Cinta adalah fitrah yang dimiliki oleh setiap manusia. Dalam Islam, cinta dianggap sebagai anugerah dari Allah yang dapat menjadi jalan menuju kebaikan, tetapi juga dapat menjadi ujian berat jika tidak dikelola dengan baik. Dalam dunia modern yang penuh dengan godaan dan kebebasan tanpa batas, bagaimana kita bisa menjaga cinta agar tetap berada di jalur yang diridai Allah?
Cinta dalam perspektif zaman sekarang
Di era digital, cinta seringkali terdistorsi oleh standar-standar yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Media sosial, film, dan budaya populer sering kali menggambarkan cinta dengan cara yang jauh dari nilai-nilai Islam. Cinta yang seharusnya membawa kedamaian justru kerap menjadi sumber kebingungan, kegelisahan, dan bahkan dosa. Pacaran bebas, hubungan tanpa komitmen, dan cinta buta sering kali dianggap sebagai hal yang wajar, bahkan ideal.
Namun, Islam memberikan pedoman yang jelas dalam menjalani cinta. Sebagaimana Allah telah mengingatkan dalam Al-Quran:
وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَـٰحِشَةًۭ وَسَآءَ سَبِيلًۭا
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)
Ayat ini dengan tegas melarang umat Islam untuk mendekati zina. Islam mengajarkan bahwa segala bentuk hubungan yang mendekati zina, seperti pacaran bebas yang biasa terlihat di zaman sekarang, adalah perbuatan yang dilarang.
Cinta buta dan kekosongan jiwa
Cinta buta adalah ketika seseorang larut dalam perasaan cinta yang berlebihan, hingga mengorbankan akal sehat dan nilai-nilai yang seharusnya menjadi pegangan hidup. Fenomena ini sangat relevan di era modern, di mana banyak orang yang menjadikan cinta sebagai prioritas utama dalam hidup, bahkan mengesampingkan iman.
Kekosongan jiwa sering menjadi penyebab utama cinta buta. Hati yang tidak dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah akan mudah terperangkap dalam cinta yang salah. Ibnul Qayyim rahimahullah pernah mengatakan bahwa cinta pada ilusi adalah cobaan bagi hati yang kosong dari kecintaan kepada Allah. Ini sangat berkaitan dengan fenomena masa kini, di mana banyak orang yang merasa “kosong” meski hidup di tengah kemewahan dan kemudahan teknologi.
Hadis Rasulullah shallallahu‘alahi wasallam yang diriwayatkan oleh Anas radhiyallahu ‘anhu menegaskan,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ(رواه البخاري
Dari anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu‘alahi wasallam bersabda, “Ada tiga hal yang jika ada pada diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman: mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari segala-galanya, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan membenci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 16, Muslim no. 43, At-Tirmidzi no. 2624, An-Nasa`i 8: 95-96, dan Ibnu Majah no. 4033)
Jika hati dipenuhi dengan cinta kepada Allah, maka cinta-cinta yang palsu atau cinta buta akan kehilangan kekuatannya.
Baca juga: Tanda Cinta Kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Langkah mengatasi cinta buta di era modern
Prioritaskan cinta kepada Allah
Di tengah zaman yang serba cepat dan penuh godaan, mencintai Allah di atas segalanya adalah kunci untuk menghindari cinta yang menyesatkan. Ketika cinta kepada Allah menjadi prioritas, hati kita akan terlindungi dari cinta yang bisa merusak.
Sebagaimana firman Allah tentang Nabi Yusuf ‘alaihis salam,
كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ ۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ ٢٤
“Demikianlah agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)
Keikhlasan dalam mencintai Allah dan Rasul-Nya akan melindungi kita dari cinta yang hanya berlandaskan hawa nafsu.
Menjaga pandangan dan menggunakan teknologi dengan bijak
Di era media sosial, menjaga pandangan menjadi tantangan yang lebih besar. Allah memerintahkan kita untuk menjaga pandangan, sebagaimana firman-Nya,
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَـٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ (٣٠)
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30)
Dunia maya sering kali menjadi tempat bagi orang untuk saling menggoda dan mempertontonkan aurat. Menundukkan pandangan, baik di dunia nyata maupun di dunia digital, adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga hati dari godaan cinta buta.
Sibukkan diri dengan hal-hal positif
Banyak orang yang terjebak dalam cinta buta karena terlalu fokus pada perasaan yang tidak terkontrol. Salah satu cara untuk menghindarinya adalah dengan menyibukkan diri dalam aktivitas yang bermanfaat. Belajar, bekerja, beribadah, atau membantu orang lain dapat mengisi kekosongan hati yang sering kali menjadi pemicu cinta buta.
Pernikahan sebagai solusi Islami
Islam memberikan solusi konkret untuk menyalurkan cinta dengan cara yang halal, yaitu melalui pernikahan. Dalam pernikahan, ada keberkahan dan ketenangan yang akan menjaga kita dari godaan cinta yang salah.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وجاءٌ
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang telah mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Cinta adalah bagian dari kehidupan manusia yang tak bisa dihindari, namun bagaimana kita memaknai dan menjalankannya sangat menentukan arah hidup kita. Di zaman modern ini, di tengah derasnya arus informasi dan perubahan sosial, Islam tetap memberikan bimbingan yang jelas tentang cinta yang sejati. Cinta yang benar adalah cinta yang mendekatkan kita kepada Allah, bukan yang menjerumuskan kita ke dalam dosa.
Dengan memprioritaskan cinta kepada Allah, menjaga pandangan, dan mengikuti syariat-Nya, kita bisa merasakan manisnya cinta yang diridai oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Baca juga: Doa Terbaikku untuk Pemimpin dan Negeri Tercinta
***
Penulis: Rizka Fajri Indra
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Kajian bersama Ustadz Nuzul Dzikri dengan judul Cinta Buta Vs Cinta yang Rasional.
Penggalan kajian bersama Ustadz Syafiq Riza Basalamah dengan judul Mengundang Azab Allah Lewat Pacaran.
Kitab Aktsar Min Alf Jawab lil Mar’ah (terjemahan), karya Khalid Al-Husainan.
Akhtha’un Nisa’ Al-Muta’alliqah bil Hubbil Muharram (terjemahan), karya Syaikh Nada Abu Ahmad.
Kitab Bimbingan dalam Menemukan Cinta yang Islami, karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd.