Kasih sayang dalam mendidik anak tentu sangat dibutuhkan. Terlebih lagi ketika anak tersebut masih dalam usia anak-anak. Contoh teladan kita, yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah mengajarkannya kepada kita semua. Beliau demikian kasih sayang terhadap anak-anak beliau, dan juga terhadap anak para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum.
Berikut ini kami cantumkan beberapa hadits yang menunjukkan betapa beliau sangat sayang terhadap anak-anak.
Pertama, hadits yang diriwayatkan dari shahabiyah Ummu Khalid bintu Khalid radhiyallahu ‘anha,
?????? ?????????? ?????? ??????? ???????? ????????? ????????? ?????? ????????? ????????? ????????? ??????? ???? ???????? ???? ???????? ?????? ???????? ????????? ????? ????????? ??????? ??????? ???????? ????? ???????? ???????? ???????????? ???????? ????????????? ??????? ??????? ??????????? ??????? ?????? ?????? ???????? ???? ???????? ??????? ??? ????? ??????? ????? ???????
“Didatangkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebuah baju gamis kecil berwarna hijau. Lalu beliau bertanya, “Menurut kalian siapa yang (cocok) memakainya?” Para shahabat terdiam. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Datangkan kemari Ummu Kholid.” Lalu aku pun dibawa sambil digendong. Kemudian beliau mengambil gamis tersebut dengan tangannya dan memakaikannya. Beliau kemudian berkata, “Mudah-mudahan (bajunya, pen.) awet.” Pada baju tersebut ada hiasan garis berwarna hijau atau kuning. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berkata, “Wahai Ummu Khalid, ini bagus.” (HR. Bukhari no. 5823)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam demikian perhatian kepada anak-anak, sampai beliau pun mengerti kepada siapa baju tersebut bagus dikenakan. Demikian pula beliau sangat penyayang kepada anak-anak, karena pada hadits ini beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji Ummu Khalid dengan bahasa daerah asalnya, yaitu bahasa Habasyah (Etiopia) dengan mengatakan (????? ???????). Ini juga menjadi perhatian bagi kita, bahwa di antara kiat mendekatkan diri kepada anak-anak adalah dengan menggunakan bahasa yang biasa mereka gunakan atau bahasa yang mereka pahami.
Kedua, hadits yang diriwayatkan dari shahabat Al-Hasan radhiyallahu ‘anhu sebagaimana diceritakan dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu,
????? ??????? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ????? ???????? ??????? ?????? ?????? ????????? ????? ???????? ??????? ???????? ?????????? ??????? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ??????? ???????? ???????? ???????? ????? ?????? ?????? ?????? ??????? ???????? ????? ????????? ??????? ??? ??????? ??????? ??????????? ???????? ?????????? ??????? ??? ??????????? ?????????? ????? ??????? ???????????? ???? ?????????? ??????? ?????? ????? ??????? ??????? ??????? ????????? ?????????? ???? ???????? ???? ?????? ?????????? ???? ??????????????
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat, dan ketika beliau sujud, Al-Hasan (cucu beliau yang merupakan anak dari ‘Ali, pen.) melompat-lompat di atas punggung dan tengkuk beliau. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kepalanya dengan pelan agar tidak mengejutkannya. Beliau melakukan ini tidak hanya sekali.
Ketika shalat telah usai, para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami melihat sesuatu yang Engkau lakukan kepada Al-Hasan yang sebelumnya belum pernah kami lihat. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesugguhnya dia adalah penyejuk hatiku di dunia. Sesungguhnya cucuku ini merupakan seorang pemimpin (negarawan, pen.). Aku berharap kepada Allah Ta’ala agar memperbaiki dua kubu kaum muslimin melaluinya.” (HR. Ahmad no. 20535. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shahih.)
