Penyusun: Ummu Ishaq
Sejarah telah berbicara tentang berbagai kisah yang bisa kita jadikan pelajaran dalam menapaki kehidupan. Sejarah pun mencatat perjalanan hidup para wanita muslimah yang teguh dan setia di atas keislamannya. Mereka adalah wanita yang kisahnya terukir di hati orang-orang beriman yang keterikatan hati mereka kepada Islam lebih kuat daripada keterikatan hatinya terhadap kenikmatan dunia. Salah satu diantara mereka adalah Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Anshariyah Al-Khazrajiyah. Beliau dikenal dengan nama Ummu Sulaim.
Siapakah Ummu Sulaim ?
Ummu Sulaim adalah ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkenal keilmuannya dalam masalah agama. Selain itu, Ummu Sulaim adalah salah seorang wanita muslimah yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar yang telah teruji keimanannya dan konsistensinya di dalam Islam. Kemarahan suaminya yang masih kafir tidak menjadikannya gentar dalam mempertahankan aqidahnya. Keteguhannya di atas kebenaran menghasilkan kepergian suaminya dari sisinya. Namun, kesendiriannya mempertahankan keimanan bersama seorang putranya justru berbuah kesabaran sehingga keduanya menjadi bahan pembicaraan orang yang takjub dan bangga dengan ketabahannya.
Dan, apakah kalian tahu wahai saudariku???
Kesabaran dan ketabahan Ummu Sulaim telah menyemikan perasaan cinta di hati Abu Thalhah yang saat itu masih kafir. Abu Thalhah memberanikan diri untuk melamar beliau dengan tawaran mahar yang tinggi. Namun, Ummu Sulaim menyatakan ketidaktertarikannya terhadap gemerlapnya pesona dunia yang ditawarkan kehadapannya. Di dalam sebuah riwayat yang sanadnya shahih dan memiliki banyak jalan, terdapat pernyataan beliau bahwa ketika itu beliau berkata, “Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu.” (HR. An-Nasa’i VI/114, Al Ishabah VIII/243 dan Al-Hilyah II/59 dan 60). Akhirnya menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah dengan mahar yang teramat mulia, yaitu Islam.
Kisah ini menjadi pelajaran bahwa mahar sebagai pemberian yang diberikan kepada istri berupa harta atau selainnya dengan sebab pernikahan tidak selalu identik dengan uang, emas, atau segala sesuatu yang bersifat keduniaan. Namun, mahar bisa berupa apapun yang bernilai dan diridhai istri selama bukan perkara yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesuatu yang perlu kalian tahu wahai saudariku, berdasarkan hadits dari Anas yang diriwayatkan oleh Tsabit bahwa Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Aku belum pernah mendengar seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam.” (Sunan Nasa’i VI/114).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang kita untuk bermahal-mahal dalam mahar, diantaranya dalam sabda beliau adalah: “Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya dan memudahkan rahimnya.” (HR. Ahmad) dan “Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Abu Dawud)
Demikianlah saudariku muslimah…
Semoga kisah ini menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan kita dan menjadi jalan untuk meluruskan pandangan kita yang mungkin keliru dalam memaknai mahar. Selain itu, semoga kisah ini menjadi salah satu motivator kita untuk lebih konsisten dengan keislaman kita. Wallahu Waliyyuttaufiq.
Maraji:
- Panduan Lengkap Nikah dari “A” sampai “Z” (Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin ‘Abdir Razzaq),
- Wanita-wanita Teladan Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi)
***
Artikel www.muslimah.or.id
Bismillaahi ?r Rahmaani ?r Rahiim
Alhamdulillaahilladzi anzala ‘ala ‘abdihi ?l Kitaab wa lam yaj’al lahuu ‘iwajaa
Wa shollallahu a’laa -n nabiyyi ?l Mustofaa wa ‘alaa aalihi wa man ?ttaba’a -l hudaa. Amma ba’d:
Sebuah contoh Perniagaan yang menguntungkan dari seorang shabiyah mulia, Ummu sulaim, Rumaisho. Dimana dizaman ini, banyak wanita yang rela meninggalkan agamanya, demi seorang laki2 kafir, dengan alasan “cinta”.
Lihatlah wahai Para wanita penggenggam Bara Api, Seorang Shabiyah mulia, Ummu sulaim dengan ketegarannya, justru mengantarkan Abu Tholhah meraih keislaman.
“ma kaana lillahi abqaa”
apa2 yang diusahakan karena Allah maka akan langgeng.
Semoga banyak orang tua, yang memudahkan proses pernikahan putra dan putrinya, dengan murahnya mahar.
?Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.? (HR. Abu Dawud).
Ayo…siapa yang mau menyusul Ummu Sulaim……?????
Ass Wr Wb,
Salam kenal untuk semua pembaca. Saya memperhatikan beberapa komentar dan tulisan yang ada di blog ini. Sebagai seorang muslim, sedih melihat betapa kita, kaum muslim, terlalu sempit dalam berfikir. Seakan-akan dunia adalah sesuatu yang haram, harus dijauhi, dihindari, terlihat dari penggunaan kata dunia dalam kalimat negatif. Kenapa? Apakah kita lupa bahwa Islam itu lahirnya dimana? Islam merupakan ajaran/petunjuk lengkap kehidupan dunia dan akhirat (satu paket)! Tidak terpisah. Inti ajarannya adalah keseimbangan dalam berbuat dan bertindak baik dengan memperhatikan lingkungan dimana kita tinggal. Islam tidak akan lekang dimakan zaman. Artinya adalah agama yang sangat adaptif terhadap kemajuan zaman.
