Ramadan adalah bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan dari Allah. Di dalamnya, setiap Muslim berusaha meningkatkan amal ibadah untuk meraih keberkahan dan pahala yang berlipat ganda. Namun, bagi wanita yang sedang mengalami haid, ada beberapa keterbatasan dalam melaksanakan ibadah tertentu, seperti salat dan puasa. Hal ini terkadang membuat sebagian wanita merasa kehilangan kesempatan untuk meraih keutamaan Ramadan sepenuhnya. Padahal, Islam adalah agama yang penuh kemudahan dan memberikan banyak alternatif bagi wanita haid untuk tetap beribadah dan mendapatkan pahala.
Salah satu hikmah dari larangan salat dan puasa bagi wanita haid adalah agar mereka mendapatkan waktu istirahat dari ibadah fisik yang dapat menjadi beban dalam kondisi tubuh yang tidak stabil. Namun, larangan ini bukan berarti mereka tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Justru, ada banyak amalan lain yang tetap bisa dilakukan untuk meraih keberkahan Ramadan. Wanita haid tetap memiliki kesempatan untuk beribadah dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah melalui berbagai cara yang sesuai dengan tuntunan syariat.
Terdapat beberapa amalan utama yang dapat dilakukan oleh wanita haid agar tetap bisa memaksimalkan Ramadan. Amalan-amalan ini tidak hanya memberikan pahala, tetapi juga dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Dengan demikian, wanita haid tetap bisa merasakan nikmatnya beribadah di bulan yang mulia ini tanpa merasa tertinggal dari Muslim lainnya yang menjalankan berbagai macam ibadah khususnya ibadah puasa dan salat.
Memperbanyak doa
Doa merupakan senjata utama bagi seorang Muslim dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan. Doa tidak mengenal batasan waktu dan kondisi, sehingga dapat dilakukan kapan saja, termasuk oleh wanita yang sedang haid. Rasulullah ﷺ bersabda,
الدعاءُ سلاحُ المؤمنِ وعمادُ الدِّينِ ونورُ السماواتِ والأرَضِينَ
“Doa adalah senjata kaum mukminin dan merupakan tiang agama, serta cahaya langit dan bumi.” [HR. Abu Ya’la (439), Ibnu Adi dalam Al-Kamil (7/374), Al-Hakim (1812), dan Al-Qudha’i dalam Musnad Asy-Syihab (143)]
Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan, dan doa menjadi salah satu ibadah yang sangat dianjurkan. Allah Ta’ala menjanjikan bahwa doa orang yang berpuasa, terutama menjelang waktu berbuka, akan dikabulkan. Meskipun wanita haid tidak berpuasa, mereka tetap bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk memperbanyak doa dan memohon kepada Allah segala kebaikan di dunia dan akhirat.
Selain berdoa untuk diri sendiri, wanita haid juga dapat berdoa untuk keluarga, saudara, dan umat Muslim secara keseluruhan. Salah satu doa yang sering dianjurkan adalah,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni.” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, dan Engkau mencintai pengampunan, maka ampunilah aku). (HR. Tirmidzi)
Oleh karenanya, jadikanlah doa sebagai bagian dari rutinitas harian, insyaa Allah wanita haid tetap dapat merasakan kedekatan dengan Allah Ta’ala dan memperoleh pahala yang besar selama Ramadan.
Memperbanyak dzikir
Dzikir adalah salah satu amalan yang sangat mudah dilakukan tetapi memiliki keutamaan yang luar biasa. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
أَفْضَلُ الذِّكْرِ : لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
“Dzikir yang paling utama adalah laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah).” [HR. Tirmidzi, no. 3383. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan]
Selama Ramadan, seorang Muslim dianjurkan untuk memperbanyak dzikir agar hati selalu terpaut kepada Allah. Wanita haid dapat mengisi waktu mereka dengan mengucapkan dzikir-dzikir yang diajarkan dalam Islam, seperti:
- Subhanallah wa bihamdih, subhanallahil ‘azhim (Maha Suci Allah dan segala pujian bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung)
- Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)
- Allahu Akbar (Allah Maha Besar)
- La hawla wa la quwwata illa billah (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah)
Dzikir dapat dilakukan kapan saja, baik di pagi, siang, maupun malam hari. Bahkan dalam keadaan sibuk sekalipun, seorang Muslim dapat berdzikir dalam hati dan tetap memperoleh pahala. Karena dengan memperbanyak dzikir, hati akan menjadi lebih tenang, iman semakin kuat, dan Ramadan menjadi lebih bermakna meskipun dalam keadaan haid.
