Muslimah.or.id
Donasi muslimah.or.id
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah
No Result
View All Result
Muslimah.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslimahorid Donasi muslimahorid

Pentingnya Meluruskan Niat (Bag. 1)

M. Saifudin Hakim oleh M. Saifudin Hakim
4 Mei 2024
di Akhlak dan Nasihat
0
Pentingnya Meluruskan Niat
Share on FacebookShare on Twitter

Diriwayatkan dari Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika beliau sedang berkhotbah di atas mimbar,

إنَّما الأعمالُ بالنِّيَّاتِ وإنَّما لِكلِّ امرئٍ ما نوى فمن كانت هجرتُهُ إلى اللَّهِ ورسولِهِ فَهجرتُهُ إلى اللَّهِ ورسولِهِ ومن كانت هجرتُهُ إلى دنيا يصيبُها أو امرأةٍ ينْكحُها فَهجرتُهُ إلى ما هاجرَ إليْهِ

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan (sesuai dengan) apa yang dia niatkan. Siapa saja yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia mendapatkan (pahala) hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Siapa saja yang hijrahnya karena dunia yang ingin dia cari atau karena wanita yang ingin dia nikahi, maka dia akan mendapatkan sesuai dengan tujuan hijrahnya itu.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)

Dalam nasihat tersebut, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan dan menyadarkan kaum muslimin dengan satu hal yang bisa memperbaiki dan menyucikan hati mereka. Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu juga mengikuti jejak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menyampaikan hadis tersebut di atas mimbar, mengingatkan tentang agungnya kedudukan niat. Demikian pula selanjutnya, para dai dan orang-orang saleh pun banyak yang mengingatkan umat di berbagai kondisi dan keadaan tentang penting dan agungnya kedudukan niat, dan bahwa niat itu adalah perkara yang bisa memperbaiki hati manusia.

Imam Bukhari rahimahullah memulai kitab Shahih beliau yang penuh berkah dengan hadis yang agung ini. Demikian pula, sebagian ulama juga melakukan seperti yang beliau lakukan dengan menjadikan hadis ini sebagai pembuka dari buku (kitab) yang mereka tulis. Hal ini adalah isyarat bahwa para ulama tersebut ingin mengingatkan bahwa niat adalah satu perkara yang diperlukan oleh hamba Allah yang beriman. Seorang hamba sangat-sangat butuh dengan niat yang lurus dalam menuntut ilmu agama dan juga dalam seluruh ibadahnya.

Donasi Muslimahorid

Setiap amal itu akan teranggap (memiliki nilai) di sisi Allah sesuai dengan niatnya. Apabila sebuah amal dilakukan dengan niat yang murni karena mengharap wajah Allah, maka Allah akan menerima amal tersebut. Namun sebaliknya, apabila amal tersebut dilakukan tidak mengharapkan wajah Allah, maka amal itu akan dikembalikan lagi kepada pelakunya, alias tertolak, tidak peduli sebanyak apapun amalan tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا ؛ وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki; dan Kami tentukan baginya neraka jahanam. Dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedangkan dia adalah seorang mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al-Isra’: 18-19)

Dalam ayat di atas, Allah tegaskan bahwa siapa saja yang mengingingkan duniawi dari amal yang dia lakukan, maka Allah akan berikan dunia tersebut sesuai dengan apa yang telah Allah takdirkan. Namun di akhirat kelak, Allah akan masukkan dia ke dalam neraka jahanam.

Oleh karena itu, hadis yang diriwayatkan dari Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ini juga masuk dalam pembahasan tentang salat, puasa, sedekah, haji, dan beragam bentuk ibadah lainnya. Semua bentuk ibadah dan ketaatan tersebut, tidak akan ada nilainya tanpa niat yang lurus. Dalam hadis tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan satu contoh yang bisa dianalogikan dalam semua bentuk ketaatan,

فمن كانت هجرتُهُ إلى اللَّهِ ورسولِهِ فَهجرتُهُ إلى اللَّهِ ورسولِهِ

“Siapa saja yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia mendapatkan hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Maksudnya, siapa saja yang niat dan maksud (tujuan) hijrahnya adalah untuk Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan balasan dan pahala hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika niatnya benar (yaitu untuk mencari wajah Allah), maka dia akan mendapatkan pahala dan balasan dari Allah Ta’ala. Namun jika niatnya tidak benar, amal tersebut akan tertolak dan tidak diterima. Karena Allah tidak akan menerima suatu amal, melainkan yang dilakukan dengan ikhlas, mengharap wajah-Nya semata.