Janganlah kita memberi stempel “karya orang kafir”, sedangkan kita sendiri menggunakan media yang diciptakan oleh “orang kafir”!! Coba berhitung dalam 1 hari kehidupan saudara, berapa banyak karya “orang kafir” yang sangat membantu kaum muslimin menjalankan kewajibannya? Mana karya orang Islam?
Ada satu contoh bagaimana ilmu pengetahuan “orang kafir” membuktikan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW, yakni ketika beliau membelah bulan dengan kedua tangannya dan menyatukannya kembali. Hal ini terbukti dengan teknologi foto teleskop NASA (1995), bentuk bulan tidak bulat sempurna, ada “sambungan” di sekelilingnya. Tidak semua muslim tahu akan hal ini.
Semua perbuatan (hasil karya), baik dan buruk, ada ganjarannya. Biarlah Allah yang Maha adil menilainya, bukan kita mahluk ciptaannya menilai sesamanya.
Siapa kita?!?
assalamualaikum warohmatulohi wa barokatuh
dg membaca artikel di atas,, saya jadi terinagat dan terus merenungi kehidupan saya,karna saat ini saya juga sedang hubungan asmara dengan pria non muslim. suku china,agama budha. selama ini saya memang blm pernah kasih kepastian tuk menerima pinangan nya ,walau dia dah berjanji untuk jadi mu’alaf,,aku ragu dia masuk islam hanya sekadar menikahi saya,, setelah itu kafir lagi,keraguan itu timbul karena ku takut semua nya akan bertolak belakang,,,, bukan dia yang yang masuk islam,, malah saya yang jadi kafir. nauudzubillahi min dzalik,,,,,
semoga Allah memberikan petunjuk dan rahmatnya kepada kita semua . AMIN
assalamualaikum warohmatulohi wa barokatuh
wah,subhanallah kisahnya. beruntung sekali orang yang mendapatkan akhwat macam Ummu Sulaim. adakah yang seperti itu ya di zaman sekarang ini???
@ hanafi “Semoga banyak orang tua, yang memudahkan proses pernikahan putra dan putrinya, dengan murahnya mahar.”
kalo nurut saya, mudah bukan berarti murah, kalo maharnya mobil BMW dan itu menurut pengantinnya mudah, ya why not???
untuk akhi Faisal …
“Islam merupakan ajaran/petunjuk yang lengkap kehidupan dunia akhirat (satu paket)”
ini benar. dan Islam sendiri telah mengatur.. bagaimanakah seharusnya kita bersikap terhadap dunia .. dan bagaimana -hendaknya- kita berusaha keras mengejar kehidupan akhirat kita, lebih keras daripada kehidupan dunia kita.
tak semua dari isi dunia itu dicela. Dunia dicela, apabila ia menjadikan manusia lalai dari kehidupan akhirat. dan memang itulah kenyataannya, bahwa kebanyakan manusia lebih sibuk untuk mengejar dunia dibandingkan mengejar akhirat.
adapun isi dunia yang dapat membantu seorang muslim untuk berbuat kebaikan, untuk mengejar kehidupan akhirat, maka ia pun dipuji.
Tapi hendaknya hanya mengambil sebatas kebutuhan saja. jangan berlebih2an. karena sesungguhnya syaithan sangat pandai dlm menipu hati manusia. sedangkan hati manusia itu lemah.
hidup dg qona’ah… itulah yg lebih indah
ingatlah … takkan bersatu dalam satu hati.. cinta dunia dan cinta akhirat. Akan ada salah satu yg lebih dominan. cinta dunia atau cinta akhirat??
dg bersikap zuhud.. qona’ah.. insya Alloh dapat lebih menjaga hati kita dari kecintaan berlebihan terhadap dunia. selain itu, lebih dekat dengan sunnah Rasululloh shollallahu ‘alaihi wasallam
“Siapa Kita?”
kita adalah muslim. dan seorang muslim hendaknya beradab dengan makhluk Alloh yg lain sesuai dg yg diajarkan oleh syariat Islam.
dan bukankah Islam pula telah mengatur bagaimana adab bergaul dengan orang kafir.
Sungguh indah akhlaq dan adab Rasululloh dlm bermuamalah dg orang kafir. akan tetapi, Rasululloh tetap mempunyai batasan dan tegas bila sudah berkaitan dg syariat.
Hendaklah seorang muslim yg mentauhidkan Alloh-meski ia hanya memberimu sedikit manfaat atau bahkan tidak memberi manfaat sama sekali- lebih engkau cintai daripada seorang kafir -meskipun ia memberimu banyak manfaat-
ingatlah bahwa kedzaliman terbesar adlh kesyirikan. mempersekutukan Alloh dalam beribadah kpd-Nya.
dan sesungguhnya semua amal kebaikan bisa terhapus meski hanya oleh satu perbuatan syirik.
Nah, bagaimana pula dg orang kafir? yg jelas2 keluar dr Islam…
untuk ukhty Dian…
Hehe, iya. why not?? klo memang sang pengantin pria tidak merasa berat.
