Keutamaan Cahaya Ilmu Tauhid
Cahaya Ilmu Tauhid – Sebagian besar umat Islam sekarang ini hatinya merasa takut dan gemetar melihat kemajuan dan kecanggihan teknologi yang dimiliki orang kafir. Gentar akan kehebatan dan kejeniusan mereka dalam hal IPTEK. Memang betapa silau rasanya mata kita melihat gemerlap kemajuan mereka, dan hal itu seringkali menggelitik sebagian di antara kita untuk jatuh bangun berlari mengejar “ketertinggalan” kita dari mereka. Maka berlomba-lomba kita belajar ilmu teknologi, kedokteran, kesehatan, pertanian, siang dan malam. Sayangnya, banyak yang jadi berlebih-lebihan dan beranggapan bahwa kemuliaan Islam akan diraih dengan menguasai ilmu-ilmu tersebut. Benarkah demikian?
Sesungguhnya kemuliaan itu memang tidak akan dapat tercapai tanpa ilmu. Namun ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu syar’i, sebab hakikat kemuliaan sejati adalah menurut pandangan Allah Ta’ala. Maka siapakah orang yang mulia dalam pandangan Allah? Orang yang paling mulia dalam pandangan Allah adalah orang yang berilmu dan dengan ilmunya tersebut ia beriman serta bertaqwa pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujaadalah: 11)
Juga firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Kami tinggikan derajat orang-orang yang Kami kehendaki.” (QS. Yusuf: 76)
Syaikh Abdul Malik ar-Ramadhani menukilkan perkataan Imam Malik rahimahullah tentang ayat ini dalam kitabnya Sittu Duror: “Maksudnya, (Kami tinggikan derajat mereka) dengan ilmu.”
Syaikh Abdul Malik Ar-Ramadhani masih dalam kitab yang sama menceritakan sebuah hadist dari ‘Amir bin Watsilah bahwa Nafi’ bin Abdul Harits pernah bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan. Dan ‘Umar waktu itu mengangkatnya menjadi gubernur Makkah. ‘Umar lalu bertanya: “Siapakah yang engkau tugaskan sebagai wakilmu untuk mengawasi penduduk Wadi (Makkah)?” “Ibnu Abzi.” Jawab Nafi’. “Siapakah Ibnu Abzi itu?” ‘Umar bertanya. Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang budak kami yang telah dimerdekakan.” ‘Umar bertanya, “Apakah engkau menjadikan seorang mantan budak menjadi pemimpin mereka?” Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal kitabullah dan seorang alim dalam ilmu pembagian harta waris.” Lalu ‘Umar berkata, “Ketahuilah bahwa Nabi kalian telah bersabda ‘Sesungguhnya Allah mengangkat dengan kitab ini (Al-Qur’an) beberapa golongan dan dengannya pula Dia merendahkan yang lainnya.'” (diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya (816) serta Ibnu Majah (218))
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Ketahuilah bahwa tidak ada illah yang haq disembah melainkan Allah, maka mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS. Muhammad: 19)
Al-Imam Bukhari menjadikan ayat ini pada salah satu bab dalam kitab Shahih-nya. Beliau berkata “Bab Ilmu sebelum berkata dan berbuat”, kemudian beliau mengomentari ayat tersebut: “Maka Alloh Jalla Jalaluhu telah memulai dengan ilmu sebelum berucap dan beramal.”
Syaikh Abdul Malik Ar-Ramadhani rahimahullah juga telah menukilkan sebuah perkataan yang indah dari Al-‘Alamah Ibnul Qayyim Al-Jauziah rahimahullah dalam kitabnya Sittu Duror:
“Kemuliaan ilmu itu tergantung pada apa yang dibahas, dan tidak ragu lagi bahwa ilmu yang paling mulia dan paling agung adalah ilmu bahwa Allah adalah Dzat yang tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Dia Rabbul ‘Alamin, yang menegakkan langit-langit dan bumi, Raja yang haq dan nyata, yang memiliki seluruh sifat kesempurnaan dan jauh dari segala cacat dan kekurangan serta dari segala penyamaan dan penyerupaan dalan kesempurnaan-Nya. Juga tidak ragu lagi bahwa ilmu tentang Allah, tentang nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya serta perbuatan-Nya adalah ilmu yang paling mulia dan agung.”
Perkataan beliau tersebut menyiratkan bahwa ilmu yang paling utama adalah ilmu tentang tauhid, sebagaimana perkataan beliau selanjutnya:
“Dan ilmu tentang Allah merupakan pokok serta dasar pijakan semua ilmu. Bararangsiapa mengenal Allah, dia akan mengenal yang selain-Nya dan barangsiapa yang tidak mengenal Rabb-Nya, terhadap yang lain dia lebih tidak mengenal lagi.”