Baca juga: Bolehkah Menahan Haid di Bulan Ramadan?
Membaca atau mendengarkan Al-Qur’an
Banyak ulama berbeda pendapat mengenai boleh atau tidaknya wanita haid membaca Al-Qur’an. Namun, menurut pendapat yang lebih kuat dari ulama seperti Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah, wanita haid diperbolehkan membaca Al-Qur’an dari memori (hafalan) atau melalui perangkat digital tanpa menyentuh mushaf secara langsung.
Jika merasa ragu untuk membaca, mendengarkan lantunan ayat-ayat suci juga dapat menjadi alternatif yang baik. Mendengarkan Al-Qur’an dari qari yang fasih akan membantu meningkatkan keimanan dan memperdalam pemahaman terhadap isi kandungan Al-Qur’an. Wanita haid juga dapat memanfaatkan momen ini untuk merenungkan makna ayat-ayat yang didengar dan menjadikannya sebagai bahan muhasabah diri.
Membiasakan diri dengan bacaan Al-Qur’an selama Ramadan akan membantu menjaga keterikatan hati dengan wahyu Allah. Dengan demikian, meskipun tidak dapat menyentuh mushaf, wanita haid tetap bisa mendapatkan keberkahan dari Al-Qur’an di bulan yang mulia ini.
Bersedekah dan berbuat kebaikan
Sedekah merupakan amalan yang sangat dianjurkan, terutama di bulan Ramadan. Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.” [HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Wanita haid dapat memanfaatkan Ramadan dengan berbagi rezeki kepada mereka yang membutuhkan. Sedekah tidak harus berupa uang; memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa juga merupakan bentuk sedekah yang besar pahalanya.
Selain sedekah harta, wanita haid juga dapat melakukan berbagai kebaikan lainnya, seperti membantu keluarga dalam menyiapkan hidangan berbuka, menebar senyuman kepada orang lain (dalam konteks yang dihalalkan), atau berkata baik kepada sesama. Setiap amal kebaikan, sekecil apa pun, akan dicatat sebagai ibadah yang berpahala di sisi Allah Ta’ala.
Mencari ilmu dan menghadiri kajian
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Rasulullah ﷺ bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai sahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Wanita haid dapat mengisi waktu Ramadan dengan membaca buku-buku Islam, mendengarkan ceramah, atau mengikuti kajian agama secara daring. Mempelajari ilmu agama akan menambah wawasan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala.
Meraih kesempatan maksimal
Meskipun wanita haid tidak dapat berpuasa dan salat, bukan berarti mereka kehilangan kesempatan untuk beribadah di bulan Ramadan. Maka dari itu, perbanyaklah doa, dzikir, membaca atau mendengarkan Al-Qur’an, bersedekah, dan menuntut ilmu, insyaa Allah setiap wanita haid tetap bisa memanfaatkan bulan suci ini secara maksimal.
Islam adalah agama yang penuh dengan kemudahan. Setiap Muslim, dalam kondisi apa pun, tetap memiliki jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Semoga dengan mengamalkan lima amalan ini, wanita haid tetap bisa meraih keberkahan Ramadan dan mendapatkan pahala yang melimpah.
Baca juga: Ibadah yang Tidak Boleh Dilakukan oleh Wanita Haid
***
Penulis: Fauzan Hidayat
Artikel Muslimah.or.id