Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Larangan Mencela Makanan

M. Saifudin Hakim oleh M. Saifudin Hakim
28 November 2024
di Hadis
0
Larangan Mencela Makanan
Share on FacebookShare on Twitter

Daftar Isi

Toggle
  • Teks Hadis
  • Kandungan Hadis

Teks Hadis

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

مَا عَابَ رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – طَعَامًا قَطُّ، كَانَ إِذَا اشْتَهى شَيئًا أَكَلَهُ، وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sedikit pun. Jika beliau menyukainya, beliau memakannya; dan jika beliau tidak menyukainya, beliau meninggalkannya.” (HR. Bukhari no. 5409 dan Muslim no. 2064)

Kandungan Hadis

Hadis ini adalah bukti kesempurnaan dan kemuliaan akhlak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berinteraksi dengan keluarganya dan juga orang lain terkait makanan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan. Jika beliau menyukai makanan tertentu, beliau akan memakannya; dan jika beliau tidak menyukainya, beliau akan meninggalkannya tanpa mencela atau berkomentar. Hal ini juga menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak terlalu memperhatikan makanan. Beliau makan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan primer badannya, tanpa menghiraukan soal memperbaiki atau menyempurnakan rasa atau tampilan makanan sesuai dengan selera atau keinginan beliau.

Adapun perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tentang daging dhab (sejenis biawak),

Donasi Muslimahorid

إني أعافه

“Aku tidak menyukainya”; ini bukanlah celaan dari beliau terhadap makanan, melainkan hanya sekedar pemberitahuan bahwa beliau tidak berselera memakannya.

Adab ini sering kali tidak diperhatikan oleh banyak orang. Kita melihat sebagian orang sering mencela makanan dan menuntut makanan harus sesuai dengan selera dan keinginan mereka, serta tidak toleran terhadap kekurangan kecil pada makanan atau cara penyajiannya. Makanan ini terlalu asin, itu terlalu asam, ini terlalu cair, itu terlalu kental, ini terlalu banyak, atau itu terlalu sedikit. Sikap seperti ini telah menyimpang dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yang merupakan kesempurnaan akhlak seseorang dalam berinteraksi dengan istri atau keluarganya.

Seseorang sebaiknya bersabar terhadap istri atau keluarganya jika terdapat kekurangan atau kesalahan dalam hal apa pun, termasuk ketika menyajikan makanan. Mencela makanan itu bisa berarti mencelanya dari sisi bentuk atau jenisnya, padahal semua itu adalah ciptaan Allah Ta’ala. Atau, bisa juga mencela dari sisi cara penyajiannya, dan hal ini dapat melukai hati orang yang telah berusaha menyajikannya dengan sebaik mungkin. Mungkin makanan tersebut tidak sesuai selera orang yang mencela, tetapi bisa jadi disukai oleh orang lain. Karena itu, diam dari mencela makanan adalah bagian dari adab yang baik, baik terhadap makanan itu sendiri, orang yang menyiapkannya, maupun orang yang menyantapnya bersama-sama.

Adapun mencela makanan itu berbeda dengan memberi nasihat atau arahan kepada juru masak atau istri mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan di waktu yang lain selain saat makanan disajikan, seperti makanan membutuhkan tambahan sesuatu atau pengurangan sesuatu. Hal-hal semacam ini termasuk tuntunan yang diperlukan dan bukan merupakan celaan, melainkan bentuk bimbingan dan pengarahan. Wallahu Ta’ala a’lam.

Baca juga: Apa Hukum Mengerjakan Salat Ketika Makanan Telah Tersaji?

***

@Fall, 5 Jumadil awal 1446/ 7 November 2024

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel Muslimah.or.id

 

Catatan kaki:

Disarikan dari kitab Minhatul ‘Allam fi Syarhi Buluughil Maraam (7: 447-448). Kutipan-kutipan dalam tulisan di atas adalah melalui perantaraan kitab tersebut.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
M. Saifudin Hakim

M. Saifudin Hakim

- Alumnus Ma'had Al-'Ilmi, Yogyakarta. - Alumnus Pendidikan Dokter FK UGM, Yogyakarta. - Alumnus Erasmus University Medical Center, Rotterdam, Belanda. - Saat ini sedang belajar di Unayzah, Saudi Arabia.

Artikel Terkait

Makna Hadits “Yataghanna Bil Qur’an”

oleh Yulian Purnama
27 Oktober 2019
1

Penjelasan makna hadits: “bukan golongan kami, orang yang tidak taghanni dalam membaca Al Qur’an”

Dianjurkan Membasahi Sebagian Badan Ketika Awal Turun Hujan

oleh Yulian Purnama
28 Januari 2022
0

Dan perlu diperhatikan, anjuran membasahi sebagian badan dengan air hujan adalah ketika awal turun hujan. Karena jelas Nabi mengatakan alasannya...

Istri yang Dilaknat Malaikat

Hadis: Istri yang Dilaknat Malaikat (Bag. 2)

oleh M. Saifudin Hakim
9 November 2024
0

Kandungan Hadis Kandungan pertama Dalam hadis tersebut terdapat petunjuk tentang kewajiban seorang istri untuk menaati suaminya jika suami memintanya untuk...

Artikel Selanjutnya
Jalan Salaf Menuju Kejayaan

Rambu-Rambu Jalan Salaf Menuju Kejayaan (Bag. 2)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.