Fatwa Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah
Masjid adalah tempat ibadah yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat salat, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran, musyawarah, dan berbagai aktivitas keislaman lainnya. Namun, bagaimana sebenarnya hukum berbicara tentang perkara duniawi di dalam masjid? Apakah diperbolehkan dalam semua kondisi, atau ada batasan tertentu yang harus diperhatikan?
Syekh Ibnu Baz rahimahullah pernah ditanya tentang hal ini, berikut kutipannya.
Pertanyaan:
بنينا مسجداً في القرية، لكن عندما يجلس فيه الناس لانتظار الصلاة يتحدثون بحديث غير ذكر الله ولا كلام الرسول ﷺ، وإذا نهيناهم لا ينتهون. نرجو من فضيلتكم أن تفتونا كيف نعمل معهم؟
“Ada masjid di desa kami. Di sana, orang-orang biasa berbicara yang bukan dzikir dan bukan membicarakan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menunggu salat. Ketika kami memperingatkan mereka, mereka tidak berhenti. Kami mengharapkan fatwamu, bagaimana seharusnya kami bersikap kepada mereka?
Jawaban:
مثل هؤلاء ينصحون كما فعلتم، ينصحون بأن يشتغلوا بذكر الله.. بقراءة القرآن.. بالتسبيح والتهليل.. بالاستغفار، أو بالصمت، فالمساجد ليست محلاً لحديث الدنيا، وإنما هي محل لذكر الله وقراءة القرآن والصلاة والعبادة ومذاكرة العلم، فهؤلاء ينصحون ويوجهون إلى الخير ويبين لهم أن هذا أمر مكروه لا ينبغي لهم أن يكون حديثهم في أمور الدنيا، بل ينبغي أن يشتغلوا بشيء ينفعهم في الآخرة من ذكر الله وقراءة القرآن والتحدث بما ينفعهم في الآخرة، هكذا ينبغي للمؤمن، أما الشيء القليل من حديث الدنيا لا بأس، لو تحدثوا قليلاً أو تحدث الإنسان مع أخيه قليلاً في أمر عارض من الدنيا لا حرج في ذلك، لكن كونها تتخذ مجالس لحديث الدنيا هذا أمر مكروه لا ينبغي. نعم
المقدم: بارك الله فيكم وجزاكم الله خير
“Hendaknya kalian menasihati mereka seperti yang telah dilakukan. Nasihatilah mereka untuk menyibukkan diri dengan berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an, tasbih, tahlil, istigfar, atau dengan berdiam diri. Masjid bukanlah tempat berbincang-bincang masalah duniawi, melainkan tempat untuk berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an, salat, beribadah, dan mendiskusikan ilmu agama. Maka nasihatilah mereka kepada kebaikan dan berilah penjelasan bahwa hal ini adalah makruh, tidak seharusnya mereka berbincang-bincang tentang perkara dunia. Akan tetapi, hendaknya mereka menyibukkan diri dengan perkara yang bermanfaat untuk akhirat, semisal mengingat Allah, membaca Al-Qur’an, atau berbincang tentang sesuatu yang bermanfaat untuk akhirat. Begitulah sepatutnya bagi seorang yang beriman. Adapun berbicara sedikit tentang perkara duniawi, maka hal ini tidaklah mengapa, semisal seseorang berbicara sedikit kepada saudaranya tentang perkara yang sementara di dunia ini. Namun, jika duduk-duduk untuk banyak membicarakan hal-hal duniawi, maka hal itu adalah perkara yang makruh, yang hendaknya tidak dilakukan.”
Dari fatwa di atas, dapat disimpulkan bahwa:
Pertama: Jika seseorang banyak berbicara tentang perkara dunia di dalam masjid, atau sengaja mengambil tempat duduk di dalam masjid untuk pembicaraan perkara duniawi, maka hal ini hukumnya makruh.
Kedua: Jika seseorang sedikit berbicara tentang perkara dunia di dalam masjid, semisal berbincang sedikit dengan saudaranya, maka ini tidak mengapa.
***
Penulis: Amira Latifa Karimatannisa
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Fatwa beliau dapat disimak di sini.