Mengapa ilmu tentang tauhid begitu penting kedudukannya menurut pandangan para ulama?
Syaikh Abdul Aziz bin Adullah bin Baz mengatakan dalam kitabnya Al-Ilmu wa Akhlaaqu Ahlih (edisi Indonesia: Ilmu dan Akhlak Ahli Ilmu):
Bukanlah tujuan berilmu itu agar engkau menjadi seorang ‘alim atau agar engkau diberi ijazah yang diakui dalam suatu bidang ilmu. Namun tujuan di belakang semua itu adalah supaya engkau beramal dengan ilmu yang engkau miliki, agar engkau mengarahkan manusia kepada kebaikan. Beliau menyebutkan:
Karena dengan ilmu-lah seseorang sampai pada pengetahuan tentang kewajiban yang paling utama dan paling agung, yaitu men-tauhid-kan Allah dan mengikhlaskan ibadah untuk-Nya. Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa Islam didirikan atas lima dasar yang disebut rukun Islam, dan dasar yang pertama adalah syahadah Laa Ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang haq selain Allah) yang melahirkan konsekuensi bagi yang mengucapkannya untuk beriman pada Allah dan hanya beribadah kepada-Nya. Allah berfirman dalam kitab-Nya yang artinya: “Sembahlah Allah olehmu sekalian, sekali-kali tidak ada sesembahan yang haq selain daripada-Nya. Maka, mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya).” (QS. Al-Mukminuun: 32)
Beribadah kepada Allah adalah tujuan utama hidup manusia di dunia ini, sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Dan, Aku tidak menciptakan manusia dan jin melainkan untuk menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariat: 56)
Dalam beribadah terdapat dua syarat agar amal ibadah diterima, yaitu ikhlas dan sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang yang tidak memiliki ilmu tidak akan mengetahui bagaimana caranya ikhlas dan bagaimana beribadah sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Betapa banyak ahli ibadah yang terjerumus dalam bid’ah karena berlebih-lebihan dalam beribadah dengan menambah atau mengurangi ibadahnya padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
“Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (Hadits Riwayat Abu Daud, dan At-Tirmidzi, hadits hasan shahih)
Demikian pula dengan realita bahwa sebagian umat Islam banyak yang terjerumus dalam kesyirikan. Apa yang menyebabkan terjadinya hal itu? Tidak lain adalah karena mereka tidak mengetahui mana yang sunnah dan mana yang bid’ah, mana yang tauhid dan mana yang syirik, dan semua itu tidak akan diketahui kecuali dengan belajar ilmu syar’i. Ilmu akan menunjukkan bagaimana tata cara ibadah yang benar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta menunjukkan pada pemahaman tauhid yang bersih dari syirik sebagaimana jalannya Rasulullah dan para shahabat sebagai sebaik-baik salaf bagi kita. Sesungguhnya kejayaan umat Islam akan dapat diraih dengan menjalankan agama ini, dan hal itu hanya akan diraih dengan ilmu syar’i. Wallahu a’lam.
Maraji’:
- Sittu Duror karya Syaikh Abdul Malik Ar-Ramadhani
- Ilmu dan Akhlak Ahli Ilmu karya Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
***
Penulis: Ummu Asma’
Muraja’ah: Ustadz Abu Sa’ad
Artikel www.muslimah.or.id
1. vitalia
May 29th, 2007 at 2:08 am
sangat setuju tapi banyak yang belum menyadari. terutama justru muslim/ah yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. padahal merekalah masa depan bangsa. tolong bantu teman-teman mahasiswa……
2. ririn
June 11th, 2007 at 11:51 pm
ilmu agama dan dunia sama pentingnya, keduanya harus seimbang. Yang menjadi permaslahannya sekarang adalah : pendidikan di indonesia tidak dietrapkan berdasarkan atas sistem islam. cenderung ada pemisahaan antara ilmu dunia dan islam. Sehingga wajar saja jika saudara2 kita yang mengenyam ilmu di sekolah umum sama sekali tidak tersentuh dengan islam, kecuali atas inisiatifnya sendiri. So, tegakkan islam…dengan menerapkan islam secara kaffah bukan hanya pada individu saja tapi juga pada negara ini.
3. ratna
June 20th, 2007 at 10:37 pm
Subhanallah..
salam sejahtera tertuju pada saudariku.
‘ulumuddin wa ‘ulumuddunya, ana fikir sama2 penting. Memang kalo ditakar dari porsinya, ilmu syar’i harus terpenuhi lebih dari ilmu dunia. Sebenarnya, ilmu syar’i merupakan landasan sebelum kita melangkah pada ilmu dunia. Tidak bisa dinafi-kan, kita butuh ilmu dunia untuk bertahan hidup di dunia. Ilmu syar’i, untuk dunia dan akhirat. Pada kesimpulannya, keduanya saling mengimbangi saja!