Rasululloh sendiri pernah memberi mahar kpd salah seorang istrinya (ana lupa namanya) yg apabila dikonversikan dlm rupiah, konon nilainya sampai jutaan rupiah.
tapi di sisi lain.. Rasululloh sendiri ttp memerintahkan seorang sahabat utk menikah meski mahar yg ia berikan hanyalah sebuah cincin tembaga (mohon dikoreksi jk ana salah). bahkan ada seorang sahabat -yg memang bnr2 tdk mempunyai harta- yg menikah dg mahar hafalan Al Qur’annya.
intinya adalah, Permudahlah dan jangan dipersulit ;))
qta sbg muslimah.. ktk meminta mahar, hendaknya meminta yg memang bermanfaat bg qta- dan sang pengantin pria memang tak keberatan (baik secara finansial atau faktor lain).
Sebuah buku agama bisa jadi lebih bermanfaat daripada sebuah mobil BMW bukan? atau klo pengantin pria memang kaya (dan dr harta sendiri, bukan dr orang tua) dan baik hati, dan ngotot ngasih mahar BMW.. ya kaya’nya jg ga perlu ditolak;D ntar kan bisa kita jual… beli kitab2, beli CD kajian, beli alat rumah tangga, dll ;))
Inti ke-2 … harus pandai2 melihat kondisi pengantin pria. jgn smpai proses menuju pernikahan jd sulit cuma krn mslh mahar. apalagi .. klo sampai memilih suami melihat dr seberapa besar mahar yg bisa ia berikan.. jgn ya.
suami yg shalih dan bisa m’bimbing istrinya menuju kebaikan.. tetap lebih baik meskipun mahar yg mampu ia berikan hanya sedikit/ murah..
wallohu Ta’ala ‘alam
ada ngak ya wanita seperti mereka meskipun sudah ngaji selama 10 tahun,ikut dauroh dan bercadar lagi ?
…
namun ku lebih terkesan
dengan kemurahan hati
seorang istri
yang merelakan
maharnya
‘tuk diberikan pada suami
sebagai hani’an marii’a
dan..
sudah terbukti, bi idznillah
walhamdulillah
assalamu’alaikum
kaifa halukum ?
untuk sang autor, ana minta izin mau mengambil artikel yang terkait untuk disebarkan kepada orang-orang yang ana sayangi. syukran sebelumnya.
Jazakumullah khairan
wassalamu’alaikum
valian-Bekasi
saya laki2 25 thn, sdh siap fisik, mental, dan financial. ingin segera menikah, tapi blm dpt jodoh. bgm ya? sdh ikhtiar.doa. dan solat hajat. saya takut jatuh ke zina bila terus begini
assalamualaikum wr.wb.
ana merasa bingung menghadapi lingkungan yang menganggap mahar sebagai harga beli yang ditawarkan calon suami terhadap calon istrinya. mohon bimbingannya yah teman-teman….
syukron
ukhtukum
nyi imas
Tanggapan untuk Asy s Yifa.
Mohon disimak lebih teliti isi dan makna dari tulisan saya. Dunia dan akhirat adalah satu, tidak bisa dipisah2 kan, saling kait mengait. Mencari nafkah adalah ibadah, demikian juga dengan ritual shalat, memberi bantuan pekerjaan adalah ibadah, demikian juga dengan ritual sedekah. kalau dihitung dengan satuan waktu, antara ibadah yang ritual (tangible) dan kerja mencari nafkah (intangible), sesungguhnya lebih banyak waktu digunakan untuk kerja mencari nafkah.
Ibadah yang berlebihan pun dapat menjadikan manusianya tanpa sadar melenceng dari ajaran yang sesungguhya. Banyak ajaran anismisme dan dinamisme yang dicampur dengan Islam dan dianggap sebagai “Islam”. contohnya, Tahlilan, Nyekar, dll.
“Siapa Kita” bukan bermakna sebagai kita muslim, saya refer kepada orang muslim yang berbuat seakan akan di “juri” di dunia. Perbuatan orang lain mendapatkan komentar, seakan-akan di yg paling benar. Kita tidak boleh mencap orang itu kafir, karena agama tidak bisa dipaksakan. Saya lebih salut dan hormat kepada orang yang lahir bukan dalam keluarga muslim, ketika dewasa, atas kesadarannya sendiri, menjadi orang muslim. Hendaknya kita tunjukkan adab orang islam yang baik dengan tidak memberikan stempel kepada orang lain karena kita tidak akan menjadi orang yang lebih baik dengan mengatakan orang lain jelek. Itulah “Siapa Kita”!
“Kita tidak boleh mencap orang itu kafir, karena agama tidak bisa dipaksakan”
Assalaamu’alaikum,
Saya seorang ikhwan, mohon maaf ikut mbaca dan memberi komentar disini.
Untuk kalimat diatas, sebagai orang biasa saya ingin bertanya da berkomentar,
Kenapa kita tidak boleh mencap orang itu ( yang jelas-jelas terang-terangan tidak beriman ) sebagai orang kafir?
Padahal ( setahu saya ) Rosululloh pernah bersabda bahwa batas orang Islam dan bukan Islam ( kafir ) adalah sholat.
Kita memang tidak boleh memaksakan agama, Karena Islam tidak akan masuk kedalam diri seseorang tanpa hidayah dari Alloh, dan tugas kita adalah menyampaikan, kalo tidak mau menerima itu adalah kuasa Alloh.
Kita boleh memanfaatkan ilmu dan teknologi yang di kembangkan oleh orang kafir, selama ilmu itu berguna bagi Islam dan tidak bertentangan dengan Islam, jangan sampai kita merasa rendah karena kita hanya rajin sholat, puasa, zakat tapi kita tertinggal dengan orang kafir dalam hal ilmu dunia.
