Seorang wanita Italia, ia berkata kepada Dr. Musthafa As-Siba’i: “Saya iri kepada wanita muslimah, saya sangat menginginkan andai saya dilahirkan di negara anda”. Seorang dokter pria muslim yang tinggal di Perancis menceritakan kisah dialognya dengan dokter wanita nasrani yang menanyakan istrinya yang beragama Islam dan mengenakan jilbab. Menanyakan kesehariannya di rumah dan kegiatan sehari-harinya. Dokter itu menjawab : “Ketika ia (istriku) bangun pada pagi hari, ia menyiapkan apa yang diperlukan anak-anak untuk sekolah, kemudian tidur hingga jam 09 atau jam 10. Setelah itu ia bangun untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah, seperti merapikan dan membersihkan rumah, setelah itu ia menyelesaikan kebutuhan rumah yang lain seperti memasak dan menyiapkan makanan”.
Wanita Perancis itu bertanya kepada si dokter, “Siapa yang memberi dia nafkah padahal ia tidak bekerja?”. “Saya”, jawab si dokter.
“Siapa yang membelikan seluruh kebutuhannya?”. “Saya membelikan semua yang ia inginkan”, jawab sang dokter menjelaskan.
“Anda membelikan seluruh kebutuhan istrimu?” tanya wanita Perancis itu dengan kaget dan heran. “Ya” jawab si dokter.
“Anda juga membelikannya emas?”. “Ya”, jawab si dokter.
“Sungguh istrimu tak ubahnya seperti ratu”. Si dokter itu bersumpah “Demi Allah, wanita itu akan menceraikan suaminya, jika si dokter mau menikahinya, dan dia akan meninggalkan dia sebagai dokter untuk kemudian ia tinggal di rumah seperti wanita muslimah bukan hanya itu, bahkan ia rela untuk menjadi istri kedua, yang penting ia tinggal di rumah, dan tidak usah bekerja di luar rumah”. (dikutip dari buku wanita berhati baja, Syarif Kamal ‘Azb, hal 107 – 108 dengan sedikit perubahan).
Demikianlah betapa mereka merindukan kehidupan indah sebagaimana wanita muslimah yang mengagungkan akhlak mulia. Jeritan hati mereka akan bobroknya perikehidupan wanita yang mengagungkan emansipasi atau kesetaraan gender yang korban utamanya justru para wanita. Surga sesungguhnya bagi seorang muslimah adalah ketika ia diperlakukan dalam rengkuhan syari’at Islam, dihargai dan dimuliakan hak-haknya dan tetap menjadikan suami sebagi kepala keluarga yang memperlakukannya dengan baik. Menafkahinya serta menempatkannya selaras dengan fitrah dan kodratnya sebagai wanita yang memang berbeda dengan pria. Dan realita umumnya, wanita-wanita barat yang berpaham liberalisme dan mendewakan materialisme dipaksa untuk terjun bebas berbaur dengan kaum pria dalam sektor ekonomi atau pekerjaan sehingga orientasi kehidupan sekedar demi uang agar eksistensinya diakui kaum pria dan tidak dilecehkan. Dan saat ini banyak wanita-wanita barat yang menjadi muslimah taat dari berbagai kalangan seperti wartawati, selebritis, mahasiswi, bahkan biarawati atau misionaris karena memang agama Islam lah yang sangat melindungi wanita dan menjadikannya sosok yang sangat istimewa.
Dan di saat banyak wanita non Islam tertarik dan masuk Islam, justru tak seedikit kaum muslimah yang terjerat noda gaya hidup dan pemikiran barat yang kapitalis dan liberalis, membeo orang-orang kafir agar dikatakan trendi dan tidak ketinggalan zaman. Mereka terpikat janji-janji manis para musuh-musuh Allah yang pada hakikatnya ingin menghancurkan wanita Islam. Mereka berambisi agar wanita muslimah bebas dari batasan-batasan moralitas, rasa malu dan budi pekerti yang luhur. Dan tujuan akhirnya mengeluarkan mereka dari agama Islam. Allah Ta’ala berfirman:
?????? ???????? ?????? ?????????? ????? ???????????? ??????? ????????? ???????????
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka…..” (QS. Al-Baqarah: 120).
***
Referensi : Wanita Berhati Baja (terjemah), Syarif Kamal ‘Azb, Pustaka At-Tibyan, Solo, 2007
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Artikel Muslimah.or.id