Dalam riwayat Bukhari (no. 3749) dan Muslim (no. 2422) disebutkan bahwa beliau menggendong dan mendudukkan Al-Hasan di atas pundak beliau dan berdo’a, “Yaa Allah, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah dia.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pengajaran bagaimana bersikap kasih sayang kepada anak-anak walaupun dalam keadaan shalat. Lihat betapa kasih sayangnya beliau kepada cucunya (Al-Hasan), sampai pun ketika shalat beliau tidak ingin mengejutkannya ketika hendak mengangkat kepala. Lebih lagi, kasih sayang tersebut beliau wujudkan dengan do’a yang baik kepada Al-Hasan. Ini salah satu sikap yang luar biasa.
Mungkin jika kita yang menghadapi kondisi demikian, dalam keadaan kita adalah orang yang memiliki kedudukan tinggi di tengah masyarakat, bisa jadi kita justru bersikap kasar atau bahkan memarahi sang anak. Padahal anak tersebut belum mengerti betul apa yang membuat kita marah. Namun satu hal yang harus diperhatikan ketika membawa anak ke masjid adalah jangan sampai niat kita untuk mengajari anak ke masjid justru mengganggu orang atau pun suasana ibadah di masjid.
Ketiga, hadits yang diriwayatkan dari shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
?????? ????????? ?????????? ??????? ???????????? ?????????? ??????? ?????????? ??????????? ???? ??????? ?????? ??????? ????
“Sesungguhnya aku sedang shalat dan sangat ingin memperpanjang shalat. Lalu aku mendengar tangisan seorang anak kecil. Maka aku pun meringankannya (memendekkannya), karena ibunya akan kesusahan, gelisah karena tangisannya.” (HR. Bukhari no. 709 dan Muslim no. 3430)
Lihatlah betapa besar kasih sayang dan perhatian beliau kepada anak kecil ini. Sehingga beliau mengurungkan niat untuk memanjangkan shalat disebabkan tangisan anak kecil ini.
Keempat, hadits tentang kisah taubat seorang wanita yang sangat luar biasa.
Ma’iz bin Malik datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia mengatakan, “Wahai Rasulullah sucikanlah aku …” Lalu datang wanita dari suku Ghamid dari kabilah Al-Azdi dan berkata, “Wahai Rasulullah sucikanlah aku.” Lalu beliau menjawab, “Celakalah kamu, kembalilah, mintalah ampunan kepada Allah dan bertaubatlah kepada Nya.” Lalu wanita itu berkata, “Apakah Engkau akan menolakku sebagaimana Engkau menolak Ma’iz bin Malik?” Beliau menjawab, “Kalau demikian ada apa?” Lalu perempuan tersebut mengatakan, “Sesungguhnya aku hamil dari hasil zina.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apakah Engkau … ?” Dia menjawab, “Iya.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
?????? ??? ?????????? ?????? ???????
“(Jika kamu tetap ingin demikian), kembalilah setelah Engkau melahirkan bayi yang ada di perutmu.”
Ketika dia telah melahirkan bayi tersebut, maka dia pun datang kembali dan menggendong bayinya. Dia berkata, “Ini bayinya telah aku lahirkan.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
???????? ????????????? ?????? ???????????
“Pergilah, susuilah dia hingga Engkau menyapihnya.”
Ketika dia sudah menyapih dan membawa bayi tersebut dengan memegang sepotong roti, dia pun berkata, “Ini, wahai Nabi Allah.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar digali lubang hingga setinggi dada dan memerintahkan orang untuk merajamnya.” (HR. Muslim no. 1695)
Lihatlah betapa kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada wanita ini dan juga anak yang dikandungnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menunda hukuman rajam selama hampir 3 tahun kepada wanita ini dengan sebab kasih sayangnya kepada bayi kecil tersebut. Sehingga wanita tersebut bisa terlebih dahulu menyempurnakan periode penyusuan anaknya tersebut.
Demikianlah beberapa contoh kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap anak kecil. Janganlah kita menjadi orang tua yang kaku, keras, atau bahkan kasar kepada anak kecil karena setiap anak akan menginginkan kasih sayang dari orang tuanya. Wallahu a’lam.
***
Diselesaikan ba’da isya, Medan 12 Robi’ul awwal 1439/ 30 November 2017
Penulis: Aditya Budiman dan M. Saifudin Hakim
Artikel Muslimah.or.id
ijin copas