Karena Ilmu dunia tidak akan berguna dan akan membahayakan dunia bila tidak di imbangi dengan Ilmu agama Islam yang benar.
Ingatlah bagaimana dulu Islam mengambil ilmu pembuatan kertas dari orang china pada masa dinasti Abbasyiah ( tergambar jelas dalam novel “Takdir Cinta”, yang sampulnya bergambar wajah muslimah yang cuaaantiiik sebagai gambaran perhiasan dunia ), dari ilmu kertas ilnu Islam di Bagdat mampu membangun Baitul Hikmah ( perpustakaan ) paling maju didunia pada masanya. Tapi juga Islam pada masa itu hancur oleh bangsa Mongol yang tak berperadapan karena terlena oleh kemajuan dunia yang dicapainya.
Intinya, memang harus ada keseimbangan antara Dunia dan Akhirat.
Coba kita renungkan, lebih banyak untuk bekal untuk perjalanan 100 km atau lebih banyak bekal untuk perjalanan 1 km, pasti lebih banyak bekal yang untuk perjalanan 100 km.
Sekarang kita ingat-ingat, kita hidup di Dunia berapa lama, dan di akhirat berapa lama, bekal untuk yg mana yang lebih banyak di persiapkan? Itulah makna keseimbangan sikap kita untuk Dunia dan sikap kita untuk Akhirat.
Masihkan kita tidak berani menyebut orang ( yang jelas-jelas tidak sholat ) dengan sebutan kafir?
Masihkan kita tidak mau mengikuti Raululloh, yang menyebut pamannya yang tidak mau bersyahadat hingga akhir hidupnya dengan sebutan kafir?
Atau jangan-jangan yang seperti itu adalah orang munafik?
Hanya Alloh yang maha tahu isi hati seseorang, kita sebagai yang bukan mahkluk halus hanya dapat melihat tampilan ( kasar ) manusia di dunia, kalo dia tidak sholat, ya kafir!.
Wassalaamu’alaikum.
Ass…ukhti, akhi sekalian…mari kita pererat kembali tali persaudaraan saudara semuslim dengan menyatukan visi, misi kita kembali…hanya Allah yang berhak menyatakan seseorang itu kafir atau tidak, kita sebagai umat rosululloh berkewajiban untuk membawa umat manusia dari kekafiran, menyekutukan Allah, kita jangan terpedaya dengan setan yang akan membelah2 tali persaudaraan kita dengan saling menuduh kafir satu sama lain…saya juga ingin seperti ummu sulaim, bagi saya mahar satu akidah lebih dari segalanya…sedangkan ketampanan, kekayaan, pekerjaan mapan, keluarga terhormat, itu merupakan bonus dari Allah untuk kita…
Assalamu’alaikum…
semoga istiqomah di atas sunnah bg ikhwah ahlussunnah wal jama’ah smw…
…
…
akhuna Faisal,…setahu ana sah2 saja orang mau klaim dirinya paling benar… toh nanti yang menghukumi mereka kan realitasnya (baca:kenyataannya) sesuai dgn klaimnya tsb atw tdk?
semoga Allah memberi kita hidayah kebenaran atas apa yang kita tidak tahu sebelumnya, dan hidayah untuk mengikuti yang benar tersebut. seperti doa kita 17 kali dalam sehari semalam:”…ihdinashshirothol mustaqim. shirotholladzina an’amta ‘alaihim; ghairil maghdhubi ‘alaihim, wa ladhdhallin”
maghdhubi ‘alaihim=yahudi>>> sudah tau mana yg benar, mana yang salah, eee… malah nantang tetap aja ingkar! makanya Allah murkai mereka itu..
dhallin=nashrani>>> org2 dholal: tdk tahu mana yg benar, mana yg salah. mka mereka sesat bin dholal..
…
dari kedua2nya, kita berlindung kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar tidak menggolongkan kita trmasuk dr mereka.
wallahu a’lam.
kovalainen
23rd August 2008 pukul 9:11 pm
saya laki2 25 thn, sdh siap fisik, mental, dan financial. ingin segera menikah, tapi blm dpt jodoh. bgm ya? sdh ikhtiar.doa. dan solat hajat. saya takut jatuh ke zina bila terus begini
…
…
semoga dimudahkan oleh Allah dgn mmprdlam ilmu syar’i,
ato lgsg aja kontak ustadznya mgkn beliau bisa bantu…he,he… afwan tadz…
Ass wr wb,
Untuk Jumadi,
sekali lagi saya terangkan bahwa orang itu harus memelihara tutur kata dan tindakan dengan baik agar diterima oleh masyarakat. Kita harus mempunyai toleransi dalam berkehidupan. Orang yang tidak sholat itu kafir, benar adanya. Kita tidak perlu (BUKAN TIDAK BERANI) sebut orang itu kafir, karena dia sudah kafir dengan sendirinya. Kalau anda tidak berambut (botak) dan saya panggil anda “Hei Botak, mau kemana?” anda pasti akan tersinggung dan marah. Iya kan?
Tidak baik menyebut kekurangan/cacat/dosa orang lain.
Untuk menghindari salah pemahaman, baca dengan teliti setiap kata yang saya tuliskan di awal. Hanya Allah yang berhak mencap makhluk ciptaannya baik atau buruk.
Masalah Ilmu,
Saya tidak menggunakan definisi ilmu “dunia”. Ilmu dalam arti harafiah, arti yang seluas luasnya. Dunia dan Akhirat SATU.
