Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Mengenal 6 Kaidah Dasar Masalah Fikih (#2: Sumber-Sumber Terbentuknya Kaidah Fikih)

Pipit Aprilianti oleh Pipit Aprilianti
17 Maret 2016
di Fikih
0
Share on FacebookShare on Twitter

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Kaidah fikih merupakan kaidah yang berhubungan langsung dengan amalan seorang hamba. Dalam pembentukannya tidak dilakukan dengan sembarangan dan semaunya. Akan tetapi, terciptanya  kaidah-kaidah itu berasal dari sumber yang shahih dan menelitian yang mendalam mengenai hal itu. Berikut penjelasan ringkas sumber kaidah fikih yang ditetapkan ulama.

Pertama, Al-Qur’an

Contoh: firman Allah,

 وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ

Donasi Muslimahorid

“Dia tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS. Al-Hajj: 78)

Berdasarkan kaidah ini dibolehkan gharar yang berkaitan dengan hajat orang banyak seperti dalam jual-beli umbi-umbian yang masih berada di dalam tanah.

Ibnu Taimiyah berkata, “madharat gharar di bawah riba, oleh karena itu diberi rukhshah (keringanan) jika dibutuhkan oleh orang banyak, karena jika diharamkan madharatnya lebih besar daripada dibolehkan.”

Kedua, Hadis Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam.

Contoh: Kaidah dalam Khiyar majlis yaitu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 الْبَيِّعانِ بالخِيارِ ما لَمْ يَتَفَرَّقا

“Penjual dan pembeli dibenarkan melakukan khiyar selagi mereka berada di dalam satu majelis dan belum berpisah.” (HR. Bukhari-Muslim)

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hak kepemilikan laba,

الخراج بالضمان

“Keuntungan adalah milik orang yang menanggung barang yang dibeli.” (HR. Abu Daud dan Tirmizi, dan dihasankan oleh Al-Albani)

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَيْسَ لِعِرْقٍ ظَالِمٍ حَقٌّ

“Orang yang telah berbuat kezaliman (dengan cara mendapatkan barang tanpa keridhaan pihak kedua) keringatnya (usahanya mengembangkan barang tersebut) sama sekali tidak memiliki nilai yang patut dibayar.” (HR. Muslim)

Ketiga, Teks ucapan para ulama mujtahid.

Seperti perkataan Imam Syafi’i dalam jual-beli anggur basah dengan anggur kering tidak dibolehkan dan tidak dapat diqiyaskan dengan hukum bolehnya menjual kurma kering dengan kurma basah,

الرخص لا تُقاس

“Rukhshah (keringanan) tidak dapat diqiyaskan.”

Imam Ahmad berkata,

كُلُّ مَا جَازَ بَيْعُهُ جَازَ هِبَتُهُ وَصَدَقَتُهُ وَرَهْنُهُ

“Setiap sesuatu yang boleh dijadikan objek dalam jual-beli boleh dihadiahkan, disedekahkan dan digadaikan.”

Keempat, Kaidah yang dihasilkan oleh para ulama dari analisa istiqra’ (induksi) dengan mengumpulkan beberapa masalah-masalah fikih dalam sebuah kaidah fikih. Dan kebanyakan kaidah fikih dihasilkan dari sumber ini. Contoh kaidah,

“Setiap benda yang suci boleh dijadikan objek transaksi.”

Kaidah ini dihasilkan dari kesimpulan beberapa permasalahan dengan hukum yang sama, seperti tidak boleh menjual kotoran ternak, tidak boleh menjual khamr, tidak boleh menjual anjing buruan, tidak boleh menjual babi dan turunannya, tidak boleh menjual bangkai, tidak boleh menjual najis, dan seterusnya.

Kelima, Kaidah yang dihasilkan oleh para ulama melalui takhrij (ijtihad), diantaranya qiyas (analogi). Dimana mereka menemukan suatu kaidah fikih dan dari kaidah tersebut dapat diqiyaskan hal yang lain maka mereka buat sebuah kaidah baru.

Dengan kata lain, menurunkan satu kaidah menjadi kaidah yang lain berdasarkan analogi.

Seperti kaidah,

المعروف عرفًا كالمشروط شرطًا

“Yang telah ditetapkan melalui pemahaman masyarakat statusnya sama dengan syarat yang ditetapkan.”

Kaidah ini adalah turunan dari kaidah:

العادة مُحَكَّمَة

“Adat dan kebiasaan bisa menjadi sandaran hukum.”

[Bersambung]

KEMBALI KE BAGIAN 1  LANJUT KE BAGIAN 3

***

Penulis: Pipit Aprilianti
Murojaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Artikel Muslimah.Or.Id
Sumber: Faidah Daurah “Qawaid Fiqhiyah Kubra”, Membahas 6 Kaidah Dasar Masalah Fiqh bersama Ustadz Ammi Nur Baits hafizhahullah
ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Pipit Aprilianti

Pipit Aprilianti

Artikel Terkait

Gerakan Dalam Shalat

oleh Deni Putri Kusumawati
22 September 2020
0

Gerakan dalam shalat terbagi menjadi lima. Yaitu, gerakan yang wajib, gerakan yang sunnah, gerakan yang makruh, gerakan yang haram, dan...

Lima Faedah Terkait Hujan

oleh Yulian Purnama
11 Januari 2021
2

Syaikh Abdul Aziz As Sadhan hafizhahullah menyebutkan lima faedah terkait dengan hujan. Beliau mengatakan,  الفائدة الأولى :(( من ثمار نزول...

Keutamaan Salat Sunnah yang Dikerjakan di Rumah

oleh Muslimah.or.id
30 Oktober 2015
2

“Hendaknya kalian mengerjakan salat di rumah-rumah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik salat seseorang adalah di rumahnya, kecuali salat maktubah (fardhu)"

Artikel Selanjutnya

Maunya Tampil Seksi, Ternyata …

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Edu Muslim.or.id

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

Kami Ingin Tahu Pendapat Anda Tentang Website Muslimah.or.id

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.