Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Parenting Islami (Bag. 20): Memilih Nama yang Baik untuk Anak

M. Saifudin Hakim oleh M. Saifudin Hakim
18 Mei 2017
di Pendidikan Anak
0
Share on FacebookShare on Twitter

Baca pembahasan sebelumnya: Parenting Islami (Bag. 19)

Nama yang baik merupakan salah satu hak anak atas orang tua yang wajib kita tunaikan. Janganlah kita memberi nama yang nanti akan menyusahkan mereka atau membuatnya dicela oleh orang lain. Berikanlah kepadanya nama yang baik, nama yang indah dari nama-nama orang Islam. Karena pada nama terdapat harapan dan optimisme.

Terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari jalur periwayatan Sa’id bin Musayyib rahimahullah dari ayahnya. Ayahnya datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,

مَا اسْمُكَ قَالَ حَزْنٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتَ سَهْلٌ فَقَالَ لَا أُغَيِّرُ اسْمًا سَمَّانِيهِ أَبِي قَالَ ابْنُ الْمُسَيَّبِ فَمَا زَالَتْ حُزُونَةٌ فِينَا بَعْدُ

“Siapa namamu?” Dia menjawab, “Haznun (jalan yang susah).” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Namamu (mulai sekarang) adalah “Sahlun” (jalan yang datar atau mudah).” Lantas dia menjawab, “Aku tidak akan mengganti sebuah nama yang telah diberikan ayahku [1].”

Donasi Muslimahorid

Lalu Sa’id bin Musayyib mengatakan, “Maka kesusahan tiada hentinya menimpa kami setelah itu.” (HR. Bukhari no. 6190)

Artinya, nama “Haznun” itu memberikan pengaruh, bahkan terhadap Sa’id bin Musayyib rahimahullah [2].

Lihat pula bagaimana doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan dengan nama beberapa kabilah Arab pada masa itu.

غِفَارُ غَفَرَ اللَّهُ لَهَا وَأَسْلَمُ سَالَمَهَا اللَّهُ وَعُصَيَّةُ عَصَتِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Ghifar, semoga Allah Ta’ala mengampuni mereka. Aslam, semoga Allah Ta’ala mendamaikan (menyelamatkan) mereka. ‘Ushoyyah, mereka telah bermaksiat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari no. 3513 dan Muslim no. 2518)

Masih dalam Shahih Bukhari dari jalur periwayatan ‘Ikrimah rahimahullah. Dia mengatakan, ketika Suhail bin ‘Amr datang, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan,

قَدْ سُهِّلَ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ

“Sungguh urusan kalian telah menjadi mudah.” (HR. Bukhari no. 2731 dan 2732)

Ma’mar mengatakan, “Az Zuhri berkata, “Lalu Suhail pun datang dan meminta kertas untuk menulis perjanjian di antara mereka.”

Orang tua yang semangat mencari nama yang baik untuk anak mereka dari nama orang-orang yang memiliki keutamaan dan keshalihan (dari nama para Nabi, sahabat, dan tabi’in), tentu tidak sama dengan orang tua yang mencari nama untuk anak mereka dari nama orang-orang kafir, artis, orang jahat atau pelacur. Orang tua jenis yang pertama akan mendapatkan pahala dari apa yang dilakukannya. Sedangkan orang tua jenis ke dua akan mendapatkan balasan buruk sesuai dengan kadar niatnya.

Secara umum seseorang akan condong pada nama yang dia miliki. Kita bisa melihat bahwa orang yang bernama Muhammad, maka dia akan cenderung dengan orang-orang yang juga bernama Muhammad. Demikian pula orang yang bernama Yahya, maka dia pun akan cenderung dengan orang-orang yang bernama Yahya, dan demikian seterusya [3]. Oleh karena itu, kita harus mencari dan memilih nama yang baik untuk anak-anak kita dari nama orang-orang yang memiliki keutamaan dan keshalihan. Dan demikianlah kebiasaan orang-orang shalih terdahulu.

