Pada hakikatnya, semua wanita dari kabilah Ma’ad bin Adnan, juga kabilah Arab lainnya, menutupi seluruh badan mereka, tidak peduli apakah mereka itu penyembah berhala atau ahlul kitab. Sampai muncul pepatah menggambarkan mereka,
?????? ?? ????? ??????
“Remaja Arab tidak perlu diajari memakai kerudung.” [1]
Maksudnya, mereka tidak perlu diajari cara berkerudung karena hal tersebut telah menjadi budaya di kalangan mereka sejak kecil, sehingga mengajari mereka ketidak sudah dewasa tidaklah perlu. Bahkan mayoritas wanita mereka tidak membuka wajah kecuali ketika berihram. Inilah salah satu manasik Nabi Ibrahim yang masih dikerjakan oleh mereka. Bahkan mereka tidak membedakan hukum membuka wajah ketika ihram dan hukum membuka wajah di hadapan lelaki meski sedang berihram.
Khufaf bin Nubdah As-Sulami bersenandung,
? ???? ???? ???? ???? ??????
? ???? ??? ???? ?? ????? ????
“Bulan-bulan haji telah menampakkan banyak kebaikan
dan wajah yang ketika disentuh parfum menjadi bercahaya” [2]
Mereka membedakan antara wanita yang merdeka dan budak berdasarkan wajah yang tidak ditutup. Wanita merdeka tidak membuka wajah kecuali dalam kondisi mencekam dan perang karena khawatir ditangkap dan ditawan. Tujuannya, agar musuh membiarkan mereka karena mengira mereka adalah para budak. Sabrah bin Amru Al-Faq’asy bersenandung,
? ?????? ?? ????? ??? ??????
???? ???? ? ?????? ?????
“Dalam keadaan mencekam, kaum wanita kalian membuka wajah
Seolah mereka itu budak dan para budak adalah wanita merdeka”
Para Nasrani Arab zaman dahulu juga menutup aurat. Penyair mereka, Akhthal At-Thaglabi bersenandung:
??? ???? ??????? ????
??????? ???? ???? ? ??????
??? ????? ????? ??? ???: ?????
? ???? ????? ?? ???? ??????
“Aku marah karena wanita-wanita kulit putih yang dipandangi oleh Tsabit
Di tengah keluarga Dogan, tubuh mereka berbalut sutra dan beludru
Bila salah seorang berpaling, Tsabit berkata: ‘Bukalah wajahmu!’
Namun ia bersikukuh, tidaklah mungkin membuka wajahnya.” [3]
******
[1] Lihat Al-Amtsal tulisan Abu Ubaid (265) dan Jumhuratul Amtsal tulisan Askari serta Majmaul Amtsal tulisan Maidani (I/19)
[2] Lihat Al-Ashmaiyat hlm. 22.
[3] Diwanul Akhthal hlm. 468
Diketik ulang dari buku “Hijab: Busana Muslimah Sesuai Syariat dan Fitrah” karya Abdulaziz bin Marzuq Ath-Tharifi
Artikel Muslimah.Or.Id