Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu adalah khalifah pertama umat Islam setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah melalui beberapa perundingan di antara para sahabat, maka terpilihlah Abu Bakar sebagai pemimpin pertama umat Islam (khalifah) yang menggantikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu hal yang menjadi perhatian pada saat terpilihnya Abu Bakar ialah khotbah yang beliau sampaikan di hadapan umat Islam setelah beliau dibaiat.
Terdapat beberapa poin penting yang bisa kita ambil manfaatnya dari khotbah tersebut. Berikut adalah kutipan khotbah Abu Bakar:
أيها الناس، إنّي قَد وليت عليكم، ولست بخيركم، فإن رأيتموني على خير فأعينوني، و إن رأيتمون على باطل فسدّدوني، أطيعوني ما أطعت الله فيكم، فإذا عصيته فلا طاعة لي عليكم، ألا إنّ أقواكم عندي الضعيف حتى آخذ الحق له، وأضعفكم عندي القوي حتى آخذ الحق منه، أقول قولي هذا وأستغفرالله لي ولكم
“Wahai manusia, sesungguhnya aku telah didaulat (diangkat) sebagai pemimpin atas kalian, dan aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Maka, jika kalian melihatku berada di atas kebaikan, tolong bantu aku dalam kebaikan tersebut. Namun, jika kalian melihatku berada di atas kebatilan, maka tolong tunjukkan padaku bahwa aku salah, lalu terangkan padaku jalan yang benar. Taatlah kepadaku selama aku taat pula pada Allah. Namun, jika aku bermaksiat pada Allah, maka kalian dilarang untuk menaatiku. Orang yang lemah (tertindas) di antara kalian akan kuanggap kuat sampai aku berikan dia haknya. Dan orang yang kuat (yang bertindak semaunya) adalah orang yang lemah di mataku, dan akan aku ambil haknya. Inilah yang dapat aku sampaikan, semoga Allah mengampuniku dan kalian.”
Di antara faedah yang dapat kita ambil dari khotbah tersebut adalah sebagai berikut.
Kerendahan hati Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu
Pada khotbah yang disampaikan, meskipun ketika itu beliau menjadi pemimpin umat Islam, beliau memperlihatkan sifat tawadhu’ atau rendah hati di hadapan masyarakatnya. Hal ini selaras dengan salah satu sifat dari hamba Allah dalam firman-Nya,
وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati. Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan: 63)
Ath-Thabari rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan bahwa maksud dari ayat ini adalah di antara sifat hamba Allah ialah tawadhu’ ketika berjalan di atas muka bumi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyampaikan perihal tawadhu’ dalam sebuah hadis,
إن الله أوحى إليَّ أن تواضعوا؛ حتى لا يفخر أحدٌ على أحدٍ، ولا يبغي أحد على أحد
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu’, sampai tidak ada satu pun di antara kalian yang merasa berbangga diri dengan dirinya atas diri orang lain, serta tidak pula berbuat zalim antara satu dengan yang lain.” (HR. Muslim)
Tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaatan
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menyeru kepada umat Islam agar bisa membantunya jika ia berada dalam ketaatan. Allah Ta’ala berfirman,
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤاءِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-’Imran: 104)
***
Penulis: Evi Noor Azizah
Artikel Muslimah.or.id