Kehidupan yang hakiki adalah ketika hati seseorang hidup dengan iman dan ketaatan. Berada pada jalan yang seharusnya ia lalui, yaitu sesuai dengan ketentuan syariat yang telah Allah tetapkan. Sebaliknya, seseorang yang terpedaya dengan keindahan dan kenikmatan maksiat, maka sesungguhnya ia sedang menjalani kehidupan yang akan membawa kesengsaraan, meskipun dari pandangan kasat mata ia terlihat berkelimpahan.
Allah Ta’ala menyeru hamba-Nya untuk tunduk pada perintah-Nya karena hanya dengan menjawab seruan ini, hidup manusia menjadi berarti di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْۚ
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (QS. Al-Anfal: 24)
Sumber kehidupan hati
Al-Qur’an adalah pedoman yang menghidupkan hati dan jiwa. Seseorang yang memperoleh hidayah untuk senantiasa menambah wawasan dan ilmunya tentang Al-Quran, maka akan mendapati makna kehidupan, keyakinan, keselamatan, dan lindungan dari Allah Ta’ala, baik di dunia maupun di akhirat.
Karenanya, raihlah hidayah itu dengan ketakwaan. Takwa berarti kita tidak hanya mencukupkan diri dengan ketaatan, akan tetapi juga memperkuat proteksi diri dari segala potensi kemaksiatan, baik kecil maupun besar.
Allah Ta’ala berfirman,
ٱسْتَجِيبُوا۟ لِرَبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌ لَّا مَرَدَّ لَهُۥ مِنَ ٱللَّهِ
“Penuhilah seruan Rabb-mu, sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya.” (QS. Asy-Syura: 47)
Saudaraku, orang yang hatinya dihidupkan oleh cahaya Al-Qur’an akan memiliki keimanan yang kokoh, ketenangan jiwa, dan kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Mereka adalah orang-orang yang tetap hidup meskipun jasadnya telah tiada.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَن یُقۡتَلُ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ أَمۡوَ تُۢۚ بَلۡ أَحۡیَاۤءࣱ وَلَـٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (bahwa mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al-Baqarah: 154)
Sebaliknya, mereka yang jauh dari Al-Qur’an, terjerumus dalam kekufuran, syirik, dan kemaksiatan, hakikatnya adalah orang-orang yang mati meskipun tubuh mereka masih bernyawa. Kehidupan mereka hampa dari makna dan keberkahan, karena tidak ada cahaya iman yang menyinari hati mereka.
Baca juga: Qana’ah: Kunci Syukur dalam Kehidupan
Ciri-ciri kehidupan yang diberkahi
Kehidupan yang diberkahi adalah kehidupan yang diwarnai oleh ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang yang menjalani hidupnya dengan memenuhi perintah Allah akan memiliki hati yang hidup dan penuh cahaya iman. Mereka senantiasa menjadikan ketaatan sebagai prinsip hidup, menjauhi segala yang dilarang, dan memanfaatkan waktunya untuk menyebarkan kebaikan.
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa keberkahan dari langit dan bumi. Allah Ta’ala berfirman,
لَوْ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ
“Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi …” (QS. Al-A’raf: 96)
Hal ini menunjukkan bahwa keberkahan meliputi segala aspek kehidupan, mulai dari ketenangan, kecukupan rezeki, hingga hubungan sosial yang harmonis. Orang-orang yang hidup dalam ketaatan akan merasakan kebahagiaan sejati yang tidak bergantung pada materi. Sebaliknya, mereka yang mengabaikan perintah Allah dan Rasul, maka akan terjebak dalam kegelapan hawa nafsu, dosa, dan maksiat. Kehidupan mereka kehilangan arah, meski terlihat makmur secara materi.
Maka kehidupan tanpa cahaya iman adalah kehidupan yang hampa, penuh kesulitan meski dikelilingi kenikmatan duniawi. Oleh karena itu, keberkahan hidup hanya dapat diraih melalui kesungguhan dalam mematuhi seruan Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman,
مَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Taha: 124)
Menjaga hati agar tetap hidup
Menjaga hati agar tetap hidup adalah kewajiban setiap Muslim. Hati yang hidup adalah hati yang dipenuhi oleh cahaya Al-Qur’an dan As-Sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kehidupan hati ini akan menjaga seorang hamba dari kegelapan kekufuran dan kemaksiatan.
Iman adalah pelita yang menerangi hati. Tanpa iman, hati akan menjadi gelap dan mati. Oleh karenanya, penting bagi seorang Muslim untuk terus memperkuat keimanan dengan berbagai amal saleh yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti memperdalam ilmu agama, tilawah Al-Qur’an, dan menjalankan amal-amal saleh sesuai sunah. Mudah-mudahan dengan ikhtiar ini, hati akan tetap hidup dan terhindar dari kehancuran.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya agar kita termasuk orang-orang yang memiliki hati dan jiwa yang hidup dengan cahaya Al-Qur’an dan As-Sunah, sampai akhir hayat kita. Amin.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Baca juga: Kehidupan yang Sesungguhnya
***
Penulis: Fauzan Hidayat
Artikel Muslimah.or.id