Pada seri sebelumnya telah dikemukakan bahwa kita selaku ayah dan ibu sudah sepantasnya memberikan keteladanan dalam kebaikan kepada anak-anak kita. Demikian pula telah diuraikan dampak psikis pemberian teladan dan motivasi kepada anak, sehingga sang anak akan meniru (mencontoh) kebaikan dari kedua orang tuanya. Dengan harapan, sang anak kelak dapat kontinyu melakukan kebaikan tersebut, bahkan setelah kedua orang tuanya tiada.
Oleh karena itu, sebagai orang tua hendaklah kita jangan hanya mampu untuk melarang suatu perbuatan buruk, namun kita sendiri malah melakukannya.
Sebuah aib bagi kita, bahkan aib yang sangat besar, ketika kita melarang anak kita dari akhlak yang buruk, namun kita sendiri yang justru melakukannya.
Sebuah aib bagi kita, melarang mereka dari ucapan dusta, namun kita malah berdusta di hadapan mereka. Ketika seseorang datang ke rumah kita, orang tersebut (sang tamu) bertanya tentang keberadaan kita, namun kita malah menyuruh anak kita untuk mengatakan, ”Bilang saja bahwa ayah atau ibu tidak ada.” Bagaimana kita akan mengajarkan mereka tentang wajibnya memenuhi (menepati) janji, padahal kita sendiri menyelisihi janji di hadapan mereka?
Bagaimana mungkin kita melarang anak dari berteriak-teriak (bersuara keras) di rumah dan mengajarkan kepadanya tentang firman Allah Ta’ala,
????????? ???? ???????? ????? ???????? ???????????? ???????? ??????????
“Dan lirihkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (QS. Luqman [31] : 19)
Namun kita malah meninggikan suara dengan cacian dan makian di rumah kita. Kita justru menghardik istri dan anak-anak kita.
Bagaimana mungkin kita melarang anak untuk tidak merokok, atau melihat yang haram, padahal kita sendiri merokok dan mata kita sering jelalatan ke mana-mana? Jika kita mengatakan kepadanya,“Jangan merokok!” Maka dia pun akan bertanya, “Mengapa tidak boleh merokok??” Karena sang anak tentu tidak merasa bersalah. Lantas apa yang dapat kita jawab kepadanya, karena kita sendiri juga menghisap rokok?
Sungguh Allah Ta’ala berfirman,
??? ???????? ????????? ???????? ???? ?????????? ??? ??? ??????????? (2) ?????? ??????? ?????? ??????? ???? ????????? ??? ??? ??????????? (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash–Shaf [61]: 2-3)
Nabi Syu’aib ‘alaihissalam pernah mengatakan,
????? ??????? ???? ????????????? ????? ??? ??????????? ?????? ???? ??????? ?????? ???????????? ??? ???????????
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.” (QS. Huud [11]: 88).
Berikut ini hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berkaitan dengan pembahasan ini,
??????? ??????????? ?????? ????????????? ???????? ??? ????????? ???????????? ??????????? ??? ????????? ????????? ????? ??????? ?????????? ?????????? ???????????? ?????? ???????? ????????? ????????????: ???? ??????? ??? ???????? ???????? ?????? ??????????? ??????????????? ???????? ???? ??????????? ?????: ?????? ????????? ?????????????? ????? ??????? ???????????? ???? ??????????? ????????
“Didatangkan seorang pria pada hari kiamat. Kemudian dia dilempar ke neraka. Ususnya keluar dan dia memutari ususnya bagaikan seekor keledai yang berputar-putar menarik alat giling gandum. Penduduk neraka pun berkeliling mengelilinginya dan mengatakan, “Wahai fulan, apa yang terjadi denganmu? Bukankah dahulu Engkau adalah orang yang memerintahkan kami melaksanakan yang ma’ruf dan melarang kami dari hal yang mungkar?” Kemudian dia menjawab, “Dahulu aku memang memerintahkan kalian pada yang ma’ruf (kebaikan), tetapi aku sendiri tidak melaksanakannya. Demikian juga, aku melarang kalian dari yang mungkar (keburukan), namun aku malah mengerjakannya.” (HR. Bukhari no. 3267).
Marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk mengamalkan apa yang hendak kita ajarkan kepada anak-anak kita ...
Disempurnakan menjelang isya, Rotterdam 13 Shafar 1438
***
Penulis: Aditya Budiman dan M. Saifudin Hakim
Artikel Muslimah.or.id
[serialposts]