Perjalanan menuntut ilmu merupakan perjalanan penuh perjuangan sekaligus kebiasaan menakjubkan para salafus saleh bahkan para Nabi. Sebagaimana kisah Nabi Musa ‘alaihissalam untuk bertemu dengan Nabi Khidhir ‘alahissalam. Sungguh bukan pengalaman biasa namun sebuah kisah perjalanan yang diabadikan dalam kitab al-Quran. Ini bukti nyata bahwa menuntut ilmu syar’i itu diperintahkan Allah Ta’ala. Allah Azza wa Jalla berfirman,
?????? ????? ??????? ????????? ???? ???????? ??????? ???????? ???????? ????????????? ???? ???????? ???????
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada (muridnya), ‘Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun’.” (QS. Al-Kahfi: 60)
Sungguh semangat luar biasa agar beliau bisa bertemu dengan seorang alim untuk bisa menambah ilmu yang belum diketahuinya. Beliau ditemani Yusya’ bin Nun bin Ifraayiim bin Yusuf bin Ya’qub dalam mengembara mencari ilmu. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Cukuplah Hal ini sebagai (petunjuk) keutamaan dan kemuliaan ilmu. Karena sesungguhnya (Musa) nabi Allah dan kalimuhu (orang yang diajak bicara langsung oleh Allah Azza wa Jalla) pergi jauh dan menempuh perjalanan panjang sehingga ia mengalami kelelahan yang sangat sebab perjalanan tersebut, dalam mempelajari tiga persoalan dari seorang alim. Ketika ia mendengar (keberadaan)nya ia tidaklah tenang hingga bertemu dengannya, dan meminta kepadanya untuk berkenan diikuti dan mengajarinya ilmu.“ (Miftahu Daaris Sa‘adah, I/236-237)
Perjalanan yang penuh tantangan serta kesabaran yang di balik semua itu, penuh faidah yang membuat Nabi Musa memiliki pengetahuan lebih banyak ketika bertemu dengan Nabi Khidhir. Kisah yang masyhur tentang perahu orang mukmin yang dirusak karena ada raja zalim yang akan merusaknya, kisah pembunuhan terhadap anak muda (kafir) karena khawatir akan menyebabkan kedua orang tuanya kafir dan cerita mengenai memperbaiki dinding rumah kedua anak yatim karena di bawahnya ada harta simpanan yang mana orang tua mereka termasuk orang-orang saleh. Sungguh banyak ibrah dari kisah Nabi Musa ‘alaihissalam yang seharusnya membuat kita lebih antusias meraih ilmu. Jauhnya perjalanan bukan alasan untuk berleha-leha. Manakala api semangat telah berkobar niscaya akan dimudahkan jalannya ke sana.
Ibnu Shihab telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Dahulu pernah sampai kepada kami sebuah hadits dari seorang perawi dari kalangan sahabat nabi. Seandainya aku tergerak untuk mengundangnya agar Ia datang kepadaku dan menceritakan hadits itu kepadaku, tentulah aku akan melakukannya. Akan tetapi, aku lebih suka datang kepadanya dan mengetuk pintunya agar ia keluar menemuiku lalu ia meriwayatkan hadits itu kepadaku.“ (Jami‘ Bayanil Ilmi wa Fadhlul an-Numairi I/94)
Seharusnya kaum muslimin tergetar imannya dan terpompa hasratnya untuk meraih ilmu yang bisa membimbingnya pada jalan ke surga. Selalu haus ilmu sehingga mendorongnya mengejarnya. Inilah perjalanan mulia yang mampu dilakukan karena mencari kemuliaan sejati. Ilmu harus dicari dengan tekad membaja, usaha ekstra keras dan memohon dimudahkan Allah Ta’ala dalam memahaminya. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Ilmu itu anugerah dari Allah yang diberikan hanya kepada mereka yang Dia cintai, tidak bisa diwariskan atau diperoleh dari jalur keturunan.“ (Thabaqat Hanabilah, Abu Ya‘la Al-Farra‘ 1/179)
Mari dukung anak-anak kita untuk mengejar dan meraih ilmu yang bermanfaat, kita pilihkan lembaga pendidikan keislaman yang selaras dengan Manhaj Salafusshalih. Kita pilihkan sosok-sosok pendidik yang bertakwa dan berakhlak mulia serta jangan lupa orang tua selalu memotivasinya, mendoakannya sehingga mereka mampu mengejar impian besarnya menjadi hamba yang bertakwa. Selamat belajar dan berjuang untuk meraih ilmu yang mempelajarikan melahirkan iman dan amal saleh membagikan semangat kepada anak-anak anak didik Anda dan generasi kaum muslimin untuk membiasakan belajar di manapun agar jiwanya terlatih untuk taat dan sabar di jalan yang dicintai Allah Ta’ala. Menempuh jalan, mengantar rindu, menjemput ilmu dan kelak semua kulalui tanpa semu.
Umar Bin Khatthab radhiyallahu’anhu berkata, “Sesungguhnya ada seorang yang keluar dari rumahnya dalam keadaan memiliki dosa seperti gunung Tihamah. Maka tatkala dia mendengarkan ilmu, kemudian dia takut dan bertaubat, niscaya dia pulang ke rumahnya dalam keadaan tidak memiliki dosa sedikitpun. Sehingga janganlah kalian meninggalkan majelis para ulama.“ (Miftah Daris Sa’adah, Ibnu Qayyim, Jilid I, hal. 77).
Semoga Allah memberi taufik.
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
Islamic Parenting (Terjemahan) Syaikh Jamal Abdurrahman, Aqwam, Solo, 2020.
Majalah El-Fata, edisi 10 vol. 15, 2015.
Artikel Muslimah.or.id