berikanlah kami kesempatan untuk minum dari telaganya, hingga kami tidak akan haus dan dahaga selamanya.
Semoga selawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada kekasih tercinta, Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga kepada keluarga dan sahabat beliau, dan orang-orang yang menyertai mereka di dalam kebaikan.
Baca juga: Cinta Nabi Butuh Bukti
***
Penulis: Annisa Auraliansa
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Mukhtashar Asy-Syama’il Muhammadiyyah (Figur Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam), karya Imam At-Tirmidzi, Penerbit Pustaka As-Sunnah Jakarta, Cetakan Ketiga Juni 2014.
Sehari di Kediaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, Abdul Malik bin Muhammad Al-Qasim, Penerbit Darul Haq Jakarta, Cetakan IV Sya’ban 1434/ Juni 2013.