Puncak kenikmatan di surga bukanlah urusan perut atau farji, tetapi melihat wajah Allah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu Ta’ala berkata, “Ia merupakan kenikmatan surga yang paling tinggi dan puncak harapan para hamba yang beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Menurut mayoritas ulama salaf, seseorang yang mengingkarinya telah jatuh dalam kubang kekufuran.” (Majmu’ Fatawa, 6: 486)
Melihat Allah kelak di akhirat merupakan kenikmatan yang teramat agung bagi orang-orang beriman. Juga merupakan salah satu pokok di antara pokok-pokok akidah yang telah mapan dalam Islam, perkara akidah yang didukung oleh banyak sekali dalil-dalil al-Qur‘an dan as-Sunnah, disepakati oleh seluruh nabi dan rasul serta para sahabat dan imam-imam Islam sepanjang masa.
Pembahasan tentangnya menyejukkan pandangan Ahli Sunnah dan membuat geram para ahli bid’ah, dan menyembulkan semangat hamba untuk berlomba-lomba meningkatkan amal saleh dalam menggapainya. (Lihat Hadi Arwah ila Biladil Afrah karya Ibnul Qayyim, hal. 402; Lawa’ih Anwar as-Saniyyah karya as-Saffarini, 1: 282)
Di antara dalil tentangnya adalah firman Allah Ta’ala,
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri (indah). Kepada Rabbnyalah mereka melihat.” (QS. al-Qiyamah [75]: 22–23)
Ketahuilah wahai saudaraku—semoga Allah merahmatimu—bahwa ayat yang mulia ini termasuk dalil yang sangat kuat dan jelas yang menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman akan melihat wajah Allah Ta’ala dengan mata mereka di akhirat nanti. (Lihat Izhamul Minnah fi Ru‘yatil Mukminina Rabbahum fil Jannah karya Abdurrahman al-Ahdal, hal. 6)
Namun untuk meraihnya, kita butuh usaha dengan meningkatkan iman dan ibadah terutama salat dan tidak lupa banyak berdoa kepada Allah. Oleh karenanya, Nabi Muhammad mengajarkan kita semua dengan doa meminta nikmat melihat Allah sebagai bukti akan kerinduannya untuk melihat Allah.
“Aku meminta kepada-Mu (ya Allah), kenikmatan memandang wajah-Mu (di akhirat nanti) dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu (sewaktu di dunia) tanpa ada marabahaya dan fitnah yang menyesatkan.” (HR. An-Nasa’i no. 1305, al-Bazzar no. 1393, Ibnu Hibban no. 1971, dan dishahihkan al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1301)
Doa ini diajarkan oleh Rasulullah dan beliau memunajatkkan dalam ibadah yang paling utama, yaitu salat.
Hendaknya seorang mukmin meneladani Rasulullah sehingga bisa menggapai nikmat tertinggi di surga.
***
Penulis: Ustadz Abu Ubaidah As-Sidawi
Artikel Muslimah.or.id