Kita sering mendapat larangan untuk israf (boros) dan tabdzir (atau istilah yang umum digunakan di masyarakat adalah mubadzir. Secara bahasa, mubadzir merujuk pada pelaku tabdzir, yaitu orang yang melakukan tabdzir). Allah menyebut pelaku tabdzir sebagai temannya setan dan Allah tidak mencintai orang yang suka israf (boros). Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيۡرًا (٢٦) اِنَّ الۡمُبَذِّرِيۡنَ كَانُوۡۤا اِخۡوَانَ الشَّيٰطِيۡنِ ؕ (٢٧)
“Jangan melakukan tindak tabdzir. Sesungguhnya para mubadzir itu temannya setan.” (QS. Al-Isra: 26-27)
Allah juga berfirman,
وَلَا تُسۡرِفُوۡا ؕ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الۡمُسۡرِفِيۡنَ
“Janganlah bersikap boros, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang yang boros.” (QS. Al-An’am: 141)
Lantas, apa perbedaan antara israf dan tabdzir?
Kesimpulan Ibnu Abidin,
أن الإسراف: صرف الشيء فيما ينبغي زائداً على ما ينبغي، والتبذير: صرف الشيء فيما لا ينبغي
“Al-israf: menggunakan harta untuk sesuatu yang benar, namun melebihi batas yang dibenarkan. sedangkan tabdzir, menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak benar.” (Hasyiyah Ibnu Abidin, 6/759).
Sebagai contoh; Anda makan berlebihan, itulah israf. Sementara jika anda menggunakan harta untuk maksiat, itu tabdzir.
Disarikan dari buku Pengantar Permodalan Islam karya Ustadz Ammi Nur Baits, Muamalah Publishing cetakan pertama, Rajab 1439 H.
Thanks
yg perbedaannya, pandangan Hasyiyah Ibnu Abidin dr kitab roddul mukhtar? klo iya, itu benarkah yg dimaksud jilid 6/ hlm 759? karna dikita roddul mukhtar gaada sampe halaman segitu