Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Kebahagiaan Adalah Anugerah

Ummu Salamah oleh Ummu Salamah
26 Maret 2008
di Akhlak dan Nasihat
11
Kebahagiaan Adalah Anugerah
Share on FacebookShare on Twitter

Kebahagiaan tidak lain adalah limpahan karunia Ilahi, bukan merupakan sebuah hasil usaha semata. Seperti masuknya hamba-hamba yang sholeh kedalam syurga bukan dikarenakan amalan mereka semata yang -sebut saja tidak terhitung jumlahnya menurut ukuran manusia- melainkan karena rahmat dan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala.

Dalam sudut pandang ikhtiar atau usaha, Ahlus Sunnah berkeyakinan bahwa manusia diberikan kebebasan memilih, jalan kebahagiaan atau kesengsaraan. Tapi tetap seluruh usaha manusia -mau tidak mau- terikat dalam sebuah ketetapan pasti yaitu takdir Allah.

Takdir adalah hak mutlak milik Allah. Manusia hanya memiliki hak menebar usaha, melakukan amalan, berikhtiar dan bekerja. Kita harus mengimani takdir apapun yang terjadi. Namun dalam nuansa ikhtiar kita harus tetap berusaha, niscaya Allah akan memberikan kemudahan.

Ada dua kata kunci disini: takdir dan usaha. Keduanya tidak bisa terpisahkan. Dan keduanya, bisa menjadi pemicu terwujudnya gelombang kebahagiaan.

Pertama, takdir. Dengan meyakini takdir, seorang muslimah akan memiliki ketabahan, terutama di saat harus menerima dera musibah secara bertubi-tubi atau di saat menghadapi ancaman terhadap ketentraman hidupnya.

Donasi Muslimahorid

Allah berfirman,

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ

“Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa dibumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakan-nya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadid: 22)

Ketabahan itulah, yang akan menjadi pemicu kebahagiaan. Karena ketabahan itu muncul melalui proses keimanan yang bertarung melawan bujuk rayu nafsu, melawan tekanan keadaan, untuk kemudian keluar sebagai pemenang, mendulang karunia petunjuk Allah.

Allah berfirman,

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗوَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu…” (Ath Thaghabun: 11)

Hati yang mendapatkan petunjuk, niscaya memancarkan cahaya pasrah, menyingkirkan nafsu amarah, menepis rasa kesal dan kecewa sehingga lahirlah kebahagiaan itu.

Di sisi lain, keyakinan kepada takdir, menyeruakkan nuansa kesegaran berpikir, karena dasar keyakinan bahwa Allah akan memberikan pahala, bagi orang-orang yang tabah dan sabar.

وَجَزٰىهُمْ بِمَا صَبَرُوْا جَنَّةً وَّحَرِيْرًاۙ

“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena ketabahan mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera…” (Al Insan: 12)

Kedua, adalah usaha yaitu usaha yang baik atau amal sholeh yang dilakukan seorang mukmin, memiliki nilai sakral. Berkaitan dengan kandungan ruh keikhlasan dan kekuatan dan kekuatan peneladanan terhadap manusia terbaik, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang terdapat di dalamnya. Dua kandungan itu, bagaikan nyawa dan kekuatan. Membuat usaha yang dilakukan oleh seorang mukmin berpengaruh impresif, menekan jauh ke lubuk jiwa, melakukan kepuasan yang tiada tara. Tidak peduli, apakah usaha itu -pada akhirnya- menampakkan hasil, atau terjatuh pada lubang-lubang kegagalan. Dalam konteks ini, usaha apa pun yang dilakukan oleh seorang muslim tak lepas dari bingkai ibadah, atau penghambaan diri kepada Allah. Semakin hebat usaha yang dilakukan, semakin meningkat kualitas kehambaannya.

Sebagai contohnya, ibadah sholat diyakini mampu menjadi media penyejuk hati, bila dilakukan dengan khusu‘ dan dibarengi dengan kesabaran jiwa…

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al Baqoroh: 153)

Dari pemaparan di atas, kita bisa menyimpulkan sebuah fenomena yang cukup menarik. Kebahagiaan itu lebih sering muncul, setiap kali seorang muslim selesai melakukan pekerjaannya. Disebut dengan kata lebih sering muncul, karena selesai atau tidak suatu pekerjaan, berhasil atau tidak suatu usaha, tidak akan mempengaruhi kebahagiaan yang bakal didapat oleh seorang muslim. Di saat gagal berusaha, seorang mukmin tetaplah berbahagia, karena pengaruh mutiara ketabahan yang tertanam kuat dalam jiwanya. Di saat berhasil, ia akan memperoleh kebahagiaan lebih, karena rasa syukurnya. Itulah keajaiban seorang mukmin!

