Rindu yang sulit diobati adalah merindukan suami yang telah meninggal. Kalimat-kalimat melankolis terucap, yang menunjukkan bahwa bagi seorang janda, suaminya memiliki kedudukan spesial dalam hidupnya. Hingga ia merasa belum ada sosok lelaki yang sebaik suaminya. Juga kata-kata diplomatis seorang janda yang ditawari menikah: ”Saya belum minat menikah lagi, ingin fokus mendidik anak, saya khawatir suami saya nanti tidak bisa menerima keadaan anak saya”.
Demikianlah sepintas curahan hati para janda yang kadang lebih didominasi dalam hal perasaan dan sering terkenang masa lalunya.
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
??? ???? ?????? ????????? ????????? ????????? ?????? ??????? ???????? ???????? ?????????? ?????????? ????????? ??? ?????????? ?????????? ??? ??????? ??????? ?????? ???????? ??????? ??? ??????????? ?????????? ???? ??????? ??????? ??????? ???????? ????????? ????? ???????? ?????? ????? ????????? ??????? ??????? -??? ???? ???? ???? ?????????? ??????? ??? ??????? ?????? ??????? ??????? ??? ???? ???? ????
“Tak ada seorang hamba (muslim) pun yang tertimpa musibah lalu ia berdoa: ‘Sesungguhnya kita ini milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya.’ Ummu Salamah berkata: Saat Abu Salamah wafat, aku berdoa sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah kepadaku, lalu Allah memberi ganti untukku yang lebih baik darinya, yakni Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.” (Muttafaq ‘Alaih).
Demikianlah, di akhir kisahnya Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha bersanding dengan Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam. Sungguh hatinya dipenuhi keimanan dan jiwanya diisi dengan kesabaran. Kesabaran membawa cinta yang membuatnya mulia di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.
Status janda tak membuatnya surut dalam perkara keimanan dan amal shalihah, justru kondisinya yang merupakan takdir terindah baginya memacu semangatnya untuk optimis dan mampu melewati berbagai badai dengan meminta kemudahan pada Allah ‘Azza wa Jalla. Ujian hidup telah menaikkan level taqwanya pada derajat yang tinggi. Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Manusia itu sama dalam akibat, lantas apabila turun cobaan akan terlihat perbedaan mereka” (Shaidul Khathir, hal 216).
Tak sepantasnya pesimis, dan renungkanlah bahwa ketika Allah ‘ Azza wa Jalla memiliki takdir terindah yang kadang tak terduga, seperti datangnya pria shalih yang ingin menikahinya, atau anak-anak yang mampu menjadi penyejuk mata, rezeki yang barakah dan sebagainya yang semua harus disyukuri. Jangan mencemaskan masa depan yang belum tentu membuat kita menderita. Selama seorang muslimah berkomitmen menjadi wanita shalihah niscaya rezeki suami shalih juga akan tiba, biidznillah. Perbaiki diri niscaya kehidupan akan bertabur kebahagiaan dunia akhirat.
Akan ada banyak pahala dalam kesabaran. Jangan cemaskan bisikan-bisikan setan yang menyurutkan langkah untuk menjadi wanita yang sabar. Menikah dengan banyak pertimbangan adalah keputusan yang bijak. Ketika memilih sendiri pun tak masalah, selama dia dalam ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan kuncinya agar hidup lebih bahagia adalah bersabar dan berprasangka baik kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan ketika anda menikah maka jangan pernah bandingkan pasangan anda dengan suami terdahulu.
Kesabaran akan membawa kecintaan pada pasangan, menumbuhkan kedekatan dan bersama-sama mewujudkan kebahagiaan rumah tangga. Umar bin Abdul Aziz berkata :
??? ???????? ????? ????? ?????? ???????? ????????????????????? ??????? ?????????? ????????? ??????????? ???????????? ??????? ?????? ???????????
“Allah tidak memberikan kenikmatan kepada seorang hamba-Nya dengan sesuatu kenikmatan, kemudian ia mengambil nikmat itu darinya, lantas orang itu bersabar menerimanya, maka apa yang digantikan oleh Allah itu lebih baik dari yang telah diambil-Nya” (Tazkiyatun Nafs, hal: 112).
Semoga uraian di atas memotivasi para janda dan kaum muslimah untuk fokus beramal shalih dan tidak terpuruk pada kenangan masa lalu, sabar menerima takdir Allah ‘Azza wa Jalla dan bermuamalah dengan baik pada pasangan dan anak-anaknya.
Semoga Allah memberi taufik.
***
Referensi :
1). Harta Karun Akhirat ( Terjemah ), Khalid Abu Syadi, Al-Qowwam, Solo, 2008
2). Mereka Adalah Para Shahabiyat ( Terjemah), Mahmud Amahdi Al –Istanbuli, Musthafa Abu An-Nashr Asy- Syalabi, Abdurrahman Ra’fat Basya, At Tibyan, Solo, 2013