Seorang mukmin yang shalih akan mencintai ilmu syar’i (baca: ilmu agama), serta berupaya mempelajari dan mengamalkannya. Apa sih yang disebut dengan ilmu syar’i itu? Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan: “Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syar’i, ilmu yang berfaedah untuk mengetahui kewajiban seorang hamba berupa perkara agama, baik dalam ibadah maupun pergaulannya sehari-hari, ilmu yang berbicara tentang Allah ‘Azza wa Jalla dan sifat-sifat-Nya, serta apa yang wajib bagi dirinya dalam menjalankan perintah Allah ‘Azza wa Jalla, mensucikan Allah ‘Azza wa Jalla dari segala kekurangan, ilmu yang demikian berkisar pada ilmu tafsir, hadis dan fikih.” (Fathul Bari, I/187)
Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan: “Setiap ilmu selain Al-Qur`an hanyalah menyibukkan, kecuali ilmu hadis dan mendalami agama. Ilmu itu adalah yang terdapat di dalamnya: Haddatsana (baca: ilmu hadis). Adapun, selain dari itu hanyalah bisikan dari setan.” (Tahdzib Syarhil Aqidati ath- Thawiyah, hlm. 397)
Para imam ahlussunnah dari zaman ke zaman senantiasa menyibukkan dirinya untuk menuntut ilmu syar’i , mengajarkannya, dan menjadi teladan utama dalam mempraktikkan dalam kehidupan mereka karena ilmu akan terus bertambah jika diamalkan. Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah pernah mengatakan: “Perkembangan ilmu hanya akan dirasakan oleh pemiliknya ketika mereka mengamalkan ilmu tersebut.” (Tahdzib Hilyah al-Auliya` , II/426)
Sungguh, dalam mengamalkan ilmu butuh perjuangan, keikhlasan, dan kesabaran ekstra. Sampai-sampai Abud Darda` mengatakan kalimat menakjubkan yang hendaknya selalu memotivasi umat Islam untuk menjaga ilmu dengan amal shalih. Abu Darda` mengatakan: “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpaku adalah ketika aku berada di hari perhitungan amal, dikatakan kepadaku, “Sungguh kamu telah berilmu dan apa yang telah kamu amalkan dari ilmumu?” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatu al-Auliya`, II/231)
Wahhab bin Munabbih juga berkata: “Permisalan seorang belajar tetapi ia tidak mengamalkan ilmunya seperti seorang dokter yang memiliki obat, namun tidak berobat dengannya.” (Al-Bidayah wan Nihayah, IX/225)
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bukan sekedar bagus di teori, namun yang utama adalah diamalkan. Ilmu yang membuat pemiliknya memiliki rasa takut kepada Allah Ta’ala. Dan membuatnya selalu berada pada ketaatan pada Allah Ta’ala. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
???????? ??????? ?????? ???? ????????? ????????????
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama.” (QS. Fathir : 28).
Baca juga: Keutamaan Menuntut Ilmu
Sahabat Nabi yang mulia, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan: “Cukuplah takut kepada Allah Ta’ala disebut sebagai ilmu. Dan cukuplah merasa tidak diawasi Allah Ta’ala disebut sebagai kebodohan.” (Miftahu Dari as-Sa’adah, I/225)
Saatnya kaum muslimin lebih memberikan perhatian yang besar pada ilmu syar’i yang membawa keselamatan dan kebahagiaan hakiki. Dengan bekal ilmu syar’i, insya Allah kita akan selalu mendapat petunjuk dan terjaga agamanya, serta barokah hidupnya di dunia. ‘Ali bin Abi Thalib rahimahullah berkata: “Ilmu (agama) lebih baik dari harta. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta mesti engkau jaga. Harta akan berkurang ketika dinafkahkan, sedang ilmu akan bertambah ketika diinfakkan.” (Mugnil Muhtaj ila Ma’rifati Ma’ani Alfazhil Minhaj, Syamsuddin Muhammad bin al-Khatib asy-Syarbini, I/31).
Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufik dan hidayah agar mampu mengamalkan ilmu syar’i, diberi kekuatan hati dan lisan untuk mendakwahkannya, serta dikaruniai kesabaran dalam menegakkan ibadah kepada Allah Ta’ala.
***
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Referensi:
1. Majalah Al-Furqon edisi 3 th.IV. 1425H.
2. Majalah El-Fata edidi 03. Vol. 16. 2016.
3. Majalah El-Fata edisi 10. Vol. 16. 2016.
4. Majalah El-Fata edidi 05. Vol. 16. 2016.
Artikel Muslimah.or.id