“Sungguh ajaib sikap seorang mukmin! Karena segala sesuatunya baik baik baginya. Hal itu hanya berlaku bagi seorang mukmin saja. Apabila ia mendapatak kesenanagan, ia bersyukur. Itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ia tertimpa musibah, ia tetap tabah, maka itu pun menjadi kebaikan baginya.” (Diriwayatkan oleh Muslim no. 2999)

Sekali lagi, kebahagiaan itu lebih mudah dirasakan oleh seorang muslim ketika usaii menyelesaikan pekerjaannya. Adapun rasa syukur yang ia ungkapkan, menjadikannya nilaii lebih. Meskipun secara umum, rasa syukur itu lebih mudah dilakukan, daripada ketabahan dii saat terjadi musibah. Disebutkan dalam sebuah hadits, “Sesungguhnya, ketabahan yang sejati itu ada pada guncangan pertama kali ketika terjadinya musibah.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Shohihnya I: 430)

Rasa syukur akan memberikan nilai lebih, terhadap penyegaran hati dan penentraman jiwa. Dari situlah, sebuah karunia akan semakin terasa kenikmatannya.

Sebagaimana realitas kehidupan, kebahagiaan biasa hadir di saat seorang hamba mengakhiri ibadah puasanya selepas maghrib. Kehadirannya bagaikan kebahagiaan utama yang luar biasa nikmatnya.

“Orang yang melaksanakan ibadah puasa, memiliki dua kebahagiaan, yang pasti akan dirasakannya: Saat berbuka, ia berbahagia karena selesai berpuasa. Saat berjumpa dengan Allah, ia berbahagia, karena ibadah puasanya.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari II: 673, oleh Muslim II: 807 dan At Tirmidzi III: 137)

Kebahagiaan yang didapatkan oleh seorang muslim lebih bersifat nyata dan pasti, karena merupakan dua senyawa yang terkait antara satu dengan lain. Yaitu takdir Allah dan usaha manusia dengan cara yang benar dan ikhlas. Sementara bagi orang yang tidak beriman, kebahagiaan hanyalah merupakan ‘letupan’ sesaat, tatkala menemukan hal-hal yang disukainya, atau terlepas dari beban yang menghimpitnya. Nilainya pun hanyalah sesaat, karena tidak memiliki ruh keikhlasan dan kekuatan.

Kebahagiaan tetaplah rahasia Ilahi, meskipun ‘sejuta manusia’ menggapai langit dan menggali bumi, demi kebahagiaan sejati.
Keyakinan terhadap takdir, menjunjung manusia ke arah ketabahan, kepasrahan dan keteduhan hati.
Keihlasan, bak mutiara terpendam, menyorotkan cahaya pasrah, menyambut keridhoan ilahi.
Peneladanan terhadapmu, wahai Nabiku, seringkali menggeser segala kesukaan kami terhadap segenap penghuni bumi. Itulah sebabnya, kehambaan kami bertahan hingga kini.
Saudari muslimah, berbahagialah dengan takdirmu, niscaya keabadian menghampirimu dengan segala keindahannya.
Saudari muslimah, berbahagialah dengan keislamanmu, niscaya surga dunia, juga surga akherat, berkenan menyambutmu…

Maroji’: Aku Wanita paling Bahagia (Abu Umar Basyier)

Baca juga: Kesabaran Membawa Kebahagiaan

***

Penulis: Ummu Salamah
Artikel: Muslimah.or.id

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Ummu Salamah

Ummu Salamah

Artikel Terkait

Kunci agar Tidak Hilang Arah

Kunci agar Tidak Hilang Arah Ketika Menghadapi Ujian Hidup

oleh Retno Utami
18 Desember 2023
0

Kunci agar kita tidak kehilangan arah ketika dihadapkan sebuah ujian hidup adalah cahaya. Cahaya yang kita perlukan sebagai petunjuk di...

Bagaimana Seorang Muslimah Bergaul Dengan Rekan-Rekan Yang Tidak Berjilbab?

oleh Muslimah.or.id
15 April 2016
1

Bersikap jujurlah di hadapan Allah, niscaya itu cukup bagi Anda. Jangan merasa gundah karena berpisah dengan mereka. Karena kesendirian itu...

Ikhlas Dalam Menuntut Ilmu

oleh Deni Putri Kusumawati
12 Oktober 2020
0

Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin hafizhahullahu ta’ala ditanya: “Bagaimana kiat ikhlas dalam belajar?”. Beliau menjawab: Ikhlas dalam menimba ilmu...

