Pertanyaan pertama
Banyak diantara wanita, dimana lelaki mahramnya, seperti bapak, saudara, atau paman, yang melihat buah dadanya ketika si wanita tersebut menyusui anaknya. Apakah ini diperbolehkan? Mohon penjelasannya?
Jawaban Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin rahimahullah
Batasan aurat wanita dengan para lelaki mahramnya sebagaimana batasan aurat antar-sesama wanita. Berdasarkan firman Allah ta’ala:
?????? ??????????????? ?????????? ???? ?????????????? ???????????? ???????????? ???? ????????? ???????????? ?????? ??? ?????? ??????? ?????????????? ????????????? ????? ???????????? ???? ????????? ???????????? ?????? ???????????????? ???? ??????????? ???? ?????? ?????????????? ???? ?????????????? ???? ????????? ?????????????? ???? ?????????????? ???? ????? ?????????????? ???? ????? ?????????????? ???? ???????????? ???? ??? ???????? ?????????????? ???? ????????????? ?????? ?????? ??????????? ???? ?????????? ???? ????????? ????????? ???? ?????????? ????? ????????? ?????????
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.” (QS. An-Nur: 31)
Hanya saja, tidak selayaknya seorang wanita menampakkan buah dadanya ketika menyusui anak, sementara di sekitarnya ada banyak lelaki. Kecuali jika yang ada hanya bapaknya, atau wanita tersebut sudah tua, sementara lelaki yang berada di dekatnya hanya anaknya. Karena wanita yang menampakkan buah dadanya di depan mahramnya, dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah. Sementara nafsu senantiasa memerintahkan kejelekan, dan setan mengalir di pembuluh darah manusia.
Oleh karena itu, jika seorang wanita harus menyusui anaknya, sementara di sekitarnya banyak lelaki mahramnya, hendaknya dia tutupi bagian dadanya dengan jilbabnya, sehingga tidak ada seorang-pun yang melihatnya.
Al-Liqa’ as-Syahri, no. 27 Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin.
Sumber: http://audio.islamweb.net/audio/index.php?page=FullContent&audioid=112262#p40921
Pertanyaan kedua,
Apa batasan aurat wanita di depan mahramnya?
Keterangan Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
Dalam masalah ini ada rincian dari para ulama. Dan para ulama berselisih pendapat. Ada yang mengatakan: Aurat wanita di hadapan mahramnya adalah antara pusar sampai lutut. Namun pendapat ini kurang tepat. Yang lebih mendekati kebenaran – Allahu a’lam – adalah bagian tubuh yang biasa ditampakkan. Seperti kepala, leher, anting, atau hasta, tangan, dua telapak tangan, kaki, betis bagian bawah, dan anggota badan yang umumnya terbuka di hadapan mahram dan di dalam rumah. Inilah pendapat yang lebih kuat. Karena yang lebih utama adalah menutupi selain anggota tubuh di atas, kecuali jika ada kebutuhan, seperti menyusui. Menampakkan buah dada ketika menyusui anaknya di depan mahramnya, seperti saudara, paman, atau yang lainnya, tidaklah kami anggap sebagai perbuatan dosa….
Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/18213
Titik perselisihan
Dijelaskan oleh Dr. Ajil Jasim an-Nasymi
Diharamkan melihat dada wanita mahram, mekipun lelaki itu adalah bapaknya atau saudaranya. Ini adalah pendapat madzhab Malikiyah dan Hambali. Batas aurat bagi mahram adalah selain yang umumnya kelihatan ketika seorang wanita di rumah, meliputi: hasta, rambut, ujung kaki, dan tidak boleh melihat payudara dan betisnya. Sementara Hanafiyah dan Syafi’iyah berpendapat bolehnya mahram melihat dada dan payudara. Hanya saja, mereka mensyaratkan bolehnya hal itu jika aman dari fitnah.
Titik perselisihan para ulama dalam memberikan batasan aurat yang dibolehkan untuk mahram disebabkan perbedaan dalam menafsirkan firman Allah
??? ????? ?????? ??? ???????? ?? ?????? ?? ???? ???????
“Janganlah para wanita menampakkan ziinah (tempat hiasan) mereka kecuali kepada suaminya, bapaknya, bapak suaminya (mertuanya), …” (QS. An-Nur: 31)
Mereka berselisih pendapat tentang batasan ziinah (tempat hiasan) di ayat di atas. Barangkali, pendapat yang lebih kuat adalah pendapat Malikiyah dan Hambali, yaitu terlarangnya melihat bagian tubuh wanita, kecuali yang biasa terlihat di rumah. Ini dalam rangka menutup celah timbulnya fitnah dan syahwat, terutama selain bapak dan saudara.
