Sebagian orang meyakini bahwa liburan adalah waktu untuk bermain dan bersenda gurau. Jika waktu tersebut diprogram dan dimanfaatkan untuk menggali ilmu, maka hal itu -menurutnya- bertentangan dengan tujuan diadakannya liburan.
Saudaraku…
Bukankah kita telah melihat bahwa mereka menganggap waktu (yang dijalaninya itu) adalah sebagai beban dan siksaan? Mereka tidak menghargai waktu, bahkan mereka telah menghancurkan sesuatu yang paling berharga dari apa yang mereka miliki yaitu waktu.
Sudaraku…
Jika umur Anda dalam hidup ini dihitung dengan detik dan nafas, maka maknanya adalah bahwa setiap detik yang telah berlalu telah menjauhkan Anda dari dunia dan mendekatkan Anda dengan akhirat.
Hal itu berarti bahwa setiap detik dan waktu Anda yang berlalu tanpa membawa manfaat, maka ia dianggap sebagai suatu kerugian dan bencana bagi Anda.
Mungkin Anda pernah kehilangan harta (karena rugi dalam perdagangan), namun Anda dapat mengembalikannya. Anda pernah kehilangan sesuatu dan Anda dapat temukan lagi. Akan tetapi bisakah Anda mengembalikan waktu Anda yang telah berlalu?
Seorang penyair mengatakan,
Jika suatu hari telah berlalu,
sedangkan aku tidak berbuat sesuatu,
dan tidak pula mendapatkan ilmu,
maka ia bukanlah umurku.
Dan yang lain mengatakan,
Sungguh kami bergembira dengan hari-hari kami yang bisa kami manfaatkan,
dan setiap hari yang berlalu adalah bagian dari umur (kami).
——————————————————————————————————————————————-
Diketik ulang dari buku “44 Renungan Makna Hidup” (dengan beberapa perubahan) karya Ahmad Al-Utsman
Artikel muslimah.or.id