Artikel Selanjutnya
Ramadhan untuk Wanita

Hukum Seputar Bulan Ramadhan untuk Wanita

Komentar 11

  1. meme says:
    15 tahun yang lalu

    memang kebahagiaan adalah rahasia

    dan aku berharap aku bisa bahagia

    blognya keren

    Balas
  2. ipay yudistira inayah fm 100.8 says:
    15 tahun yang lalu

    siippp..
    bguss bgttt.

    Balas
  3. Ratih says:
    15 tahun yang lalu

    huffffh… saya mau nangis baca artikel ini, sekarang saya tau kenapa saya selalu merasa tidak bahagia. karena saya bukanlah golongan orang-orang yang mukmin.

    Balas
  4. lukman mokodompit says:
    15 tahun yang lalu

    sesungguhnya KEBAHAGIAAN di dunia dan akhirat allah swt letakan dalam amal agama yg sempurna…sejauh mana pengorbanan kita dalam agama…ada yg mencari kebahagiaan dgn harta,,tetapi harta itu tidak dapat mendatangkan kebahagiaan tersebut malah jadi mudarat bagi dirinya,,,contoh korun mati dalam keadaan kafir..gara gara harta,,,

    Balas
  5. lukman mokodompit says:
    15 tahun yang lalu

    sesungguhnya KEBAHAGIAAN di dunia dan akhirat allah swt letakan dalam amal agama yg sempurna?sejauh mana pengorbanan kita dalam agama?contoh ada yg menginginkan satu jabatan,,atau tahta kedudukan supaya ia mendapatkan kemuliaan di hadapan manusia,tetapi kemuliaan tersebut tidak di ridhoi Allah subhanahu wa ta’ala..sehingga mengakibatkan dirinya..di hinakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala,,,sebagaimana fir,aun la,natullah alaihi..yg hanya menginginkan satu kehormatan dan kedudukan,, sehingga mati dalam keadaan ( KAFIR )…

    Balas
  6. dewi says:
    14 tahun yang lalu

    kenapa kebahagian itu kadang sering nggak pernah kita rasakan

    Balas
  7. ummu hamzah says:
    14 tahun yang lalu

    menurut saya, kebahagiaan itu relatif bagi setiap orang, mengapa relatif?yah relatif untuk besar kecil, jenis atau wujudnya, dari siapa yang memberi dll. Ada kalanya seseorang hanya (ibaratnya) bisa makan singkong, namun hal itu sudah membuatnya bahagia, namun terkadang adapula orang yang sudah diberikan kelebihan berupa nasi yang kualitas unggul masih saja mengeluh dan tidak merasa bahagia. Nah inilah yang dapat kita ambil pelajaran bahwa, kebahagiaan itu bisa terwujud atas dasar rasa syukur kita terhadap apapun yang telah Allaah berikan, entah sekecil apapun pemberian itu bahkan bisa dikatakan hal-hal yang tidak terasa hadirnya. Contoh kesehatan, siapa yang pernah merasa bahagia tatkala sehat?! tentu akan sangat sedikit orang2 yang bahagia karena dirinya sehat, karena menganggap sehat itu hal biasa, hal tsb karena ia kurang menyadari dan kurang mensyukuri kesehatan yang ia dapatkan. bagaimana jika ia seorang yang sakit-sakitan? nah barulah menyadari bahwa kesehatan adalah kebahagiaan utk dirinya.

    Maka dari itu wahai saudariku, janganlah kita terlalu mencintai apa-apa yang bukan milik kita, yang bukan ditangan kita, namun cintailah apa-apa yang ada ditangan kita walaupun itu sangatlah kecil. Karena dengan demikian sekecil apapun yang telah kita dapatkan akan membuat kita bahagia. Wallahu a’lam

    Balas
  8. sri wahyuningsih says:
    14 tahun yang lalu

    assalamualaikum.wr.wb

    ijin share ya…..terimakasih

    Balas
  9. adi erma rosinai says:
    14 tahun yang lalu

    terimaksih dengan adanya artikel ini hati saya merasa agak tentram, betapa kebahgian itu akan kita dapat dari usaha dan ketabahan, yang utama adalah ketabahan terhadap musibah yang menimpa kita, kita tetap merasa bersyukur kepada Allah, dengan adanya musibah ini kita semakin dekat denganNya

    Balas
  10. umaya ismiati says:
    11 tahun yang lalu

    tapi yang aku rasakan jauh banget rasanya dari kebahagiaan hidup

    Balas
  11. Dwi says:
    11 tahun yang lalu

    kebahagian itu tidak sulit di dapat :)
    bersyukur akan bahagaia
    senyum akan bahagia
    jangan terbebani oleh masalah itu bahagia
    terimakasih informasinya
    smoga kita slalu bahagia

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.