Salah satu kepribadian Muslimah dalam bermasyarakat yang harus diperhatikan adalah tidak membanggakan diri dan cinta popularitas. Wanita Muslimah yang sadar dengan petunjuk agamanya dan berbudi pekerti yang luhur, dia memilki sifat tawadhu’ (rendah hati), reaslistis jujur, dan tidak pernah berlaku sombong, bangga diri, dan berdusta. Dia tidak pernah membual dan membanggakan apa yang bukan menjadi miliknya serta tidak pula membanggakan kebatilan di hadapan orang lain.
Wanita Muslimah senantiasa menjauhi akhlak tercela tersebut, karena tidak sesuai dengan kepribadiannya yang telah terbentuk oleh nilai-nilai Islam dan prinsip-prinsip dasarnya. Di dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa pernah ada seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menanyakan tentang ucapannya yang mengatakan bahwa suaminya sering memberinya sesuatu di depan manusia padahal sebenarnya dia tidak memberinya. Hal itu dia lakukan demi membanggakan diri dan kesombongan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “orang yang membual dengan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah diberikan kepadanya seperti orang yang mengenakan dua pakaian palsu” (HR. Muslim).
Islam adalah agama yang dibangun di atas pondasi kejujuran, kebersihan hati, ketawadhu’an, dan realistis. Islam membenci perilaku dusta, curang, sombong, bangga diri, takabur, dan mendakwakan kebatilan.
Dari hal itu, maka Islam tidak menghendaki para pemeluknya merasa bangga diri dalam kepalsuan, berlaku sombong di hadapan manusia dan cinta popularitas. Begitu pula Islam mencela orang yang memiliki akhlak tercela semacam itu sebagaimana ia juga mencela orang yang berpakaian palsu.
Wanita Muslimah yang lurus, jujur dalam penampilan, tindakan dan perbuatannya. Dia tidak berpura-pura dalam berbicara, tidak membagus-baguskan suaranya untuk menarik perhatian orang lain dan demi meraih popularitas. Kepalsuan adalah tercela dalam segala hal, dan ia merupakan aib bagi orang yang memiliki fitrah yang murni.
Wanita Muslimah tidak akan berperilaku mengada-ada semacam itu, terkecuali bila terbuka celah dalam tabi’atnya, kerancuan dalam fitrahnya dan labil kepribadiannya.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengecam keras orang yang berpura-pura dalam ucapan, tindakan dan perilakunya. Sikap ini diwarisi oleh dua sahabatnya yang setia Abu bakar dan Umar, hingga Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhum pernah berkata : “Demi Allah tiada Illah selain Dia, aku tidak pernah melihat orang yang lebih keras kencamannya terhadap orang yang berpura-pura dari pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tidak pernah melihat orang yang lebih keras kecaman terhadap mereka sesudahnya selain dari Abu Bakar radhiallahu ‘anhu. Dan aku kira Umar radhiallahu’anhu adalah orang yang paling takut dari penghuni bumi terhadap mereka atau atas mereka” (HR. Abu Ya’la dan Thabarani).
***
Disalin kembali dari buku Kepribadian Wanita Muslimah karya Muhammad Ali Al-Hashimi cetakan pertama Bahasa indonesa 2006. Cetakan International Islamic Publishing House, dengan perubahan dan penambahan sedikit kalimat tanpa merubah konteks.
Masya Allah artikel yang sangat bagus dan bermanfaat…
semoga Allah selalu berkahi kehidupan anda
masyaallah… artikelnya sangat membuat termotivasi untuk diri … semoga bermanfaat untuk kita semua muslimah
مَا شَآءَ ٱللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِ
Kita beramal baik, hanya dg kekuatan dan pertolongan Allah.
Secara ng sadar atau sadar suka ujub, sombong, riya’, sum’ah krn ilmu, kekayaan, jabatan, keturunan dan keutamaan dunia lain yg kita miliki, pdhal itu tdk seberapa dr yg Allah beri.
memberi pertolongan/bantuan dg niat terbesar adlh ingin dipuji org pdhal Allah tau niat hati terdalam kita…astaghfirullah
Semoga Allah menyembuhkan hati kita dr penyakit seperti..
Jazakillah Khair atas ilmunya :)
Barakallahu, artikel yg sangat pas sebagai nasehat terutama di zaman sekarang ini.