Pertama
Apabila ada seorang muslim yang mati di kapal yang sedang berlayar di tengah lautan
Imam Ahmad memberikan penjelasan:
Pemakamannya ditunda, jika awak kapal memperkirakan bisa mendapatkan lahan untuk memakamkan, seperti pulau atau tepi laut lainnya maka jenazah ini harus dikebumikan. Untuk semetara jenazah diotopsi sehari atau dua hari, selama tidak dikhawatirkan mengalami kerusakan.
Jika tidak memungkinkan menemukan pulau maka jenazah ini dimandikan, dikafani, diberi wewangian, dishalatkan, kemudian diberi beban berat, dan diceburkan ke dalam laut. (Al-Mughni dengan As-Syarhul Kabir, 2/381)
Kedua
Jika ada orang (si A) memiliki uang Rp 50.000 dan dia ingin menukarkan menjadi 10 ribuan lima lembar ke orang lain (si B), namun si B hanya memiliki Rp 30.000. bolehkah si A menyerahkan Rp 50.000 ke B, dan hanya menerima Rp 30.000, sementara sisanya dibayarkan di kesempatan yang lain?
Seringkali kita jumpai transaksi semacam ini di masyarakat. Tukar menukar rupiah dengan jumlah nomimal yang berbeda, dan sisanya dibayar belakangan. Padahal, tahukah anda bahwa ini riba. Alasan transaksi semacam ini disebut riba, karena ada selisih antara nominal yang diserahkan si A dan yang dia terima. Sementara syarat tukar-menukar uang yang sejenis (misalnya sama-sama rupiah), harus sama nominalnya dan dilakukan secara tunai (tidak boleh ada yang diutang). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
?? ?????? ????? ?????? ??? ????? ???? ??? ?????? ????? ??? ???? ??? ?????? ????? ?????? ??? ????? ????? ??? ????? ????? ??? ???? ??? ?????? ???? ?????? ?????
“Janganlah kalian menukar emas dengan emas, kecuali sama beratnya dan jangan melebihkan salah satunya. Jangan pula menukar perak dengan perak, kecuali sama beratnya dan jangan melebihkan salah satunya. Dan jangan menukar emas dan perak itu, yang satu tunai dan yang satu tidak tunai.” (HR. Bukhari no. 2068).
Dalam hadis ini terdapat larangan melakukan transaksi riba fadhl (riba karena perbedaan nominal uang yang di tukar) dan riba nasiah (riba karena perbedaan waktu penyerahan).
Jika ada yang bertanya: Lalu apa solusinya dan transaksi yang tepat? Mengingat tingkat kebutuhan masyarakat dengan transaksi semacam ini cukup besar.
Jawab:
Solusi untuk transaksi semacam ini, caranya si A menyerahkan uang Rp 50.000 kepada si B dan menjadikannya sebagai agunan (gadai). Kemudian si A utang kepada di si B Rp 30.000. Selanjutnya , si A berkewajiban melunasi utang 30 ribu itu kepada si B, dan setelah lunas, dia bisa mengambil uangnya Rp 50.000. Demikian keterangan Syaikh Ibnu Baz yang beliau sampaikan secara lisan.
***
muslimah.or.id
Penyusun: Ustadz Ammi Nur Baits
Asalamu’alaikum,saya mau nanya gimana kalau ada temen meminjam uang U$ terus ketika mengembalikan dengan uang rupiah seharga nilai tukar U$ keRP waktu itu apa itu boleh?