Tsubaitah binti Ya’ar, istri Abu Hudzaifah memerdekakan hamba sahayanya bernama Salim karena baiknya akhlak dan tabiat-tabiat Salim. Namun, Abu Hudzaifah yang belum kuasa melepas Salim, membawanya ke al-Haram dan berdiri di hadapan kaum Quraisy untuk mengumumkan bahwa ia mengangkat Salim sebagai anaknya.
Abu Hudzaifah dan Salim termasuk orang-orang angkatan pertama yang masuk Islam. Mereka datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengumumkan bahwa mereka masuk Islam.
Tidak lama setelah Abu Hudzaifah dan Salim masuk Islam, Allah Ta’ala membatalkan masalah pengangkatan anak. Allah memerintahkan orang-orang agar mengembalikan anak-anak angkatnya kepada bapak mereka untuk menjaga nasab dan mencampakkan salah satu kebiasaan di masa jahiliyah.
Allah Ta’ala berfirman
ٱدۡعُوهُمۡ لِأٓبَآئِهِمۡ هُوَ أَقۡسَطُ عِندَ ٱللَّهِۚ فَإِن لَّمۡ تَعۡلَمُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ فَإِخۡوَٰنُكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَمَوَٰلِيكُمۡۚ وَلَيۡسَ عَلَيۡكُمۡ جُنَاحٞ فِيمَآ أَخۡطَأۡتُم بِهِۦ وَلَٰكِن مَّا تَعَمَّدَتۡ قُلُوبُكُمۡۚ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمًا
“Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 5)
Abu Hudzaifah mencari bapak kandung Salim, namun ia tidak menemukannya karena Salim tertawan ketika masih kecil lalu dibawa ke Mekah dijual di pasar budak. Oleh karena itu, orang-orang memanggilnya dengan Salim Maula Abu Hudzaifah (Salim bekas hamba sahaya Abu Hudzaifah). Islam menyatukan mereka sebagai saudara. Abu Hudzaifah ingin menguatkan hubungannya dengan Salim dan membuang segala bentuk fanatisme jahiliyah yang telah dikubur oleh Islam. Abu Hudzaifah menikahkan Salim dengan keponakannya yang merupakan wanita Quraisy dari Abd Syams yang memiliki nasab dan kedudukan.
Kemudian mereka terpisahkan oleh tempat karena Abu Hudzaifah berhijrah ke Habasyah untuk menyelamatkan akidahnya dari tekanan kaum Quraisy. Sedangkan Salim, ia memilih tetap di Mekah bersama Rasulullah untuk berkonsentrasi mempelajari kitab Allah sehingga ia mampu menghafal dan mentadaburinya. Salim menjadi salah seorang hafizh Al-Qur`an pada zaman Rasulullah. Dia adalah salah satu dari empat orang dimana Rasulullah berpesan kepada kaum muslimin agar mengambil Al-Qur`an dari mereka (yaitu, ‘Abdullah bin Mas’ud, Salim Maula Abu Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab dan Mu’adz bin Jabal).
Para sahabat radhiyallahu ‘anhum mengetahui keutamaan Salim dalam menghafal Al-Qur`an, penguasaan yang mendalam, tadabur, dan pengetahuannya terhadap makna ayat-ayat Al-Qur`an. Ketika kaum muslimin hijrah dari Mekah ke Madinah, mereka meminta Salim untuk menjadi imam mereka sampai Rasulullah hadir di tengah-tengah mereka, padahal ada ‘Umar bin Khaththab dan sahabat lainnya.
Allah menyatukan kembali Salim dengan Abu Hudzaifah setelah hijrah kemudian keduanya berangkat ke Badar bersama Rasulullah. Di barisan kaum musyrikin ada ‘Utbah bin Rabi’ah yang merupakan ayah Abu Hudzaifah, diapit Syaibah bin Rabi’ah, pamannya dan al-Walid bin Rabi’ah yang merupakan saudaranya. Setelah Perang Badar usai, Salim dan Abu Hudzaifah berdiri memeriksa korban perang. Abu Hudzaifah melihat bapak, paman, dan saudaranya mati sia-sia. Abu Hudzaifah berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memenangkan Nabi-Nya dengan terbunuhnya mereka semua.”
Salim dan Abu Hudzaifah juga mengikuti perang Yamamah yang disiapkan Abu Bakar ash-Shiddiq untuk memerangi Musailamah al-Kadzab. Salim Maula Abu Hudzaifah menemui orang Muhajirin kemudian berkata, “Aku adalah seburuk-buruk pembawa Al-Qur`an jika sampai kaum muslimin kalah karena aku.” Kemudian ia maju berperang membawa panji kaumnya sehingga tangan kanannya terpotong. Kemudian ia menggenggam dengan tangan kirinya sehingga tangan kirinya terpotong. Lalu dia merengkuh panji dengan kedua lengannya. Dia tetap teguh sampai luka-luka menahan gerakannya kemudian jatuh tersungkur.
Ketika perang telah usai, Khalid bin Walid berdiri di atas jasad Salim Maula Abu Hudzaifah kemudian Salim bertanya, “Apa yang dilakukan kaum muslimin, wahai Khalid?”
Khalid menjawab, “Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, membunuh Musailamah al-Kadzab dan para pengikutnya.”
Salim bertanya, “Lalu bagaimana dengan saudaraku, Abu Hudzaifah?”
Khalid menjawab, “Dia telah berpulang kepada Rabbnya dengan gagah berani, gugur sebagai syahid.”
Salim berkata, “Bawalah aku ke sampingnya!”
Khalid berkata, “Dia berada di bawah kakimu.”
Lalu Salim memejamkan matanya dan berkata, “Kita di sini bersama, wahai Abu Hudzaifah, kita di sini bersama wahai Abu Hudzaifah…” Kemudian ia menghembuskan napas terakhirnya.
Baca juga: Mengenal Istri Imran, Hannah binti Faqudz
—
Penulis: Khusnul Rofiana
Referensi:
Mereka adalah Para Shahabat, Dr. Abdurrahman Ra`fat Basya, 2010, At-Tibyan, Solo.
Artikel: Muslimah.or.id