Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَكْثَرُ النَّاسِ ذُنُوْبًا أَكْثَرُهُمْ كَلَامًا فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ
“Manusia yang paling banyak dosanya adalah yang paling banyak bicara tentang sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.”
Dalil yang menunjukkan bahwa kebanyakan dosa itu berasal dari lisan sangatlah banyak. Terdapat pula hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ. فتَقُوْلَ: اِتَّقِ اللهَ فِيْنَا, فَإِنَّمَا نَحْنَ بِكَ, فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا, وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
“Ketika seorang manusia memasuki pagi harinya, sesungguhnya seluruh anggota badannya tunduk pada lisannya dan mengatakan, ‘Bertakwalah kepada Allah atas kami, sesungguhnya kami bergantung padamu. Jika engkau lurus, maka kami pun lurus. Jika engkau berbelok, maka kami pun berbelok.’” (HR. At-Tirmidzi no. 2407, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi no. 2501)
Bengkoknya lisan menyebabkan bengkoknya seluruh anggota badan. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ, وَلَا يَسْتَقِيْمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ لِسَانُهُ
“Tidaklah istikamah iman seorang hamba, sampai istikamah hatinya. Tidaklah istikamah hatinya, sampai istikamah lisannya.” (HR. Ahmad no. 13048, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib no. 2554)
Istikamahnya lisan membuat istikamahnya badan. Dan bengkoknya lisan juga dapat menyebabkan bengkoknya badan dan seluruh anggota badan. Barangsiapa yang banyak ucapan sia-sianya, maka banyak pula dosanya.
Contohnya, ghibah, namimah, merendahkan, berdusta, mengolok-olok, dan yang lainnya yang termasuk perkataan-perkataan yang diharamkan. Hal-hal tersebut tidaklah bermanfaat bagi seorang muslim menurut pandangansyariat.
Makna, لا يعنيه (tidak berguna) adalah sesuatu yang tidak patut untuk diberi perhatian, namun patut untuk dijauhi. Jika seseorang memenuhi lisannya dengan perkataan yang tidak berguna, maka dia akan terseret ke dalam dosa yang banyak. Ada sebuah perkataan di masa silam dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu,
من كثر ضحكه قلت هيبته, ومن كثرمزاحه استُخِفَّ به, من أكثر من شيء عُرِفَ به, من كثر كلامه كثر سقطه وقل حياؤه قل ورعه, ومن قل ورعه مات قلبه
“Barangsiapa yang banyak tertawa, maka sedikit wibawanya. Siapa saja yang banyak bersenda gurau, maka dia akan diremehkan. Siapa saja yang banyak dalam satu hal, maka dia akan dikenal karenanya. Siapa saja yang banyak bicaranya, maka dia banyak tergelincir, sedikit malunya, dan sedikit wibawanya. Dan barangsiapa yang sedikit wibawanya, maka akan mati hatinya. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 4994)
Riwayat yang semisal ini terdapat nash yang banyak dari ulama salaf.
Hadis ini disandarkan pada ‘Asham bin Thaliq. Ibnu Mu’in mengatakan bahwa hadis ini tidak ada asalnya. Al-Bukhari mengatakan hadis ini majhul dan mungkar. Hadis ini memiliki sanad yang lemah, akan tetapi Imam Ahmad mengatakan di dalam Az-Zuhd bahwa hadis ini mauquf dari Salman. Diriwayatkan juga oleh Waki’ dalam Az-Zuhd bahwa hadis ini mauquf dari Abdullah bin Mas’ud. Oleh karena itu, hadis ini mempunyai makna yang benar dan didukung oleh riwayat-riwayat yang sahih yang telah disebutkan. Allahu a’lam.
Baca juga: Mensyukuri Nikmat Lisan
***
Penulis: Triani Pradinaputri
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Al-Badr, Abdurrazaq bin Abdul Muhsin. 2018. Syarh Ar-Risalah Al-Mu’inah fii As-Sukuti wa Luzuumil Buyut. Darul Atsariyyah, Al-Jazair.