Wassalamu’alaikum.
subhaanallah..,
ana ingin menyarankan supaya di negara kita ditegakkan syariat Islam, karena negara kita mayoritasnya Islam, iya kaaan…, caranya bertahap, seperti di Aceh, insyaAllah dengan syariat Islam kita bisa menerapkan Islam secara kaffah., amin…
mari kita tegakkan syariat Islam di Negara kita tercinta
assalamu’alaikum warahmatullahi
alhamdulillah … syukran ya ukhti atas tulisannya ….
barakallahu fiiki …
saya mau tanya,apakah anda setuju dgn :
1.Makam Nabi Muhammad harus di hancurkan ?
2.Bumi yg berbentuk bulat ?
3.Matahari mengelilingi bumi ?
4.Selain golongan salafy/wahabi kafir ?
Udah itu dulu.tolong dijawab yg jujur menurut keyakinan anda saat ini.
Jangan ber-taqiyah karena anda bukan Syi’ah
Saya mencoba menjawab pertanyaan Gotri
Jawaban pertama
Makam Nabi tidak boleh dihancurkan, karena ada dalil yang melarang hal tersebut (afwan aq lupa hadistnya).
mungkin anda bertanya hal demikian karena pemahaman salafy yang mereka mengatakan tidak boleh sholat di masjid yg didalamnya ada kuburan…
Saya jawab, makam nabi yang di masjid nabawi, bukanlah termasuk didalam larangan di atas, karena masjid tersebut pada dasarnya bukan dibangun diatas kuburan, namun karena terjadi perluasan masjid, menyebabkan makam nabi yang berada di luar masjid jadi bersatu dengan masjid, dan pada masa tersebut para sahabat telah tiada, sehingga sulit mencegah pemerintah untuk memasukkan makam nabi ke masjid,…
Jabawan kedua
Bumi itu bulat, hal ini telah disebutkan didalam al-qur’an dan dibuktikan oleh fakta alam
Jawaban ketiga
Mengenai pendapat ini telah diperselisihkan oleh para ulama, ada yang mengatakan matahari yang mengelilingi bumi dan ada yang mengatakan sebaliknya dengan disertai dalil2nya, namun kita tidak perlu mempermasalahkan hal tersebut, karena hal tersebut bukan permasalahan agama yang besar, yang lebih kita pentingkan adalah aqidah kita dan masyarakat kita yang masih bergelut dengan kesyirikan, sehingga yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana caranya agar masyarakat kita kembali kepada tauhid..??
Jawaban keempat
manhaj salaf tidak dengan seenaknya mengatakan suatu golongan itu kafir atau tidak, karena didalam syariat kita tidaak dibolehkan mengatakan seseorang itu kafir, karena hati seseorang hanya allah yang tahu, yang kita kafirkan bukan personnya akan tetapi perbuatannya, sehingga kita tidak mengatakan golongan tersebut kafir akan tetapi mengatakan golongan tersebut telah melakukan suatu perbuatan kekafiran…
Bagaimana kita tahu perbuatan itu kafir atau tidak, adalah dengan merujuknya pada al-qur’an dan hadist yang dipahami oleh para salaf
Sepertinya pertanyaan anda telah dijawab pada artikel yang ada di muslim.or.id anda tinggal merujuk disana…
Saya tidak menjelaskan dengan panjang lebar dan dengan dalil yang jelas karena disini bukan tempat untuk itu, ini hanya sekedar komentar…
Semoga dapat dimengerti
Wallahu a’lam
Waffaqokumullah
Menurut saya jangan saling menyalahkan tetapi koreksilah diri kita sendiri terlebih dahulu,mungkin kita sendiri dalam kesyrikan,semua hal ada ilmunya untuk mengenal Allah pun harus memakai ilmu,musuh utama kita umat islam ini adalah hawa napsu,iblis dan antek2nya yang ada dalam diri kita.
saya ingin sekali belajar lebih banyak lagi tentang tauhid, ingin sekali ada yang membimbing saya, sungguh ingin menjadi muslimah yang baik, baik dari cara berpakaian, mau pun bersikap. semoga Allah meridhoi.
ya baik dan bagus.tapi hanya orang yang tidak menyadari.apa itu ilmu tauhid(banyak orang tidak membaca ilmu tauhid).dan oramg itu gampang di bodohi dgn teknologi yang sngt canggi.wassalam
hny dgn ber ma’rifat kpd Allah swt kt bs mmbedakan dn mengntisipasi budaya2 org kafir..
subhanallah, bagus artikel’y… n_n
dunia di tanganku, akhirat di hatiku…
baarakallahu fiikum
beras dan biji kopi terbuat dari apa ya?
Nasehat bisa menghidupkan hati yang mati