Jelas saya sebagai muslim merasa rendah diri kalau kaum muslim tertinggal dalam ilmu. Sempurnakan Islam dengan menguasai segala bidang ilmu yang ada dan jadikanlah kaum muslim sebagai pemimpin tertinggi di dunia keilmuan. Itulah kebanggaan sejati orang muslim!!
Masa anda sebagai muslim tidak merasa malu kalau tertinggal dalam ilmu?!? Kalau sekolah, ketinggalan kelas terus…
Orang berilmu mempunyai tempat yang paling mulia di sisi Allah. Bukan orang yang banyak ritualnya.
kepada akhi Faisal,
Assalamu alaikum, ya akhi yang semoga Allah merahmati kita semuanya,bahwasanya berbicara tentang masalah agama harus ada sandarannya, karena agama islam adalah agama milik Allah, dan semua kebenaran adalah milik-Nya, dan sandaran yang Allah perintahkan untuk meruju’nya tatkala terjadi khilaf adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah karena keduanya adalah rambu-rambu kebenaran yang Allah letakkan sebagai alamat dan tanda kebenaran mutlak yang datangnya dari Allah, maka berbicara tentang agama harus hati-hati,tidak langsung keluar begitu saja tanpa tali kendali, ingat sabda Nabi yang artinya “tidaklah manusia di jerumuskan ke dalam neraka jahannam melainkan karena buah dari lisannya”Wallahu A’lam,wassalamu alaikum.
Assalamu’alaikum
ikhwah filah, yang menjadi komentator…..
ana salut dengan kalian, yang telah sudi meluangkan waktu untuk turut andil dalam dakwah Islam yang menjadi kebanggaan kita bersama ini !
antum semua memang orang-orang yang terpilih oleh Alloh untuk menjadi bunga-bunga zaman ini
Selamat !antum semua adalah orang-orang yang luar biasa
ana sabar menunggu antum semua bersatu melupakan perbedaan yang ada dari masalah furu’iyah dalam fiqh Islam kita
ana menunggu bimbingan dari antum semua bagaimana sebenarnya fiqh nya ukhuwah agar ana bisa bersatu dengan kalian semua dalam keluarga dakwah yang kokoh dan indah
salam ukhuwah saudaraku
seorang kafir pernah berkata, ” selama umat Islam tetap dalam keadaan seperti ini, yakinlah, mereka tidak berbahaya bagi kita ! ”
sedangkan Rasululloh SAW pernah bersabda dalam salah satu hadistnya yang intinya ” barang siapa tidak mencintai saudaranya maka ia bukan muslim ”
ikhwah fillah….kalimat di atas adalah inti hadist, jadi bukan lafat hadist
ana sangat senang andaikan ada di antara ikhwah semua ada yang sudi melengkapi hadist ini
ana sangat butuh
ok
syukron
jazakillah
sedikit koreksi dari komentas di atas….
hadist tersebut ada di kitab arbain nawawi.
antum salah dalam menafsirkan hadist tersebut, karena di beberapa syarah menggenai hadist ini, menjelaskan bahwa maksud kata “tidak beriman” dalam hadist ini di tafsirkan oleh para ulama dengan “tidak ssempurna imannya”
jadi bukan berarti orang yang tidak mencintai orang yang semuslim, ia menjadi orang kafir…
akan tetapi yang benar, iman dari orang tersebut tidaklah sempurna…
sehingga arti dari hadist tersebut “tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”
Wahai saudara Yusuf, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada antum dan kaum Muslimin semuanya.
Semoga kita diberikan oleh Allah petunjuk dan hidayah serta kemudahan dalam mengikuti petunjuk itu.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran [3] : 103).
Semoga kita dipersatukan oleh Allah Ta’ala dalam Islam, dalam ukhuwah islamiyah yang syar’i, ukhuwah Islamiyah yang berasaskan pada al-haq, berasaskan pada aqidah yang lurus (jauh dari syirik), karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya perbuatan syirik adalah suatu kezhaliman yang besar” (QS. Lukman [31] : 13). Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah (berbuat syirik), maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisaa [4] : 48). Bukan persatuan yang semu, yang dibangun atas hanya berdasar toleransi dengan mengabaikan amar ma’ruf nahi munkar dan nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Bukan pula ukhuwah yang dibangun atas nama fanatisme buta terhadap kelompok atau golongan tertentu, serta sikap taklid buta. Semoga Allah mempersatukan kita di atas ilmu, di atas kebenaran yang hakiki, di atas petunjuk untuk menampaki jalan yang ditunjuki oleh Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua.
bismillaah
salaamun ‘alaykum
duhai saudara-saudariku
apa jadinya bila perdebatan antum sekalian ini disaksikan oleh orang kafir?
astaghfirullaah…
hanya sekali ana memasuki situs ini. betapa bahagianya ana akan ilmu yang telah ana dapatkan, namun betapa sedihnya ana melihat tingkah laku antum sekalian…
astaghfirullaah…
amat indah menjadi wanita mulia yang memudahkan mahar baginya namun dunia yang makin beragam ini kadang tak sekedar mengganggu iman anak muda tapi juga seorang ibu, saat anak perempuannya telah memperoleh hidayah u/ menikah dg cara yang islami terbentur pada kasus ibu yang msh memandang kbahagiaan dg materi dunia,siapa yang dpt disalahkan?
semoga Allah memudahkan kita untuk mendapatkan pendamping seperti ummu sulaim. amin.