Baca juga: Pemahaman Yang Benar Dan Niat Yang Baik

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Allah Ta’ala berfirman,

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. Az-Zumar: 3)

Seorang hamba sangat butuh untuk memperbaiki dan meluruskan niat dalam setiap amal yang dia lakukan. Baik dalam ibadah salat, puasa, zakat, haji, dan seluruh amal ketaatan yang dia lakukan. Caranya, dia tidak mengharapkan balasan apapun dari amalnya tersebut kecuali untuk mendapatkan wajah Allah semata. Suatu amal itu tidak menghasilkan apapun, tidak akan diterima, tidak akan diridai, dan tidak akan dibalas pahala oleh Allah kecuali amal yang betul-betul diniatkan untuk Allah. Inilah amal saleh yang masuk menemani ke dalam kubur seseorang ketika sudah meninggal dunia.

Adapun amal yang dikerjakan oleh seseorang dengan tujuan selain Allah, misalnya untuk mencari popularitas; ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain; ingin mendapatkan atau melanggengkan jabatan; atau keinginan-keinginan duniawi lainnya, maka amal tersebut tidak akan diterima dan tidak akan diridai oleh Allah Ta’ala. Karena di antara syarat diterimanya amal adalah niat amal tersebut adalah untuk mencari wajah Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا

“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedangkan dia adalah seorang mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al-Isra’: 19)

Meluruskan niat itu membutuhkan perjuangan yang terus-menerus (kontinyu) dalam jiwa manusia. Hal ini karena niat hati manusia itu senantiasa berubah-ubah, banyak sekali perkara di kehidupan dunia ini yang bisa melencengkan niat ikhlas. Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ؛ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama dengan orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)

Oleh karena itu, meluruskan niat dan bersungguh-sungguh melawan bisikan hawa nafsu agar seseorang senantiasa ikhlas adalah satu perkara yang dituntut dari diri seorang muslim sampai di detik terakhir nafas kehidupannya. Berbagai macam penghalang yang bisa memalingkan seorang muslim dari keikhlasan akan terus datang menyerang dari arah sana-sini. Maka dalam setiap waktu dan kesempatan, seseorang perlu untuk meluruskan dan memperbaiki niatnya.

Lanjut ke bagian 2: Pentingnya Meluruskan Niat (Bag. 2)

***

@Kantor Pogung, 23 Syawal 1445/ 2 Mei 2024

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel Muslimah.or.id

 

Catatan kaki:

Disarikan dari kitab Ahaadits Ishlaahil Quluub, bab 17; karya Syekh ‘Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr.

ShareTweetPin
Muslim AD Muslim AD Muslim AD
M. Saifudin Hakim

M. Saifudin Hakim

- Alumnus Ma'had Al-'Ilmi, Yogyakarta. - Alumnus Pendidikan Dokter FK UGM, Yogyakarta. - Alumnus Erasmus University Medical Center, Rotterdam, Belanda. - Saat ini sedang belajar di Unayzah, Saudi Arabia.

Artikel Terkait

Sosmedmu, Surga dan Nerakamu

oleh Dian Pratiwi
29 Juli 2016
6

Sosmed merupakan media yang dapat membuat kita mendapat siksa kubur/nikmat kubur. Sosmed pulalah yang yang menjadi wasilah/media untuk memasukkan kita...

Manusia Bisa Mengecewakanmu

Manusia Bisa Mengecewakanmu, Tapi Allah Tidak Akan Mengecewakanmu

oleh Rizka Fajri Indra
23 Februari 2025
0

Janganlah engkau berharap sedikit pun kepada manusia termasuk kepada orang yang terdekat denganmu, seperti orang tua, teman, kerabat, dosen, dan...

Menerima Takdir dengan Rasa Yakin dan Tawakal

Menerima Takdir dengan Rasa Yakin dan Tawakal

oleh Retno Utami
21 Februari 2024
0

Kehidupan dunia berisi kejadian yang tidak terduga dan tidak pasti. Kita sudah berencana dan berusaha tetapi seringkali kenyataan tidak sesuai...

Artikel Selanjutnya
Meraih Ketakwaan

Meraih Ketakwaan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid Donasi Muslimahorid
Logo Muslimahorid

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslim.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.

No Result
View All Result
  • Akidah
  • Manhaj
  • Fikih
  • Akhlak dan Nasihat
  • Keluarga dan Wanita
  • Pendidikan Anak
  • Kisah

© 2025 Muslimah.or.id - Meraih Kebahagiaan Muslimah di Atas Jalan Salaful Ummah.