Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Makna Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak

Muslimah.or.id oleh Muslimah.or.id
3 Januari 2017
di Pendidikan Anak
0
Share on FacebookShare on Twitter

Sebagian ulama mengatakan, Allah akan meminta pertanggung jawaban setiap orang tua tentang anaknya pada hari kiamat, sebelum si anak itu sendiri meminta pertanggungjawaban orang tuanya. Sebagaimana seorang ayah mempunyai hak atas anaknya, maka anak pun mempunyai hak atas ayahnya.

Jika Anda menempatkan tanggung jawab anak ke dalam tempat persemaian yang buruk, saya khawatir Anda kelak akan mendapatkan adzab dari Allah dua kali lipat. Pertama, diadzab dengan adzab yang pedih karena telah mengotori mutiara yang mulia itu, dan yang kedua karena melaksanakan tindak kesalahan. [1]

Oleh karena itu, kita temukan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memikulkan tanggung jawab pendidikan anak ini secara utuh kepada kedua orang tua. Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا، وَالخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan akan bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas keluarga yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta milik tuannya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (Muttafaq ‘alaih)

Donasi Muslimahorid

Sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi ‘alaihi wa sallam meletakkkan kaidah mendasar yang kesimpulannya adalah seorang anak itu tumbuh dan berkembang mengikuti agama kedua orang tuanya. Keduanyalah yang memberikan pengaruh yang kuat terhadapnya.

Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ البَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ

“Tiada seorang bayi pun yang lahir melainkan dia dilahirkan di atas fitrah. Lalu kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, atau Majusi, atau Nasrani; seperti binatang yang melahirkan binatang yang sama secara utuh. Adakah kamu menemukan adanya kebuntungan?”

Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu membaca firman Allah,

فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا

“Tetaplah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus.” (QS. Ar-Ruum: 30)

Allah telah memerintahkan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, mendorong mereka untuk itu dan memikulkan tanggung jawab kepada mereka. Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6)

Fakhrur Razi dalam tafsrinya mengatakan, “Peliharalah dirimu,” yaitu dengan cara menjauhi segala yang dilarang oleh Allah untuk kamu kerjakan.” Sedangkan Muqatil mengatakan, “Maksudnya, setiap muslim harus mendidik diri dan keluarganya dengan cara memerintahkan mereka untuk mengerjakan kebaikan dan melarang mereka berbuat kejahatan.”

Sementara itu, Az-Zamakhsyari dalam tafsir Al-Kassyaaf menafsirkan, “Periharalah dirimu,” yaitu dengan cara meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan-ketaatan; “dan keluargamu,” adalah dengan cara memperlakukan mereka sebagaimana kalian memperlakukan dirimu sendiri.” [2]

Al-Ghazali rahimahullah dalam risalah beliau yang berjudul Ayyuhal Walad mengatakan bahwa makna tarbiyah (pendidikan) serupa dengan pekerjaan seorang petani yang membuang duri dan mengeluarkan tumbuh-tumbuhan asing atau rerumputan yang mengganggu tanaman agar ia bissa tumbuh dengan baik dan membawa hasil yang maksimal.

Pesan Allah bagi ayah berkenaan dengan anak-anak mereka, mendahului pesan bagi anak berkenaan dengan ayah mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلاَ تَقْتُلُواْ أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُم إنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْءاً كَبِيراً

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra’: 31)

Ibnul Qayyim selanjutnya menjelaskan, “Siapa saja yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang berguna baginya, lalu dia membiarkan begitu saja, berarti dia telah berbuat kesalahan besar. Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah adalah akibat orang tua yang mengabaikan mereka, serta tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan sunnah-sunnah agama. Lalu menyia-nyiakan anak ketika kecil sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan dari diri mereka, dan mereka pun tidak bisa memberikan manfaat kepada ayah mereka ketika mereka dewasa.

Lalu, bukti mana lagi yang menunjukkan kebodohan akal seseorang dan hilangnya perasaan yang lebih besar daripada orang yang diberi kesempatan waktu yang panjang hingga anaknya mencapai usia dewasa, namun dia tidak membekalinya dengan pendidikan yang baik sehingga bisa menjadi orang yang mulia?” [3]

Pendidikan adalah hak anak yang menjadi kewajiban atas orang tua. Ia merupakan hibah atau hadiah. Hal ini telah ditegaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui sabda beliau, “Mereka itu disebut oleh Allah sebagai ‘abrar’ (orang-orang yang baik) karena mereka berbakti kepada orang tua dan anak. sebagaimana kamu mempunyai hak atas anakmu, maka anakmu juga mempunyai hak atasmu.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad) [4]

Semoga Allah karuniakan kita sebagai orangtua yang bertanggungjawab penuh atas anak-anak kita, menjadi teladan bagi mereka, menanamkan ketauhidan pada mereka, tidak hanya mengajarinya tetapi juga mendidiknya.

***

Penulis: Eva Nurhidayati

Artikel Muslimah.or.id

 

Diringkas dari buku “Mendidik Anak Bersama Nabi” karya Muhammad Suwaid, hal. 20-14.

Catatan kaki:

[1], [3] Syaikh Muhammad Al-Khadhar Husain, As-Sa’aadah al-Uzhma, hal. 90.

[2] At-Tafsiir Al-Kabiir, 30: 46.

[4] Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabrani yang di dalam sanadnya terdapat Ubaidullah bin Walid Al-Washafi. Ia adalah dha’if sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Haitsami dalam Al-Majma’, 8: 146.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Muslimah.or.id

Muslimah.or.id

Artikel Terkait

AI dan Risiko Bahayanya untuk Anak

AI dan Risiko Bahayanya untuk Anak

oleh Victa Ryza Catartika
15 Agustus 2024
0

AI (artificial intelligence) adalah program komputer yang dibuat untuk meniru kecerdasan manusia (kemampuan pengambilan keputusan, logika, dan lain-lain). Konsep AI...

Parenting Islami (Bag. 30): Larangan Mencukur Rambut dengan Model Qaza’

oleh M. Saifudin Hakim
20 November 2017
0

Hendaknya anak kecil dilarang untuk mencukur rambut mereka dengan model qaza’ yang menyerupai model rambut orang-orang kafir atau orang-orang yang...

Parenting Islami (Bag. 27): Menjaga Kebersihan Anak

oleh M. Saifudin Hakim
29 Oktober 2017
1

Di antara bentuk menyia-nyiakan anak adalah membiarkan mereka tidak terurus, pakaian kotor, wajahnya kotor, di rambut banyak kutu (yang tidak...

Artikel Selanjutnya

Seorang Calon Karyawati

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.