Ass Wr Wb, Untuk Abu Husam
Sangat baik adanya apabila kaum muslim saat ini, terutama kaum muda, untuk bangkit mengejar ketinggalan dan menggapai masa depan yang cerah.
Pokok2 pembicaraan, sekedar saran, lebih diarahkan kepada konteks kehidupan keseharian yang faktual dan visioner, supaya kaum muda muslim tidak alergi dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Pada dasarnya Islam itu adalah ajaran agama yang sangat update sampai akhir jaman. Kembali kepada umat islam bagamana cara menyikapi kemajuan jaman.
Saya menyakini Islam sebagai sebuah agama yang sangat adaptif dan memberikan kebebasan kepada umatnya untuk memahami Islam dengan caranya masing2. Dengan itu maka setiap individu muslim akan tampil apa adanya, mempunyai warna sendiri, dan dengan demikian Islam bisa hidup terus sampai akhir jaman. Itulah yang dianggap sebagai keragaman sebagai kekayaan.
Prinsip dasar saya adalah selama orang islam itu sama rukun Iman dan rukun Islam nya, the rest is not the issue. Main issue ada pada tantangan nyata hidup keseharian.
Janganlah kita takut untuk mengemukakan apa yang kita yakini, karena kita diberikan akal oleh Allah untuk digunakan berfikir dan berpendapat sesuai dengan keyakinan kita.
Ayat2 Qur’an meupakan bahasa sastra Arab yang paling tinggi tingkatannya. Terjemahan menjadi relatif, yang ada hanya ahli tafsir. Salah dan benar menjadi relatif sifatnya, sama seperti halal dan haram, tidak ada kebenaran yang absolut, kecuali Allah.
Jadi manusia itu adalah tempatnya berbuat salah. Pernahkah terbayang oleh kita, seandainya Nabi Adam tidak tergoda untuk makan buah kuldi, apa yang akan terjadi pada umat manusia?
Mungkin memang dunia (Bumi) bukan tempat tinggal kita, tempat manusia itu di Surga.
#faisal
Tidak seperti itu akhi.
Kalau semua orang diberi kebebasan memahami Islam dengan caranya masing-masing, maka cara siapakah yang benar? Saya tahu bahwa maksud saudara faisal adalah memberi kebebasan berpikir bagi umat muslim. Tahukah bahayanya kebebasan berpikir seperti ini. Bagaimana jika seseorang mengartikan ayat yang seharusnya menunjukkan makna tauhid, namun dimaknai berbeda menurut ‘caranya’ sendiri sehingga justru menjerumuskan seseorang pada kesyirikan. Mau tahu contohnya?
Salah satu ayat Al Fatihah yang artinya, “Hanya kepada Engkauah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami minta pertolongan.”
harusnya ditafsirkan sebagai bentuk penghambaan dari seorang hamba kepada Allah, tetapi salah satu tokoh liberal di Indonesia malah menyatakan, “Kalau kita baru sampai iyyaka na’budu berarti kita masih mengklaim diri kita mampu dan aktif. Tapi kalau sudah wa iyyaka nasta’in, maka kita lebur menyatu dengan Tuhan.”
Mau warna yang seperti inikah yang saudara faisal maksudkan sebagai Islam dengan warnanya sendiri???!!! Bahkan dianggap sebagai ‘kekayaan’.??!!
La haula wa la quwwata illa billah…Gemetar dan takut saya jika yang seperti ini dianggap sebagai kekayaan dan dibiarkan berkembang.
Yang benar saudaraku…umat Islam harus memahami Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan As Sunnah, dengan pemahaman generasi terbaik, yaitu 3 generasi yang ada semasa 3 abad setelah wafatnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Ini pun sesuai dengan dalil-dalil yang ada dalam Al-Qur’an (Qs. At Taubah:100, An-Nisa:115) ) dan sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam (“Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada masaku, kemudian yang setelahnya (tabi’in), kemudian yang setelahnya (tabi’ut tabi’in)”)(bukan berdasarkan pemikiran satu atau sepuluh orang saja).
Dan inilah yang membedakan Islam yang sebenarnya dengan orang-orang yang memahami Islam dengan ‘caranya’ sendiri.
He2..
pak faisal yg baik..
Saya tdk bermaksud menyalahkan Anda (coz sy jg msh awam bgt kuadrat),hanya ingin memberi saran (smoga bs dterima)
Jika pak faisal ingin mencari kebenaran yg sejati dlm islam (berhubung banyak? perbedaan dlm memahami islam) maka rajin2lah membaca buku2 islamy yg menceritakn ttg cara mahami islam Rasulullah dan para sahabat (coz saat itu umat islam bersatu+berjaya),jangan malah membaca buku2 yg justru dkarang oleh org2 (jaman sekarang) yg malah memecah belah umat islam. serta yg plg penting yi: memohon kpd
Alloh agar qt dberikan hidayah?,dmudahkan utk membedakan+menyatakan kalo yg benar itu emang benar n yg salah itu salah (walaupun bertentangn + berat utk pribadi qt).
smoga bermanfaat.
Hm..dahulu sy jg pernah berfikirn sama spt anda.
jgn2 pak faisal ini teman sy dulu y? ah,itu sih g penting,yg penting qta saudara dlm islam.ok
BERSATULAH UMAT MUSLIM
(berdasarkn pemahaman yg benar tentunya)
mhn maaf utk semuanya kalo ada kata2 yg salah.maklum sy cm org awam.
