Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Impian Indah Wanita Barat

Isruwanti Ummu Nashifa oleh Isruwanti Ummu Nashifa
29 September 2019
di Keluarga dan Wanita
0
Share on FacebookShare on Twitter

Seorang wanita Italia, ia berkata kepada Dr. Musthafa As-Siba’i, “Saya iri kepada wanita muslimah, saya sangat menginginkan andai saya dilahirkan di negara anda.” Seorang dokter pria muslim yang tinggal di Perancis menceritakan kisah dialognya dengan dokter wanita Nasrani yang menanyakan istrinya yang beragama Islam dan mengenakan jilbab. Menanyakan kesehariannya di rumah dan kegiatan sehari-harinya.

Dokter itu menjawab, “Ketika ia (istriku) bangun pada pagi hari, ia menyiapkan apa yang diperlukan anak-anak untuk sekolah, kemudian tidur hingga jam 09 atau jam 10. Setelah itu, ia bangun untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah, seperti merapikan dan membersihkan rumah, setelah itu ia menyelesaikan kebutuhan rumah yang lain seperti memasak dan menyiapkan makanan.”

Wanita Perancis itu bertanya kepada si dokter, “Siapa yang memberi dia nafkah padahal ia tidak bekerja?” “Saya”, jawab si dokter.

“Siapa yang membelikan seluruh kebutuhannya?” “Saya membelikan semua yang ia inginkan”, jawab sang dokter menjelaskan.

“Anda membelikan seluruh kebutuhan istrimu?” tanya wanita Perancis itu dengan kaget dan heran. “Ya”, jawab si dokter.

Donasi Muslimahorid

“Anda juga membelikannya emas?” “Ya”, jawab si dokter.

“Sungguh istrimu tak ubahnya seperti ratu.”

Si dokter itu bersumpah, “Demi Allah, wanita itu akan menceraikan suaminya, jika si dokter mau menikahinya, dan dia akan meninggalkan dia sebagai dokter untuk kemudian ia tinggal di rumah seperti wanita muslimah. Bukan hanya itu, bahkan ia rela untuk menjadi istri kedua, yang penting ia tinggal di rumah, dan tidak usah bekerja di luar rumah.” (Dikutip dari buku Wanita Berhati Baja, Syarif Kamal ‘Azb, hal. 107-108 dengan sedikit perubahan)

Demikianlah betapa mereka merindukan kehidupan indah sebagaimana wanita muslimah yang mengagungkan akhlak mulia. Jeritan hati mereka akan bobroknya perikehidupan wanita yang mengagungkan emansipasi atau kesetaraan gender yang korban utamanya justru para wanita. Surga sesungguhnya bagi seorang muslimah adalah ketika ia diperlakukan dalam rengkuhan syari’at Islam, dihargai dan dimuliakan hak-haknya dan tetap menjadikan suami sebagi kepala keluarga yang memperlakukannya dengan baik. Menafkahinya serta menempatkannya selaras dengan fitrah dan kodratnya sebagai wanita yang memang berbeda dengan pria.

Realita umumnya, wanita-wanita barat yang berpaham liberalisme dan mendewakan materialisme dipaksa untuk terjun bebas berbaur dengan kaum pria dalam sektor ekonomi atau pekerjaan sehingga orientasi kehidupan sekedar demi uang agar eksistensinya diakui kaum pria dan tidak dilecehkan. Dan saat ini banyak wanita-wanita barat yang menjadi muslimah taat dari berbagai kalangan seperti wartawati, selebritis, mahasiswi, bahkan biarawati atau misionaris karena memang agama Islam lah yang sangat melindungi wanita dan menjadikannya sosok yang sangat istimewa.

Dan di saat banyak wanita non Islam tertarik dan masuk Islam, justru tak seedikit kaum muslimah yang terjerat noda gaya hidup dan pemikiran barat yang kapitalis dan liberalis, membeo orang-orang kafir agar dikatakan trendi dan tidak ketinggalan zaman. Mereka terpikat janji-janji manis para musuh-musuh Allah yang pada hakikatnya ingin menghancurkan wanita Islam. Mereka berambisi agar wanita muslimah bebas dari batasan-batasan moralitas, rasa malu dan budi pekerti yang luhur. Dan tujuan akhirnya mengeluarkan mereka dari agama Islam. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka...” (QS. Al-Baqarah: 120)

***

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Artikel Muslimah.or.id

 

Referensi:

Wanita Berhati Baja (terjemah), Syarif Kamal ‘Azb, Pustaka At-Tibyan, Solo, 2007.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
Isruwanti Ummu Nashifa

Isruwanti Ummu Nashifa

Artikel Terkait

Wanita Tetap Wanita

oleh Labiqotul Fatiyasani
13 September 2016
0

Mengikuti perkembangan globalisasi tidak lantas mengubahnya menjadi laki-laki! Wanita tetaplah wanita, dengan karakteristiknya dan tugas-tugasnya

Nasehat Syaikh Muqbil untuk Pasutri

oleh Isruwanti Ummu Nashifa
31 Agustus 2021
0

Pasutri harus bersinergi dan berkolaborasi dalam mendidik anak dan mampu menjadi teladan agar sukses membersamai buah hati untuk lebih taat...

Kisah Cinta Abdurrahman dan Laila bintu Al-Judi

oleh Isruwanti Ummu Nashifa
30 Mei 2020
0

Adil terhadap para istri adalah salah satu hak istri yang paling pokok dan menjadi faktor terpenting kebaikan dan ketentraman keluarga...

Artikel Selanjutnya

Menjadi Pribadi yang Optimis

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

Kami Ingin Tahu Pendapat Anda Tentang Website Muslimah.or.id

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.