Dunia anak adalah identik dengan dunia bermain dan permainan. Dan Islam juga tidak mengabaikan betapa banyak manfaat sekaligus mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi anak perihal bermain.
Al-Ghazali mengatakan: “Usai keluar dari sekolah, sang anak hendaknya diizinkan untuk bermain dengan mainan yang disukainya untuk merehatkan diri dari kelelahan belajar di sekolah. Sebab, melarang anak bermain dan hanya disuruh belajar terus akan menjenuhkan pikirannya, memadamkan kecerdasannya dan membuat masa kecilnya kurang bahagia. Anak yang tidak boleh bermain pada akhirnya akan berontak dari tekanan itu dengan berbagai macam cara” (Ihya ‘Ulumuddin, III/163).
Bukankah Abu Umair bin Abu Thalhah mempunyai burung pipit untuk mainannya, Aisyah memiliki boneka perempuan untuk mainannya?
Dinukil dari Aisyah radhiallahu’anha, Nabi pulang dari perang Tabuk atau perang Khaibar, dan pada rak milik Aisyah ada tirai. Tiba-tiba angin berhembus dan menyingkap ujung tirai itu, sehingga terlihatlah -boneka-boneka miliknya- yaitu mainan Aisyah. Beliaupun bertanya “Apa itu wahai Aisyah?” “Bonekaku”, Jawab Aisyah lirih. Lalu Nabi melihat diantara boneka itu ada boneka kuda dari kain perca yang memiliki sepasang sayap. Dan beliaupun bertanya lagi: “Boneka apakah itu yang ada di tengah?”. “Boneka kuda”. Jawab Aisyah singkat. “Apa yang ada padanya?” Tanya beliau lagi. Aisyah menjelaskan: “Sepasang sayap”. Beliau kembali bertanya : ”Seekor kuda yang memiliki sepasang sayap?” “Tidakkah engkau mendengar bahwa Nabi Sulaiman memiliki kuda yang bersayap?”, Aisyah balik bertanya. Rasulullah pun tertawa mendengarnya hingga aku bisa melihat gigi geraham beliau” (HR. Abu Dawud no.4932, dishahihkan Albani dalam Adabuz Zifaf, hal.203).
Anak butuh hiburan menyegarkan untuk mengembangkan akalnya, pengetahuannya dan mendidiknya.
Anas berkata, “Pada suatu hari aku melayani Rasulullah. Setelah tugasku selesai, aku berkata dalam hati, Rasulullah pasti sedang istirahat siang. Akhirnya, aku keluar ke tempat anak-anak bermain. Tak lama kemudian Rasulullah datang seraya mengucapkan salam kepada anak-anak yang sedang bermain. Beliau lalu memanggil dan menyuruhku untuk suatu keperluan. Akupun segera pergi untuk menunaikannya, sedangkan beliau duduk di bawah naungan pohon hingga aku kembali…” (HR. Ahmad no.1295, sanadnya shahih).
Anak memiliki tabiat berbeda dengan orang dewasa sebagai orang tua dan pendidik yang baik, hendaklah memberikan mainan yang mendidik, tidak bertentangan dengan syariatNya, aman serta disesuaikan usianya.
Berikut ini beberapa tips bermain yang bisa diterapkan pada anak:
a) Berorientasi pada alam
Ini bermanfaat untuk mengembangkan pengalamannya dan melatih aspek kognitif sekaligus kinestetiknya. Anda dapat mengajaknya bersepeda, jalan-jalan ke kebun binatang atau taman bunga. Sembari menikmati keindahan ciptaan-Nya, anda bisa menjelaskan keMaha-Besaran Allah subhanahu wa ta’ala.
b)Menggunakan alat permainan
Anda dapat memberikan alat permainan yang bervariasi seperti plastisin, puzzle, balok-balok kayu untuk melatih motorik tangannya sekaligus membantu anak mengenal bentuk memunculkan kreatifitas dan melatih logika. Dapat pula bersama-sama orang tua atau teman membuat mainan dari barang-barang bekas.
c) Melatih kecerdasan sosial
Anak butuh sosialisasi dengan lingkungan diantaranya dengan teman-teman sebaya. Pilihkan mereka kawan yang baik dan shalih. Ajarkan berempati pada temannya, kerukunan dan mudah berbagi saat bermain, ringan tangan dan berempati kepada temannya dengan bermain dalam “team work” akan melatih sportifitas, solidaritas dan kebersamaan.
d) Menumbuhkan kedekatan dengan orang tua
Luangkan waktu untuk bermain dengan anak untuk mengeratkan ikatan cinta dan jadikanlah momen indah yang membuat anak bahagia. Hal ini sangat penting agar anak merasakan curahan cinta anda sehingga ia nyaman dan enjoy. Kondisi psikis dan hati yang dipenuhi kegembiraan akan membantunya antusias belajar. Ketika anda dekat secara psikis dengan anak insyaallah bimbingan dan berbagai nasehat anda akan lebih mudah diterima anak.
Selamat bermetamorfosis menjadi sosok orang tua yang peduli dengan anak!
***
Referensi :
1. Islamic Parenting (terjemah), Syaikh Jamal Abdurrahman, Aqwam, Solo 2017
Mencetak Generasi Rabbani, Ummu Ihsan & Abu Ihsan Al-Atsari, Pustaka IMAma Syafi’i, Jakarta 2015
2. Tumbuh Kembang Anak, Imam Muslikin, Flash book, Yogyakarta, 2012
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Artikel Muslimah.or.id