Saudariku yang mulia, Allah Ta’ala telah menjadikan Al-Qur’an sebagai hadiah terindah bagi hamba-hamba-Nya. Al Qur’an tidak hanya menjadi kitab pemandu jalan hidup seorang muslim, namun juga menjadi cahaya yang menyinarinya, kesembuhan bagi yang membutuhkannya, dan hiburan bagi hati yang bertakwa. Tidak perlu menjadi ahli tafsir yang mendalami ilmu Al Qur’an bertahun-tahun untuk bisa mendapatkan kebahagiaan dengan Al Qur’an, bahkan seorang mualaf pun akan mendapatkan pahala dan kebahagiaan jika membiasakan diri membaca Al Qur’an.
Keutamaan membaca Kalamullah tersebar di berbagai nas, baik dari Al Qur’an sendiri maupun hadis-hadis yang valid. Di antara keutamaannya, yaitu sebagai berikut:
1. Membaca Al Qur’an adalah keberuntungan yang besar
Seseorang yang menghabiskan waktunya pada suatu hal akan kehilangan waktunya. Namun, apabila ia habiskan waktunya untuk membaca Al Qur’an, ia akan memperoleh keberuntungan yang berlipat ganda sebagaimana orang yang menginvestasikan hartanya dan menahan diri dari menggunakannya demi memperoleh hasil yang berlipat ganda di masa yang akan datang. Bedanya, seorang investor bisa saja berhasil, namun bisa pula gagal. Adapun, para pembaca Al Qur’an, mereka akan selalu berhasil dan mendapat keberuntungan yang besar. Allah berfirman terkait hal ini dalam surat Fathir ayat 29-30,
اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُوْرَۙ لِيُوَفِّيَهُمْ اُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدَهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۗ اِنَّهٗ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
Maka selayaknya orang yang berakal tentu tidak rela apabila mendapati dirinya kehilangan keberuntungan istimewa seperti ini.
2. Membaca Al Qur’an adalah salah satu amalan yang paling mulia
Para pembaca Al Qur’an kelak di akhirat akan mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi. Hal ini dijelaskan di berbagai hadis, salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan sahabat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الَّذِي يَقرَأُ القُرْآنَ وَهُو ماهِرٌ بِهِ معَ السَّفَرةِ الكرَامِ البررَةِ ((متفقٌ عليه))
“Orang yang membaca Al Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Al Bukhari no. 4937 dan Muslim no. 244)
Kedudukan ini merupakan kemuliaan yang diberikan bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh mempelajari Al Qur’an sehingga ia menjadi seorang yang pandai dalam membacanya. Adapun, bagi yang masih kesulitan maka akan mendapatkan dua pahala sebagaimana yang tertera dalam lanjutan hadis ini,
والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران
“..dan orang yang membaca Al Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.”
Pahala ini adalah pahala usahanya dalam belajar dan pahala membaca Al Qur’an itu sendiri.
Baca juga: Solusi bagi Wanita Haidh Supaya Bisa Membaca Al Quran
3. Membaca Al Qur’an adalah sumber kebahagiaan
Perlu diakui, semangatnya hati dalam membaca Al Qur’an terkadang menyala, namun juga tak jarang meredup, bahkan padam. Begitu banyak faktor dan alasan untuk tidak membaca Al Qur’an. Mulai dari kesibukan di dunia kerja, kerepotan mengasuh anak, tugas-tugas sekolah yang merundung tiap waktu, hingga sekedar malas atau ingin bersantai melalui media sosial dan game di ponsel pintar kita. Semua alasan itu adalah alasan yang menutupi sebuah kenyataan pahit yang ada di dalam hati kita; kekalahan melawan setan dan hawa nafsu. Ya, ketika kita mendahulukan segala sesuatu di atas Al Qur’an, sejatinya kita telah meletakkan posisi sumber kebahagiaan kita di nomer ke sekian.
“…agar Engkau menjadikan Al-Qur’an Al-’Azhim sebagai musim semi (penyejuk) hatiku, cahaya bagi dadaku, pengusir kesedihanku, dan penghilang rasa gundah gulanaku.” (HR. Ahmad no. 3712, Ibnu Hibban no. 972, disahihkan Al-Albani dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 199).