Ayat2 Qur?an meupakan bahasa sastra Arab yang paling tinggi tingkatannya. Terjemahan menjadi relatif, yang ada hanya ahli tafsir. Salah dan benar menjadi relatif sifatnya, sama seperti halal dan haram, tidak ada kebenaran yang absolut, kecuali Allah.
Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu,
akhi Faishal semoga Allah memuliakan kita semua dg Islam,kalau akhi mengatakan bahwasanya salah dan benar menjadi relatif sifatnya,kenapa kita harus beriman kpd Allah, krn ada kemungkinan iman kita kpd Allah salah,keyakinan kita tentang adanya Allah-pun salah ? kenapa kita harus beriman kpd Nabi Muhammad ?, krn mungkin beliau bukan seorang Nabi ?, kenapa kita harus beriman dg apa yg beliau ajarkan krn ada kemungkinan apa yg beliau ajarkan salah ?kenapa kita harus menjadi seorang muslim ? krn ada kemungkin agama Islam adalah agama yg salah. ini logikanya kalau dikatakan salah dan benar relatif sifatnya, apa hikmahnya Allah mengutus Nabinya kepada hamba-hamba-Nya, apa bukan untuk membawa kebenaran yg datangnya dr Allah dan menjelaskannya kepada umatnya ? buat apa kita berdoa dalam sholat kita 17 kali kpd Allah memohon bimbingan jalan lurus, jalan kebenaran dlm surat Al-Fatihah ?,apakah ketika Nabi memerangi orang-orang kafir Qurais dan membunuh mereka ?tindakan beliau ini bisa dikategorikan salah ? apa bukan ini dalam rangka menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan, maka konsekuensi salah dan benar relatif sifatnya sangatlah panjang dan pada ujungnya kesimpulanya, ada kemungkinan semuanya salah, ini jelas menyelisihi hikmah Allah , atau semuanya benar, ini tidak bisa diterima aka sehat dan menyelisihi agama dari awal sampai akhirnya, dan yang bisa diterima oleh logika yang sehat adalah kebenaran hanya satu, yaitu agama yang dibawa Nabi yang Mulia, risalah yang diturunkan oleh Allah Al-Haq kepapa Nabi-Nya yang haq dan apa yang dibawanya juga Al-Haq(kebenaran), logika yang sederhana dan mudah diterima oleh akal yang jernih, hati yang bersih,Wallahu Waliyyu-taufiq
kembali ke soal mahar saudara-saudara sekalian…heee
nominal mahar sendiri sebenarnya tidak memiliki batasan, artinya hal tersebut bergantung kepasa kemampuan calon suami dan keikhlasan calon istri…
nabi Muhammad prnh memberikn mahar kepada istri beliau (klo g salah aisyah) berupa 100 ekor unta muda..(yg kira2 nilainya sekarang 1milyar, dgn tafsiran hrg unta muda 1 ekor – 10jt)..tp prnh jg nabi Muhammad menikahkn sahabat beliau dgn mahar hanya sebuah cincin yg terbuat dr besi (setelah sblmnya sang sahabat menawarkan mahar berupa satu2nya sarung yg ia miliki..nah klo sarungnya dijadikn mahar trus dia pake apaan…gtu kata nabi Muhammad) ada jg sahabat yg memberikn mahar sepasang sandal…yg aneh malah mahar seperangkat alat sholat dan al-quran krn sy sndri blum prnh ktemu referensi yg menunjukan hal tersebut prnh terjadi pada jaman nabi, yg ada mahar dgn mengajarkn beberapa ayat al-quran dmn nilai dari mahar trsbt tdk nisbi (klo g salah jmlhnya 20 ayat)..artinya lagi mahar itu brarti sesuatu yg bs diselesaikan atau ditunaikan oleh calon suami, jika mahar berupa seperangkat alat sholat dan al-quran dgn maksud agar calon suami bs membimbing atau mengajarkan sholat dan memahami al-quran kpd calon istri maka itu brarti nilai maharnya nisbi krn batasan pengajaran yg diberikan tidak jelas (tunainya sampe dmn)…keep reading saudara2 skalian..hee
Bismillah,
Sepertinya pembahasan ini telah memancing diskusi yang cukup menarik. Saya ingin sekedar memmberi sedikit komentar uk akh faisal dan untuk diri saya. Sebaiknya kita lebih mendalami kajian tentang pembahasan terkait dengan materi ini sesuai dengan pemahaman salaful ummah. Jangan terpancing memberi jawaban untuk sekedar membela pemahaman pribadi. Semoga kita dimudahkan untuk menatap kebenaran sebagai suatu kebenaran secara jelas dan dimudahkan untk melaksanakannya. Logika kita tak seberapa untuk menjelaskan semua hal terkait dengan diin kita, jadi… setelah adanya rekomendasi bahwa Rasulullah adalah teladan kita, maka sudah sepantasnya kita berusaha untuk terus menempuh jalannya. Jika banyak hal yang masih belum sesuai dengan logika kita, bukan berarti hal itu tidak sejalan dengan syari’at agama kita.. teruslah berusaha agar menimbang segala sesuatu dengan ilmu.. Dan semoga Allah menambah semangat kita untuk memahami Islam dan memberikan kita kefahaman. Amiin.
