Semua pasangan suami-istri umumnya sangat mendambakan kelahiran sang buah hati di kehidupan rumah tangga. Sebab anak yang shalih-shalihah adalah penyejuk mata, pelipur lara, dan investasi orang tua, baik di dunia ataupun di akhirat. Momen kelahiran sang bayi tentu sangat mendebarkan dan menakjubkan. Hal tersebut menunjukkan Maha Besar Allah Subhanahu wa Ta’ala, Maha Pencipta lagi Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sebagaimana perjalanan jiwa bayi yang telah membuat persaksian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelum lahir ke dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)’.” (QS. Al-A’raf : 172)
Ayat di atas menjelaskan bahwa jiwa manusia ketika di alam arwah sudah membuat persaksian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Tuhan yang tidak ada Ilah yang berhak disembah selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala melanjutkan firman-Nya,
أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّن بَعْدِهِمْ ۖ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ
“Atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?’” (QS. Al-A’raf : 173)
Ayat di atas menjelaskan bahwa agar orang-orang musyrik itu jangan mengatakan bahwa nenek moyang mereka dahulu telah mempersekutukan Tuhan, sedangkan mereka tidak tahu menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itu salah. Mereka tidak memiliki jalan lain sehingga hanya meniru nenek moyang yang mempersekutukan Tuhan. Oleh karena itu, mereka menganggap mereka tidak patut disiksa. Allah Subhanahu wa Ta’ala melanjutkan firman-Nya,
وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al-A’raf : 174)
Surat Al-A’raf ayat 172-174 merupakan ayat yang menjelaskan bahwa ketauhidan sesuai dengan fitrah manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ
“Tidaklah setiap anak dilahirkan kecuali dia di atas fitrah, maka bapak ibunyalah yang menjadikan dia Yahudi, atau menjadikan dia Nasrani, atau menjadikan dia Majusi. Sebagaimana halnya hewan ternak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam keadaan sehat. Apakah Engkau lihat hewan itu terputus telinganya?” (HR. Al-Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658)
Baca juga: Pentingnya Dakwah Tauhid Kepada Keluarga Kita
Ketauhidan sebagaimana fitrah manusia, tidak bisa terlepas dari pengesaan secara mutlak dan meniadakan sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
”Allah tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, Dia Maha Tinggi, Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah : 255)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Artinya: “Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya.” (QS. Ali-’Imran : 2)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ ۚ قُل لَّا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ ۙ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Katakanlah (Muhammad): ‘Sesungguhnya aku dilarang menyembah Tuhan-Tuhan yang kamu sembah selain Allah’. Katakanlah: ‘Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.’” (QS. Al-An’am : 56)
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para nabi dan rasul untuk membimbing manusia bagaimana beribadah kepada Allah Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِّمَّا كُنتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ ۚ قَدْ جَاءَكُم مِّنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ
“Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.” (QS. Al-Ma`idah : 15)
Kata ‘cahaya’ yang dimaksud pada ayat di atas adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kata ‘kitab’ maksudnya adalah Al-Qur`an.
Lanjut ke bagian 2: Ketauhidan Sesuai dengan Fitrah Manusia (Bag. 2)
—
Penulis: Retno Utami
Sumber:
- Al-Qur`an.
http://quran.ksu.edu.sa/index.php?aya - Idris, Muhammad. (2022). “Anak terlahir dari orang tua kafir apakah uzurnya diterima” diakses dari https://muslim.or.id/72914-anak-terlahir-dari-orang-tua-kafir-apakah-uzurnya-diterima.html
Artikel Muslimah.or.kd