Keutamaan membaca Al Qur’an sungguh terlampau banyak dan sangat disayangkan apabila kita melewatkannya. Para salaf kita yang shalih benar-benar memahami hal ini. Mereka sungguh telah menjadi suri teladan bagi kita dengan banyaknya kisah shahih yang sampai kepada kita tentang kesibukan mereka bersama Al Qur’an. Imam An Nawawi dalam kitab beliau At Tibyan menyebutkan bahwa banyak di antara para salaf yang mengkhatamkan Al Qur’an sekali dalam setiap malam, ada yang sehari semalam dua kali, tiga kali, ada juga yang delapan kali.
Di antara yang mengkhatamkan dalam waktu sehari semalam adalah ‘Utsman, Tamim Ad Dary, Sa’id bin Jubair, Mujahid, Asy Syafi’I, dan lainnya. Salim bin ‘Itr yang merupakan hakim di Mesir pada masa Muawwiyah mengkhatamkan tiga kali dalam satu hari. Bayangkan betapa lincahnya para salaf membagi waktu! ‘Utsman yang seorang khalifah, Mujahid yang merupakan seorang ulama yang sibuk mempelajari ilmu dan mengajarkannya, Salim yang sibuk dengan urusan kehakiman, mereka tidak beralasan tidak punya waktu luang untuk membaca Al Qur’an. Mengapa? Karena membaca Al Qur’an telah menjadi prioritas dari waktu yang mereka miliki.
Mungkin sebagian kita merasa tertinggal jauh dari zaman dimana keshalihan amat mudah diraih. Saat ini kita dikeroyok oleh berbagai fitnah dunia dan berbagai kelalaian dan permainannya. Tantangan di zaman dulu tentu berbeda dengan tantangan di zaman kita. Begitulah alasan kita untuk menetralisir perasaan kalah kita. Namun, coba simak kisah berikut! Semoga mata hati kita terbuka sehingga kitab bisa tersadar dari kelemahan argumen kita.
Ada seorang ibu dari empat anak yang masih kecil-kecil. Sehari-hari sibuk mengurus rumah tangga. Beliau juga mengelola sebuah rumah Qur’an dan menjadi pengajarnya. Namun, kesibukannya tak menghalanginya dari membaca 5 juz perhari dan ia pun membiasakan putra-putrinya mengamalkan hal tersebut.
Kisah seperti ibu di atas bukanlah satu-satunya. Masih banyak permata-permata tersembunyi di sekitar kita. Sehingga bisa jadi, hanya kitalah yang merana di akhirat nanti karena sedikitnya amal, karena ternyata diam-diam tetangga kita, kawan main kita, followers kita di instagram kadar bacaan Al Qur’annya lebih banyak daripada kita. Sungguh menyedihkan!
Maka dari itu wahai saudariku tercinta, mari sejenak kita letakkan ponsel kita! Mari sejenak kita tinggalkan berbagai aktifitas kita! Jika pada hari ini kita belum membuka selembar pun dari mushaf kita dan belum membaca sebaris ayat pun dari Al Qur’an, mari kita mulai meletakkan Al Qur’an di atas segala kepentingan kita. Mari kita berbahagia dengan Al Qur’an!
Baca juga: Saudariku, Berjilbablah Sesuai Ajaran Nabimu!
—
Penulis: Intan M. Nurwidyani, S.H
Referensi:
1. Al Qur’an Al Karim (web kemenag).
2. Shahih Al Bukhari, Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Daar Thauq Najah, Cetakan Pertama, 1422 H, Damaskus.
3. Shahih Muslim, Muslim bin Hajjaj An Naisabury. Daar Ihya At Turats Al Araby, Beirut.
At Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, Yahya bi Syaraf An Nawawi, Al Qowam, 2014, Solo.
4. Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, Nashiruddin Al Albani, Maktabah Al Ma’arif, 1995, Riyadh.
Artikel Muslimah.or.id