Tersebar luas di kalangan masyarakat bahwa seseorang yang memakai parfum atau bukhur (asap kayu gaharu) dapat membatalkan puasa, keyakinan ini lebih banyak tersebar di kalangan wanita daripada laki-laki.
Apakah keyakinan ini benar? Dan apakah hukumnya boleh, makruh, ataukah haram bagi wanita memakai parfum dalam keadaan berpuasa?
Parfum bukan termasuk pembatal puasa, maka boleh memakai parfum, bahkan dianjurkan bagi laki-laki. Dalilnya yaitu,
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : غسل يوم الجمعة على كل محتلم ، وسواك ، ويمس من الطيب ما قدر عليه
“Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiayallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Mandi sebelum menunaikan salat Jumat hukumnya wajib atas orang yang sudah baligh, begitupun dengan bersiwak dan menggunakan parfum semampunya’.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bolehnya berparfum pada hari Jumat, dan berlaku umum pada setiap bulan, baik pada bulan Ramadan dan selainnya. Sehingga hal ini menunjukkan bolehnya berparfum bagi orang yang berpuasa.
Diperbolehkan memakai dan mencium wewangian, kecuali menghirup bukhur karena asapnya tidak hanya masuk ke dalam saluran pernapasan saja namun sampai ke dalam lambung. Maka hendaknya berhati-hati dari segala sesuatu yang dapat membatalkan dan mengurangi pahala puasa. Bagi sebagian orang, menghirup aroma bukhur itu sesuatu yang nikmat, namun ingatlah bahwa Allah Ta’ala dalam hadis qudsi memuji orang yang berpuasa dengan alasan,
يَدَعُ شَهْوَتَهُ وأَكْلَهُ وشُرْبَهُ مِن أجْلِي
“Dia meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena Aku” (HR. Bukhari no. 7492 dan Muslim no. 1151)
Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah dalam Fatawa Arkanul Islam juga menjelaskan hal yang serupa yaitu, “Boleh memakai parfum bagi orang yang berpuasa dari awal hari dan akhirnya, baik memakai bukhur, dehan dan selainnya. Namun tidak boleh menghirup aroma bukhur secara langsung karena ia memiliki partikel yang dapat dirasakan secara fisik. Jika dihirup, partikel-partikel tersebut naik ke dalam hidungnya, kemudian masuk ke lambungnya.”
Oleh karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وبالغ في الاستنشاق إلا أن تكون صائماً
“Bersungguh-sungguhlah dalam istinsyaq (menghirup air ke hidung ketika wudu) kecuali ketika engkau sedang puasa.” (HR. Abu Dawud no. 142, At-Tirmidzi no. 38, An-Nasa`i no. 87, dan Ibnu Majah no. 448)
Lalu bagaimanakah hukumnya secara khusus bagi wanita?
Dimakruhkan bagi wanita yang sudah menikah memakai parfum saat berpuasa. Hal ini karena dapat mendorong pada jimak atau memancing syahwat suaminya sehingga menimbulkan hasrat untuk berjimak. Maka sulit untuk menghindari akibat dari perkara ini.
Pada bulan Ramadan, lebih dimakruhkan lagi baginya berparfum karena mereka berdua (suami dan istri) sama-sama wajib berpuasa. Sedangkan di luar bulan Ramadan, dimakruhkan karena dikhawatirkan dapat merusak puasa salah satu maupun keduanya meskipun bukan puasa wajib.
Adapun bagi wanita yang belum menikah, boleh baginya memakai parfum selama bukan di hadapan ajnabi (laki-laki yang bukan mahram), wallahu a’lam.
Baca juga: Hukum Wanita Menolak Hadiah Parfum
***
Penulis: Atma Beauty Muslimawati
Artikel Muslimah.or.id
Referensi:
Syaikh Amru Abdul Mun’im Salim. 1996. Ahkamuz Zinati lin Nisa`. Saudi Arabia: Maktabah As-Sawadi
Syaikh Shalih Al-Munajjid. Buku Pintar Ramadhan – Kumpulan Twit Seputar Bulan Ramadhan (Terj.). Yogyakarta: Pustaka Muslim
Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin. 2001. Fatawa Arkanul Islam. Saudi Arabia: Dar Ats-Tsaria