AI (artificial intelligence) adalah program komputer yang dibuat untuk meniru kecerdasan manusia (kemampuan pengambilan keputusan, logika, dan lain-lain). Konsep AI sudah dikenal sejak tahun 1956, tapi semakin berkembang beberapa tahun terakhir. [1]
Bagaikan pisau bermata dua, AI memiliki sisi positif dan negatif. AI memang banyak manfaatnya seperti memudahkan pencarian, mengoreksi suatu pekerjaan, dan kerja sama dengan orang lain. Namun jika tidak digunakan dengan bijak, ada banyak hal negatif yang didapat.
Anak-Anak dan Risiko Bahaya AI
Anak-anak pada era modern, tentu tidak bisa lepas dari perkembangan teknologi (termasuk di dalamnya AI). Peran AI cukup luas, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, atau ekonomi. Dalam bidang pendidikan, jika AI dimanfaatkan dengan baik, dapat memudahkan murid mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan. Tetapi sebaliknya, AI dapat disalahgunakan untuk mengerjakan ujian atau tugas tanpa ada proses berpikir dari murid. Penelitian pada anak kuliah di Vietnam menunjukkan, prevalensi mereka melakukan kecurangan dengan AI sekitar 9,4% dan meningkat menjadi 38,3% dengan bertambahnya tahun pendidikan. [2]
Pendidikan Anak dalam Islam
Dr. Hissa bint Muhammad bin Falih As-Saghir hafizhahallah dalam bukunya mengatakan bahwa tujuan pendidikan anak yaitu:
- Beribadah kepada Allah
- Mengajarkan akidah yang benar
- Mendidik akhlaknya
- Mendidik jiwa sosialnya
- Mendidik psikis dan emosinya
- Mendidik fisiknya. [3]
Dalam Islam, akhlak yang baik penting diajarkan kepada anak. Salah satu akhlak baik yaitu berlaku jujur dan tidak melakukan kecurangan. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” [QS. At-Taubah: 119]
Dalam hadis dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang suka berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” [HR. Muslim no. 2607]
Sebelum kita mengenalkan berbagai macam ilmu, salah satu pondasi yang perlu kita ajarkan adalah akhlak yang baik, termasuk di dalamnya kejujuran. Orang tua memiliki peran penting karena ia menjadi contoh dalam sikap kejujuran. Oleh karena itu, jangan biasakan berbohong walau kepada anak kecil. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺼَﺒِﻲٍّ ﺗَﻌَﺎﻝَ ﻫَﺎﻙَ ﺛُﻢَّ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻄِﻪِ ﻓَﻬِﻲَ ﻛَﺬْﺑَﺔٌ
“Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, ‘Kemarilah, saya akan memberimu sesuatu’, lalu ia tidak memberinya, maka itu adalah sebuah kebohongan.” [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/452) dihasankan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 2942]
Tetapi kita tidak bisa lepas dari teknologi, termasuk AI. Pakai AI tidak apa-apa, asal ada aturannya. Tiffany Munzer, M.D., F.A.A.P. memberikan tips agar anak tidak mendapat pengaruh buruk AI:
- Orang tua menyampaikan kepada anak-anak tentang AI. Sesuaikan apa yang Anda katakan dengan usia dan tingkat pemahaman anak Anda.
- Kalau anak remaja atau yang lebih besar, usahakan untuk berdiskusi secara terbuka tentang hal positif dan negatif AI. Ajari anak-anak yang lebih besar cara mengelola privasi daring (dalam jaringan).
- Orang tua mengajarkan tentang kejujuran, batasan plagiarisme, serta kecurangan.
- Latih rasa ingin tahu dan berpikir kritis anak.
Semoga Allah Ta’ala menjaga anak-anak kita agar memiliki akhlak yang mulia dan tidak mudah terbawa arus perkembangan zaman.
Baca juga: Pendidikan Akidah Anak Bingkisan paling Berharga
***
Penulis: Victa Ryza Catartika
Artikel: Muslimah.or.id
Referensi:
[1] Anyoha, R. (2020, April 23). The History of Artificial intelligence. Science in the News. https://sitn.hms.harvard.edu/flash/2017/history-artificial-intelligence/
[2] Nguyen, Hung & Goto, Daisaku. (2024). Unmasking academic cheating behavior in the artificial intelligence era: Evidence from Vietnamese undergraduates. Education and Information Technologies, 1-27. 10.1007/s10639-024-12495-4.
[3] As-Saghir, Hissa bint Muhammad bin Falih. Ta’amul Ar-Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam ma’a Al-Athfal Tarbawiyan. Dapat diakses di sini.