Fatwa Syekh Abu Abdillah Musthafa bin Al-‘Adawi
Pertanyaan:
Apakah diperbolehkann membangun rumah tangga (melakukan akad nikah, pent.) dalam kondisi safar (bepergian jauh)?
Jawaban:
Ya, diperbolehkan berdasarkan hadis riwayat Bukhari (dan lafal hadis ini milik Bukhari), Muslim, dan yang lainnya, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
أَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ خَيْبَرَ وَالمَدِينَةِ ثَلاَثًا يُبْنَى عَلَيْهِ بِصَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ، فَدَعَوْتُ المُسْلِمِينَ إِلَى وَلِيمَتِهِ فَمَا كَانَ فِيهَا مِنْ خُبْزٍ وَلاَ لَحْمٍ أُمِرَ بِالأَنْطَاعِ، فَأَلْقَى فِيهَا مِنَ التَّمْرِ وَالأَقِطِ وَالسَّمْنِ، فَكَانَتْ وَلِيمَتَهُ؛ فَقَالَ المُسْلِمُونَ: إِحْدَى أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ، أَوْ مِمَّا مَلَكَتْ يَمِينُهُ، فَقَالُوا: إِنْ حَجَبَهَا فَهِيَ مِنْ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ، وَإِنْ لَمْ يَحْجُبْهَا فَهِيَ مِمَّا مَلَكَتْ يَمِينُهُ؛ فَلَمَّا ارْتَحَلَ وَطَّى لَهَا خَلْفَهُ وَمَدَّ الحِجَابَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ النَّاسِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bermukim tiga hari di daerah antara Khaibar dan Madinah, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyay. Maka aku pun mengundang kaum muslimin untuk menghadiri walimahnya. Dan di dalam walimahan itu tidak ada roti dan tidak pula daging. Beliau menyuruh agar dibuatkan hamparan kulit, lalu di dalamnya diberi kurma, keju, dan minyak samin. Seperti itulah acara walimah beliau.
Maka kaum muslimin pun berkata, “Ia adalah salah seorang dari Ummahatul Mu’minin ataukah sekedar hamba sahayanya?” Mereka mengatakan, “Jika beliau menghijabinya, maka ia adalah termasuk Ummahatul Mu’minin, namun jika tidak, maka ia adalah hamba sahayanya.”
Ketika berangkat, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkannya agak rendah di belakang, lalu beliau membentangkan hijab yang menutupi antara ia dan orang banyak. [1, 2]
Baca juga: Beberapa Adab Mendatangi dan Menyelenggarakan Pesta Pernikahan
***
@Unayzah, 7 Ramadan 1446/ 7 Maret 2025
Penerjemah: M. Saifudin Hakim
Artikel Muslimah.or.id
Catatan kaki:
[1] Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi Shafiyyah binti Huyay dalam kondisi safar, sehingga beliau mengadakan walimah secara sederhana, tidak ada roti dan daging.
[2] Diterjemahkan dari Ahkaamun Nikah waz Zifaf, hal. 120-121.