Sumber: http://www.dr-nashmi.com/fatwa/index.php?module=fatwa&id=962
Dr. Ajil Jasim an-Nasymi merupakan salah satu ahli fiqh dari Kuwait, yang menempuh pendidikan doktoral dalam bidang ushul fiqh di Universitas al-Azhar, Mesir.
Tarjih
Pendapat yang lebih mendekati dalam masalah ini adalah tidak bolehnya seorang wanita menampakkan payudaranya di hadapan mahram. Karena potensi timbulnya syahwat antara satu mahram dengan yang lainnya tidaklah sama.
Al-Qurthubi menjelaskan firman Allah di surat an-Nur, ayat 31:
Ketika Allah menyebutkan suami, kemudian Allah menyebutkan beberapa mahram dan Allah menyamakan batasan untuk mereka semua dalam menampakkan ziinah (aurat wanita). Hanya saja, tingkatan mahram berdasarkan gejolak dalam jiwanya, berbeda-beda. Sebagaimana tidak diragukan bahwa menampakkan aurat wanita di depan bapak atau saudaranya jelas lebih aman dibandingkan menampakkan aurat di hadapan anak tirinya. Karena itu, dibedakan batas membuka aurat untuk masing-masing. Bisa jadi boleh ditampakkan di depan bapak, sementara tidak boleh ditampakkan di hadapan anak tiri. (al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Qurtubi, 12/232)
Setelah membawakan keterangan Qurthubi, Syaikh Muhammad Soleh Munajid menyatakan:
Berdasarkan hal ini, wajib bagi seorang wanita untuk menutupi payudaranya ketika hendak menyusui anaknya, pada saat ada salah satu mahramnya.
Sumber: http://www.islamqa.com/ar/ref/113287
Allahu a’lam
sebaiknya tetap menutup dada karena buah dada merupakan bagian tubuh yang sering membuat nafsu lelaki tidak terkendali.
salam kenal saudariku muslimah :)
alhamdulillah,sekarang sudah banyak artikel yang membahas tentang wanita dan hijab,memang alangkah lebih indah jika hanya suami dan anak yang tahu perhiasan wanita. tapi terkadang masih sangat sedikit yang memahaminya,ketika saya sendiri harus menyusui didepan ayah ada rasa malu dan menutupinya, tapi ayah berkata,” saya kan ayahmu?”
sebaiknya memberikan pemahannya seperti apa lah?, karena takut menggurui. syukron
Meskipu ayahnya tapi kan udah dewasa. Wajar kalau malu. Cewek yang mulai beranjak smp aja udah pada malu kalau telanjang dada. Masak yg sudah jadi ibu nggak malu… : )
syukron atas penjelasannya…
sebaiknya kalao lagi berada di tempat umum menutup dada/payu dara pada siapun termasuk suami,kecuali anak yg belum ada syawat.di kuatirkan mengganggu konsentrasi,terganggunya konsentrasi bisa saja menimbulkan kelengahan/kesalahan.atau lebih jauh lagi melemahkan niat dan mendatangkan rasa malas.sungguh itu tidak di sukai nabi.
Mantab artikelnya
keep posting & happy blogging..
kunjungi web kami juga ya
^_^
menarik artikelnya,
thanks sudah berbagi..
happy blogging
^_^
kalo begini akan aku sampaikan ke istri ah…………
terus berkarya saudariku
berarti menyusui d dpn suami jg tdk bs?gmn klo d dlm kmr trus suamix ada?sukron atas jawabanx…
@ Aisyah
Tidak ada batasan aurat istri dengan suami. Suami boleh melihat semua bagian tubuh istrinya begitupula seorang istri diperbolehkan melihat semua anggota bagian tubuh suaminya tanpa terkecuali.
bagaimana jika seorang perempuan menyusui anaknya di pasar atau tmpat keramaian, jika tidak di susui maka bayi itu pasti akan menangis.. terimakasih
@Arif
Tutupi dg jilbab.
Jmn skrg, d tpt keramaian kan bs menyusui di musholla atau nursing room. Klu ga ad, ya tutupi dg jilbab atau nursing cover.
bermanfaat sekali ilmu nya.
jazakumullohukhairan wa barokallohufiikum
Jazaakumullaahu khoiron
Berrti kalau menyusui didepan mertua lebih baik ditutupi ya ? Bagaimana jika sedang menyusui trus anak nangis dan mertua datang sembari bergurau ke anak ?
Syukron mohon penjelasannya
sebaiknya hentikan dulu menyusunya umm, kalau saya menyusui didalam kamar biasanya jadi memang membuat proses tsb privasi sy