Sebaik-baik perbuatan adalah sunah Rasululloh Saw. Nabi memberikan mahar kepada istri-istrinya tidak lebih dari 12.500 dirham, artinya Nabi tidak memberikan mahar diluar kemampuannya dan juga tidak juga memberikan mahar dibawah kepatutan harta beliau. Kalau ada sahabat yang memberikan mahar berupa cincin besi bahkan hafalan Al Qur’an karena memang kemampuan maksimal sahabat tersebut hanya itu. Dan pihak wanita mau menerima dengan senang hati karena mengharap ridho Alloh SWT semata. Apakah ada wanita macam itu sekarang ? Kalau ada silahkan email saya. Mumpung masih bujang he he . Demikian wallohu’alam
Ana Haq Qul Yakin…
hmm..disekitar ana (teman-teman sekerja) banyak yang memperlambat menikah karena soal biaya atau mahar pernikahan. Ada yang menunda karena harus mengumpulkan uang, ada juga yang menunda karena orang tua tidak mau menerima mahar si calon suami.
Mungkin karena era globalisasi kali ya, semua hampir selalu dinilai dari segi materi. Sehingga menjadikan seseorang seperti ummu sulaim seperti jarum di tumpukan jerami. menurut saya, tidak hanya kesiapan para akhwat yang ingin menikah, tetapi juga orang tua. Karena tidak sedikit loh orang tua yang juga menjadi korban dari era globalisasi ini.
wallahu’alam.
Subhanalllah
sungguh mulia,,,,
sebenarnya mental seorang wanita yang bisa dijadikan pondasi bagi semua kaum laki-laki yang ingin menikah, karna wanita memang sebagai pondasi tegaknya rumah tangga.
Dari sepengetahuan saya, memang cukup sulit mencari sesosok seperti Ummu Sulaim, semoga bisa dijadikan motivasi bagi semua kaum wanita yang khususnya masih single.
Haqul Yakin aj, pasti akan ada jodoh terbaik buat semua.
wassalam
Assalamu’alaikum wr. wb.
Aku sngt suka dengan artikel ini, setidaknya itu bisa jd pelajaran berharga bagi wanita di zaman sekarang.
Andai aku bs mndapatkan wanita seperti Ummu Sulaim tentu merupakan karunia terbesar dr Allah SWT.
Namun ironisnya di zaman skrg ini kenyataannya ” SANGAT JAUH LEBIH BANYAK ” wanita yg menilai Lelaki dari hartanya bukan dari Imannya. Semoga artikel dr ukhty Dian bs merubah cr pandang wanita zaman sekarang yg cenderung pada harta, Amin.
Assalamualaikum…
Saya sangat senang membaca kisah di atas,sedang kan saya menghadapi masalah yang sebaliknya. Orang tua saya meminta mahr yang memberatkan suami saya…bagaimana caranya menyadarkan orang ta saya??
Subhanallah….
semoga bisa menjadi teladan bagi kaum hawa termasuk ane,,
insyaAllah…
Alhamdulillah…Jazakumullahi khairon katsiron atas artikel yg dapat memberi masukan dan inspirasi tentang mulianya nilai-nilai Islam,akan tetapi lebih baiknya kita mendalami persoalan pernikahan terutama tentang mahar, sehingga kita dapat mengertu bagaimana tuntunan dari Rasulullah SAW yg benar, dan yg pentng lagi kita jgn ragu2 lagi menjalani sunnah Rasul yg mulia yaitu menikah. Wallahu bishshowwab.
wanita itu perhiasan dunia
ALLAH SWT baik ya.. memuliakan wanita dg perumpamaan
setinggi itu
lalu bisakah wanita skg memposisikan dirinya sedelimian rupa shg layak disebut sbg perhiasan dunia???
wallahuallam…
Ass..wr..wb, kisah ini menyadarkan kita akan hakekat kokohnya suatu hubungan yang dibina oleh sepasang manusia, wanita dan pria…yaitu fondamen iman.Semoga kita menjadi hamba2 Allah Swt yang memehami hakekat tsb,amin.
Syukron, tulisannya sungguh menggugah hati ana..
semoga ini bisa dijadikan pedoman bagi para muslimah dalam mencari atau memilih seorang suami….
kisahnya keren bgt!! semoga saja bulan depan calon suamiku kasih mahar yang banyak. mudah kan bkn brarti murah?!! aku dulu pernah ngaji, katanya mahar semakin banyak semakin bagus, tapi ya harus di sesuaikan dengan kmampuan. katanya mahar berpengaruh trhadap kehidupan pernikahan kelak. trims
izin share ya, jazakillah khair ^^
Subhanallah..^^
bismillah.ijin copy ya……
Assalamu’alaykum warohmatulloh.. afwan, ijin copas ya…
Bismillah..
Untuk Abu Husam..
“Semoga Alloh membimbingmu dengan ilmu addin Yang haq sesuai dengan AlQur’an dan Assunnah berdasarkan pemahaman salaful ummah.”
“Benarlah perkataanmu bahwa berbicara tentang agama haruslah ada sandarannya yakni alQur’an dan Sunnah yang terbimbing dengan pemahaman salafussholeh, bukan dengan asal-asalan dg logika berpikir atau paradigma yang berdasar ilmu filsafat yang tiada ujung pangkalnya.”
“Alhamdulillah Cahaya Islam telah datang.”
Untuk Faisal..
Yahdiyakalloh ilalhaq..
Fastagfirulloh Jalla wa ‘Azz..
ijin copas
like this..
subhanallah,,,
ceritanya benar2 menakjubkan.
Dia tdk hanya berkorban untuk dirinya melainkan untuk agama juga.
Mudah2an buku ini bermanfaat bagi kami sekeluarga dan sahabat semua. Mudah2an kita semua mendapat berkah dan ridhoNya. Amiiin.