Tidakkah kita melihat Maryam, Musa dan Harun yang merupakan anak dari ‘Imran. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu tentang hal ini, lantas beliau menjawab,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَمُّونَ بِأَنْبِيَائِهِمْ وَالصَّالِحِينَ قَبْلَهُمْ

“Sesungguhnya mereka biasa menamai (anak keturunan mereka, pen.) dengan nama para Nabi dan orang-orang shalih sebelum mereka.” (HR. Muslim no. 2135)

Berdasarkan keterangan di atas, maka hendaknya kita memilih nama untuk anak-anak kita dengan nama orang-orang shalih. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ

“Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman.” (HR. Muslim no. 2132)

Beliau juga pernah bersabda,

تَسَمَّوْا بِاسْمِى وَلاَ تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِى

“Berikanlah nama (anak-anak kalian, pen.) dengan namaku. Namun janganlah kalian berkunyah dengan kunyah-ku [4] (yaitu Abul Qasim, pen.).” (HR. Muslim no. 2132)

Demikian pula disebutkan dalam Shahih Muslim melalui sebagian jalur periwayatan dari hadits di atas, bahwa ada seorang lelaki dari kalangan Anshor yang anaknya baru lahir. Dia hendak memberikan anaknya dengan nama Muhammad. Lalu dia pun mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau pun bersabda sebagaimana hadits di atas.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan nama “Ibrahim” kepada anaknya [5]. Demikian pula beliau pernah memberikan nama kepada anaknya Abu Musa dengan nama Ibrahim.

Abu Musa ‘Abdullah bin Qais Al-‘Asy’ari radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadits,

وُلِدَ لِى غُلاَمٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ وَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ

“Ketika aku dianugerahi seorang anak, aku pun membawanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau pun memberikannya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan kurma.” (HR. Bukhari no. 5470 dan Muslim no. 2144)

[Bersambung]

LANJUT KE BAGIAN 21

***

Rantauprapat, 5 Sya’ban 1438 | 1 Mei 2017

Penulis: Aditya Budiman dan M. Saifudin Hakim

Artikel Muslimah.or.id

Catatan kaki:

[1] Orang ini mungkin mengatakan demikian dengan nada marah.

[2] Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Ad-Dawudi mengatakan bahwa yang beliau (Sa’id bin Musayyib maksudkan adalah kesusahan (amarah) yang ada pada akhlak mereka. Namun beliau sendiri menggunakan amarahnya karena Allah.” Ulama lain mengatakan, “Beliau berisyarat pada kesusahan yang tetap ada pada akhlak mereka. Para ahli nasab mengatakan bahwa anak keturunan mereka dikenal memiliki akhlak yang buruk dan tidak pernah hilang.”

[3] Allahu a’lam. Mungkin gambarannya adalah seseorang yang bernama Muhammad akan tertarik dengan hal yang berkaitan dengan namanya. Misalnya, dia membaca sebuah kitab yang ditulis oleh orang yang bernama Muhammad. Biasanya dalam hatinya akan terdapat dorongan lebih untuk membaca kitab tersebut, karena namanya sama dengan nama penulisnya.

[4] Nama “kunyah” adalah nama julukan yang biasanya diambil dari nama anak, orang tua atau yang lainnya. Namun tidak terbatas pada hal ini. Misalnya, seseorang yang bernama Hasan dan memiliki anak bernama ‘Ali. Maka kunyahnya menjadi “Abu Ali”.

[5] HR. Bukhari no. 6194.

ShareTweetPin1
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
M. Saifudin Hakim

M. Saifudin Hakim

- Alumnus Ma'had Al-'Ilmi, Yogyakarta. - Alumnus Pendidikan Dokter FK UGM, Yogyakarta. - Alumnus Erasmus University Medical Center, Rotterdam, Belanda. - Saat ini sedang belajar di Unayzah, Saudi Arabia.

Artikel Terkait

Jangan Remehkan Kesalahan Anak Kecil

oleh Isruwanti Ummu Nashifa
6 Juni 2020
0

Janganlah engkau melihat kepada kecilnya kesalahan, tapi lihatlah kepada siapa engkau berbuat kedurhakaan.

Didik Anak Sejak Belia, Rasakan Hasilnya ketika Mereka Dewasa

oleh Athirah Mustajab
14 Februari 2014
0

Anak di sini mencakup anak lelaki dan perempuan. Hak anak sangatlah banyak, yang terpenting adalah tarbiyah (pendidikan). Yaitu mengembangkan agama...

Parenting Islami (Bag. 19): Mentahnik Bayi Baru Lahir dan Mendoakan Keberkahan Untuknya

oleh M. Saifudin Hakim
27 April 2017
0

Baca pembahasan sebelumnya: Parenting Islami (Bag. 18) Di antara petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada saat bayi baru lahir...

Artikel Selanjutnya

Tiga Landasan Utama (Bag. 1)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.