Kehidupan di dunia ini acap kali membuat kita merasa lelah dan penat. Masalah yang datang silih berganti, ekspektasi yang tak sesuai dengan realita seringkali membuat pikiran kita menjadi kalut dan kacau. Rasa resah dan gelisah pun sering memenuhi dada.
Apalagi di zaman sosial media seperti saat ini, jiwa kita semakin meronta, merasa dahaga ketika melihat berbagai konten flexing (pamer harta) berseliweran di mana-mana.
Muncullah berbagai opsi yang seolah menawarkan ‘ketenangan’ di tengah hiruk pikuk kehidupan. Hingga tak jarang, akhir-akhir ini kita mendengar orang-orang menggunakan istilah ‘self-reward’, ‘self-healing’, ‘self-love’, dan sebagainya.
Sebagai seorang muslim, tentu kita menyadari bahwa hakikat penciptaan manusia adalah untuk mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya. Sebagaimana yang telah penulis bahas pada artikel yang telah lalu.
Oleh sebab itu, hati seorang insan tidak akan dapat merasakan ketenangan hingga ia benar-benar menjadi seseorang yang beriman kepada Allah. Di mana hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah, takut kepada Allah, dan penuh pengharapan hanya kepada Rabbnya; Allah ‘Azza wa Jalla.
Jika hati seorang hamba telah berada dalam kondisi seperti ini, raganya pun akan tersibukkan dengan beragam aktivitas dan ibadah yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena hati bagaikan raja, jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh lainnya.
Hamba ini pun akan senantiasa mengingat Rabbnya dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring. Baik ketika melakukan suatu ibadah ataupun pekerjaan duniawi yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Ketenangan pun akan memenuhi dadanya, walau bagaimanapun kondisi kehidupannya.
Ketika ditimpa kesulitan, ia akan bersabar dan bertawakal penuh kepada Allah. Dan ketika sedang berbahagia, ia haturkan syukur terbaik kepada Rabbnya yang telah menganugerahkan berbagai nikmat dan karunia dalam kehidupannya. Demikianlah keadaan seorang muslim.
Baca juga: Kehidupan yang Hakiki
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنْ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ إِلا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاء صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang muslim itu, karena sesungguhnya semua urusannya baik baginya. Hal itu tiada lain milik seorang mukmin. Jika tertimpa kesengsaraan, dia bersabar, yang demikian itu baik baginya. Dan jika dia mendapatkan hal-hal yang menggembirakan, dia bersyukur, yang demikian itu baik baginya.” (HR. Muslim no. 2999)
Imam Ahmad bin Abdul Halim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya di dunia ini ada surga, barangsiapa yang belum merasakan surga dunia ini, maka dia tidak akan merasakan surga di akhirat. Dan surga dunia adalah kelezatan iman.”
Maka saudaraku, hendaknya kita tidak tertipu dengan berbagai opsi yang menawarkan ketenangan yang semu. Berusahalah untuk mewujudkan tujuan penciptaan diri kita dengan sebaik-baiknya. Hingga kita termasuk ke dalam golongan yang disebutkan Allah di dalam firman-Nya,
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ • نَحْنُ أَوْلِيَآؤُكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى الآخرة ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِىٓ أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ • نُزُلًا مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيمٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat: 30-32)
Hanya kepada Allah kita memohon taufik.
Baca juga: Menjaga Kasih di Tengah Zaman Modern
***
Penulis: Annisa Auraliansa
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Syekh Ibnu ‘Utsaimin. Tafsir Juz Amma. Jakarta: Darul Falah.