Di era media sosial saat ini, kata FYP (For Your Page) telah menjadi impian banyak orang. Menjadi viral, ditonton jutaan orang, atau disukai ribuan akun menjadi hal yang terasa membanggakan. Betapa banyak hari ini kita saksikan orang yang sanggup menjual kehormatan, membuka aurat, menyebar kelalaian, bahkan merusak akhlak masyarakat, hanya demi “viewers” dan pujian. Yang lebih menyedihkan lagi, tak sedikit pula yang terang-terangan mempermainkan agama, menghina sunah, atau menjadikan hal-hal sakral sebagai bahan lelucon demi “engagement” dan algoritma. Mereka lupa bahwa setiap kata, gambar, suara, dan pengaruh yang disebarkan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Pernahkah kita bertanya: apakah yang viral itu membuat Allah rida? Ataukah hanya memuaskan nafsu riya, ujub, dan cinta dunia?
Popularitas semu yang menipu
FYP adalah fitur algoritma yang menampilkan video kepada pengguna secara luas. Di baliknya bisa jadi terdapat ambisi tersembunyi ingin dikenal, ingin dikagumi, dan ingin menjadi pusat perhatian. Tak jarang, demi itu orang membuka aurat, berkata kotor, menertawakan agama, hingga membuat konten yang merusak akhlak umat Islam.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’ (pamer ibadah).” (HR. Ahmad, dinilai hasan oleh al-Albani)
Siapa saja yang membuat konten agar dilihat manusia, bukan karena Allah, hendaknya ia takut amalnya menjadi sia-sia. Allah Ta’ala berfirman,
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan amal mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di sana tidak dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang di akhirat tidak memperoleh apa-apa kecuali neraka.” (QS. Hud: 15–16)
Viral: Kesuksesan atau istidraj?
Popularitas bisa menjadi nikmat jika digunakan untuk berdakwah dan menyebar kebaikan. Namun bisa pula menjadi istidraj, yaitu kenikmatan duniawi yang Allah berikan kepada orang yang durhaka, agar semakin jauh dari-Nya dan semakin bertambah hukuman dari-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَٰهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu, mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An‘am: 44)
Viral tidak selalu berarti keberhasilan. Bisa jadi itu adalah istidraj, yaitu ketika seseorang merasa sedang naik, padahal sejatinya sedang digiring menuju kehancuran akhirat.
Cinta popularitas: Penyakit hati yang mematikan
Salah satu penyakit hati yang paling berbahaya adalah ḥubb al-dzuhūr (cinta tampil dan disanjung) dan juga cinta dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ما ذئبان جائعان أُرسِلا في غنمٍ بأفسدَ لها من حِرصِ المرءِ على المالِ والشرفِ لدِينِه
“Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas ke dalam kumpulan kambing itu lebih merusak daripada keserakahan seseorang terhadap harta dan kedudukan terhadap agamanya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad, sanadnya sahih)
Orang yang haus akan ketenaran, rela mengorbankan agamanya demi like dan view, maka kerusakannya lebih parah dari serigala yang memangsa sekumpulan kambing. Ia bisa merusak kehormatan dirinya, keikhlasan, dan rasa takut kepada Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَـهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَـتْهُ الدُّنْـيَا وَهِـيَ رَاغِمَـةٌ
“Barangsiapa yang tujuan (utama) hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, maka Allah Azza wa Jalla akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)
Baca juga: Mencari Kebahagiaan Sejati
Dosa yang tersebar, pahala yang terhambat
FYP bisa menjadi sarana menyebarkan keburukan dan kemaksiatan. Jika seseorang memposting dosa, lalu ditonton dan ditiru orang lain, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang menirunya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَن سَنَّ سُنَّةً حَسنةً فعمِلَ بِها ، كانَ لَهُ أجرُها وَمِثْلُ أجرِ مَن عملَ بِها ، لا يَنقُصُ مِن أجورِهِم شيئًا ومن سنَّ سنَّةً سيِّئةً فعملَ بِها ، كانَ عليهِ وزرُها وَوِزْرُ مَن عملَ بِها من بعده لا ينقصُ من أوزارِهِم شيئًا
“Barang siapa yang memulai suatu sunah (perbuatan atau kebiasaan) yang baik, lalu diamalkan oleh orang lain, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelah itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa yang memulai suatu sunah yang buruk, lalu diamalkan oleh orang lain, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengikutinya setelah itu, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)
Lihatlah betapa bahayanya menyebar dosa di internet! Satu video joget, umpatan, sindiran terhadap agama, bisa menjadi sumber dosa yang tak kunjung henti, karena terus ditonton dan ditiru.
Kejaran dunia vs. Selamatnya akhirat
Allah Ta’ala memberi peringatan keras kepada orang-orang yang menghabiskan hidup hanya untuk popularitas dunia, tanpa memikirkan akhirat,
مَّن كَانَ يُرِيدُ ٱلْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُۥ فِيهَا مَا نَشَآءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُۥ جَهَنَّمَ يَصْلَىٰهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS. Al-Isra’: 18)
Sedangkan orang yang menggunakan media sosial untuk kebaikan, menahan diri dari konten maksiat, dan menjaga kemuliaan Islam, maka ia sedang menanam benih surga. Karena orang yang beriman akan menyadari bahwa dunia ini adalah penjara bagi dirinya sehingga dia menahan diri dari itu semua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّنيا سجنُ المؤمنِ وجنَّةُ الْكافرِ
“Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)
Jadilah terkenal di langit, bukan di dunia
Kita boleh menggunakan media sosial. Kita boleh berdakwah di TikTok, Instagram, atau YouTube. Tapi tujuan kita harus lurus: mencari rida Allah, bukan tepuk tangan manusia. Bukan viral yang kita kejar, tapi ampunan Allah. Bukan ketenaran yang kita dambakan, tapi surga yang abadi.
وَمَا هَـٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan kehidupan akhirat itulah kehidupan yang sebenar-benarnya, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut: 64)
Kesuksesan sejati bukanlah viral di media sosial, tapi viral di langit, dikenal para malaikat karena amal saleh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ اللَّهَ إذا أحَبَّ عَبْدًا دَعا جِبْرِيلَ فقالَ: إنِّي أُحِبُّ فُلانًا فأحِبَّهُ، قالَ: فيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنادِي في السَّماءِ فيَقولُ: إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلانًا فأحِبُّوهُ، فيُحِبُّهُ أهْلُ السَّماءِ، قالَ ثُمَّ يُوضَعُ له القَبُولُ في الأرْضِ
“Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia.’ Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyerukan kepada penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.’ Maka seluruh penghuni langit pun mencintainya, kemudian diberikanlah penerimaan (rasa cinta dan simpati) untuknya di bumi (di hati manusia).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Inilah ketenaran yang hakiki: dicintai Allah, dikenal di langit, meskipun mungkin tidak dikenal manusia di dunia. Semoga kita tidak termasuk orang yang FYP di dunia, namun merana di akhirat. Mari niatkan semua amal di media sosial karena Allah, hindari konten maksiat, dan gunakan platform digital sebagai jalan dakwah, bukan ladang dosa.
Wallahu Ta’ala a’lam.
Baca juga: Hati-Hati Menggunakan Nasyid Islami, ternyata Nasyid Ini Mengandung Kesyirikan
***
Ditulis di Jember, 3 Zulhijah 1446
Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan
Artikel Muslimah.or.id