Nikmat lisan
Dapat berkomunikasi dan mengungkapkan isi hati adalah sebuah kenikmatan yang sangat besar bagi seorang insan. Oleh karena itu, anggota tubuh yang bernama lisan, memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tak ayal, Allah Tabaraka wa Ta’ala mengingatkan kita akan nikmat yang agung ini dalam beberapa tempat di dalam Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,
ٱلرَّحْمَٰنُ * عَلَّمَ ٱلْقُرْءَانَ * خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ * عَلَّمَهُ ٱلْبَيَانَ
“(Rabb) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahman: 1-4)
Al-Hasan berkata, “Maknanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan manusia bicara.” Hal itu karena konteks ayat ini adalah tentang pengajaran Al-Quran dari Allah yang intinya adalah membacanya. Hal tersebut bisa terwujud bila Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan makhluk-Nya berbicara dan memudahkan keluarnya huruf-huruf dari makhraj (tempat keluar)nya masing-masing, baik dari tenggorokan, lisan, serta kedua bibir dengan berbagai macam makhraj dan perbedaannya.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Dalam surat yang lain, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
أَلَمْ نَجْعَل لَّهُۥ عَيْنَيْنِ * وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ
“Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata? Lidah dan dua buah bibir?” (QS. Al-Balad: 9-10)
“Dan lidah” (وَلِسَانًا), yakni berbicara dengan lidah, hingga ia bisa mengungkapkan isi hatinya. “Dan sepasang bibir?” (وَشَفَتَيْنِ), yakni dia menggunakan dua bibir untuk berbicara, memakan makanan, serta untuk memperindah paras wajah dan mulutnya. (Tafsir Ibnu Katsir)
Maka, sudah sepatutnya bagi kita untuk mensyukuri nikmat yang agung ini. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Pada setiap anggota tubuh seorang hamba, Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai perintah yang wajib dikerjakan dan larangan yang wajib dijauhi oleh anggota tubuh tersebut. Kepadanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberikan nikmat, manfaat, dan kelezatan. Jika si hamba melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah yang terkait dengan anggota tubuhnya itu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, berarti ia telah mensyukuri nikmat penciptaan anggota badan tersebut, serta telah berusaha menyempurnakan manfaat dan kelezatan yang ada padanya. Akan tetapi, jika ia menyia-nyiakan perintah dan larangan Allah yang terkait dengan anggota tubuh tersebut, maka Allah akan menghilangkan manfaat pada anggota tubuhnya, bahkan menjadikan organ tubuhnya ini sebagai penyebab terbesar kepedihan dan kesengsaraan hidupnya.” (Fawaidul Fawaid, hal. 556)
Baca juga: Dosa-Dosa Lisan yang Dianggap Biasa
Menggunakan lisan untuk berzikir
Adapun perintah Allah yang berkaitan dengan lisan, salah satunya adalah menggunakan lisan tersebut untuk berzikir, mengingat-Nya Tabaraka wa Ta’ala.
Syaikh ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr mengatakan, “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan dalam kitab-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar memperbanyak zikir kepada-Nya, baik ketika berdiri, duduk, dan berbaring, ketika malam maupun siang, di daratan maupun lautan, saat safar maupun mukim, waktu kaya maupun miskin, ketika sehat maupun sakit, rahasia maupun terang-terangan, dan di segala keadaan. Lalu diberikan kepada mereka -disebabkan oleh zikir- berupa ganjaran yang melimpah, pahala yang besar, dan tempat kembali yang indah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا * وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا * هُوَ ٱلَّذِى يُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۚ وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا * تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُۥ سَلَٰمٌ ۚ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا
“Wahai orang-orang beriman, berzikirlah kepada Allah dengan zikir yang banyak. Dan bertasbihlah kepada-Nya pagi dan petang. Dialah yang berselawat atas kamu dan malaikat-Nya untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya, dan Dia sangat penyayang terhadap orang-orang beriman. Salam penghormatan mereka pada hari berjumpa dengan-Nya adalah ‘salam’, dan Dia menyiapkan untuk mereka ganjaran yang mulia.” (QS. Al-Ahzab: 41-44)
Pada ayat ini, terdapat anjuran memperbanyak zikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, penjelasan apa yang didapatkan atas hal itu berupa pahala yang agung dan kebaikan yang menyeluruh.” (Fiqih Doa dan Dzikir, hal. 48)
Allah Ta’ala telah mencela orang-orang yang lalai dari berzikir kepada-Nya di dalam Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,
وَٱذْكُر رَّبَّكَ فِى نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ ٱلْجَهْرِ مِنَ ٱلْقَوْلِ بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلْغَٰفِلِينَ
“Berzikirlah kepada Rabbmu dengan merendahkan diri dan perlahan tanpa mengeraskan suara di pagi dan petang, dan janganlah engkau menjadi orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 205)
Maksud firman-Nya, ‘Janganlah engkau menjadi orang-orang yang lalai’; yaitu: termasuk mereka yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Sungguh mereka itu telah terhalang dari mendapatkan kebaikan dunia akhirat, berpaling dari semua kebahagiaan serta keberuntungan dalam berzikir serta menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka justru menyambut semua perkara yang mana kesengsaraan dan kekecewaan akan meliputinya tatkala menyibukkan diri dengannya. Pada ayat itu, terdapat perintah berzikir dan konsisten di atasnya dan peringatan lalai darinya serta peringatan akan jalan orang-orang yang lalai.” (Fiqih Doa dan Dzikir, hal. 64)
Maka hendaknya kita menggunakan lisan kita untuk banyak berzikir kepada Allah dan menjauhi perkara-perkara yang telah dilarang oleh-Nya yang berkaitan dengan lisan, sebagaimana yang telah penulis uraikan pada artikel ‘Jaga Lisanmu, Wahai Saudariku’ dan ‘Dosa-Dosa Lisan Yang Dianggap Biasa’.
Salah satu doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita adalah,
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, tolonglah aku dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu.” [HR. Abu Dawud (1522), An-Nasa’i (1304). Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini shahih]
Semoga Allah memudahkan kita untuk senantiasa membasahi lisan-lisan kita dengan zikir yang banyak kepada-Nya.
Baca juga: Jaga Lisanmu, Wahai Saudariku
***
Penulis: Annisa Auraliansa
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Ibnu Katsir Jakarta, Cetakan Kesepuluh, Jumadal Awwal 1435/ Maret 2014.
Fawaidul Fawaid, Pustaka Imam Asy Syafi’i Jakarta, Cetakan Kedua, Dzulqa’dah 1434/ Oktober 2013.